Chapter 15

146 6 0
                                    

~Selamat Membaca~

Rayn tersenyum smirk melihat pedangnya yang sudah lama ia simpan. Sudah beberapa tahun lamanya ia menunggu untuk momen ini. Di mana perubahan akan tampak sangat nyata sekarang. Dunia ini akan dipenuhi oleh kegelapan yang timbul karena dirinya.

"Sstt...dia akan baik-baik saja, percaya padaku."

Rayn melangkah lebih dekat dengan Baron. Pria tua itu sudah tidak bisa melakukan apapun karena tangan dan kakinya sudah dirantai oleh anggotanya atas perintah Rayn.

Senyuman khas Calisha terlihat di mata Baron. Matanya berkaca-kaca ketika kenangan indah terlintas di benaknya. Wajah cantik Calisha selalu membuatnya tenang, senyuman manisnya yang selalu membuatnya bahagia.

"Calisha?"

"Apakah Anda menyadarinya, Baron?" Baron tersadar seketika, seseorang yang di depannya bukanlah Calisha melainkan iblis yang sangat kejam.

"K-kamu adalah iblis, tidak heran jika semua orang menyebutmu psychopat." Rayn tersenyum miring, ia dilahirkan memang menjadi seperti itu.

"Ini adalah Rayna, Baron. Jika ibuku adalah seorang malaikat tapi tidak dengan anaknya."

Rayn mengarahkan pedangnya tepat di leher Baron, jika Baron memberontak sedikit. Pedang itu akan menusuk lehernya dan mati tanpa siksaan.

"Akan ku beri tau seberapa iblis nya Aurora Rayna Danendra."

"JANGAN!!"

Baron tergeletak tidak berdaya di tanah. Cashel menggelengkan kepalanya, air matanya sudah tumpah dengan deras.

"Bagaimana?"

Cashel menatap marah Rayn yang tersenyum lebar. Amarahnya membuat Rayn semakin senang, karena inilah yang ia inginkan. Penderitaan dan kematian.

"ANJING LO!"

"Pegang dia!"

"Sstt....dia belum mati, Cashel. Dia masih bernapas, hanya terluka sedikit. Kamu tidak perlu khawatir, Rayn nggak mungkin membiarkan orang yang menyakiti ibuku mati begitu saja. Dia harus merasakan bagaimana sakitnya ditusuk berkali-kali oleh duri, sama halnya dengan diriku yang dulu."

"Aku tidak ingin hanya diriku yang merasakan, semuanya harus impas termasuk dirimu."

Cashel memberontak untuk dilepaskan. Rayn hanya menatap datar lelaki itu. Matanya menelusuri setiap sekolah, semua orang sudah pergi. Hanya ada anggota Golden Rose yang berjaga.

"Do you miss me?"

Berlina menyambut hangat rentangan tangan Rayn. Seperti saudara kandung yang terpisah cukup lama. Berlina memeluk erat Rayn menyalurkan kerinduannya.

"Bagaimana lo bisa lolos?"

"Ck, itu hal yang mudah." Caily memutarkan bolanya malas, padahal dirinya yang menyelamatkannya. Ia jauh-jauh dari luar negeri ke Indonesia hanya untuk menyelamatkan Rayn dari rencana busuk Dara.

Rayn sudah mengetahui rencana Dara sejak awal tapi ia memang suka mencoba hal yang baru termasuk dibakar hidup-hidup. Sudahlah... memikirkan Rayn tidak akan ada habisnya.

Third GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang