Chapter 13

136 7 0
                                    

~Selamat Membaca~

"Bapak yakin mau penjarain saya?"

Rayn mengeluarkan sebuah kartu dan menunjukkannya pada polisi itu.

"Bapak tau siapa Golden Rose?"

Polisi itu kicep seketika setelah melihat logo yang tertera di kartu Rayn. Ia memundurkan langkahnya dengan perlahan. Rayn tersenyum miring dibalik maskernya.

"Jangan beritahu siapapun! Jika bapak tidak ingin saya penjara di sel saya." Polisi itu mengangguk dengan cepat, ia langsung berpamitan dengan Rayn.

"Beres deh." Rayn menoleh kepada dua anggota Voulres yang sudah berada di dalam sel.

Ia menghampirinya, "Selamat membusuk di penjara."

"Lo bakal mati, liat aja! Bos kita akan buat derita lo."

Rayn terkekeh kecil, "Jangan pernah main-main sama Calisha Rayana Danendra ya!" Setelah mengatakan itu, Rayn pergi dengan senyuman manis di balik maskernya.

Dua anggota Voulres itu terkejut mendengar ucapan Rayn. Pikirnya, bagaimana bisa gadis itu tau tentang sosok mematikan, Calisha?

----

Dulu dikala aku kecil, diriku tidak mengenal apa itu kepedihan, kesengsaraan, balas dendam dan kehancuran

Semakin raga ini tumbuh, aku mengenal apa itu semua

Aku mulai memahami bagaimana perasaan malaikatku yang berjuang sendiri untuk aku

Sakit, sangat sakit
Jika bisa, waktu akan aku ku ulang kembali dan meminta kepada Tuhan agar diriku tidak dilahirkan

Menyesal bukanlah kata yang tepat, bukan juga pilihan yang tepat

Jika memang takdir menuliskan diriku seperti ini, aku akan melakukannya

Lihatlah ayah...
Putri kecilmu tidak selemah itu
Dulu kau mungkin menjadi satu-satunya kebangganku
Tapi sekarang kau menjadi satu-satunya kehancuranku

Rayn mengusap air matanya yang mengalir di pipinya. Ia tersenyum kecil mengingat video dirinya dan ibunya ketika ia masih bayi.

Tok tok

"Masuk."

"Rayn, lo kok nggak bilang sih kalo Cashel dikeroyok Voulres?" Rayn menoleh pada Caily, ia beranjak dari duduknya dan menghampirinya.

"Kalo aku bilang, kamu bakal datang kesana dan coba nyelamatin Cashel gitu?" Caily terdiam, ia mendadak tidak bisa berkata-kata lagi.

"Lagian dia cuma luka dikit kok."

"Tapi dia-"

Rayn memotong ucapan Caily, "Gimana dengan kamu yang kena tembak lima kali tapi masih cengengesan? Dia cuma kesayat dikit doang." Caily meneguk air liurnya, ia kembali terdiam. Tapi, benar juga apa yang dikatakan Rayn.

"Aku harap kamu nggak terlalu bucin." Caily mengerjapkan matanya berkali-kali, sungguh semuanya terjadi tanpa dia sadari. Sosok seperti Caily tidak mungkin bucin, dia terkenal dengan The Darkness yang berarti kegelapan, membunuh tanpa menyiksa adalah kesukaannya.

"Masa gue bucin sih? Tapi, pacaran aja belum." Caily menggelengkan kepalanya, membayangkan bahwa dirinya bergelayut manja dengan lelaki membuatnya geli sendiri.

Third GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang