~Selamat Membaca~
Berlina membuka matanya perlahan, ia meringis pelan ketika merasakan nyeri di bagian perutnya. Kedua tangannya terikat rantai.
Matanya menulusuri tiap sudut ruangan, tidak ada cahaya sedikitpun yang masuk.
"Ashh..." Berlina meringis pelan. Untung ia memakai rompi anti peluru. Jadi, pelurunya tidak menembus terlalu dalam ke perutnya. Meskipun sudah memakai rompi, tapi peluru dari Desert Eagle tidak bisa ditahan.
Berlina menatap sayu pada pintu yang cukup jauh dari posisinya. Pintu itu terbuka menampilkan sosok Arion yang tengah membawa pistolnya.
"Ututu....sakit banget ya?" Berlina hanya menatap tajam Arion dengan tampangnya yang songong.
"Sayap putih." Ujar Arion sambil membelai pipi Berlina. Gadis itu memalingkan wajahnya dan tersenyum miring.
"Miris banget hidup lo, diperbudak sama orang tua sendiri." Arion menggeram kesal, lelaki itu mencengkram kedua pipi Berlina. Matanya menyorotkan kebencian dan kemarahan yang mendalam.
"Lo nggak tau apapun tentang hidup gue!" Gertak Arion, Berlina hanya tersenyum kecil.
"Oh yaa? Apa kabar dengan bokap lo yang gila?!"
Arion semakin terbawa emosi, Berlina tersenyum puas melihat Arion yang tidak bisa mengontrol dirinya saat marah.
Dug
Gadis yang terikat itu meringis pelan, ia lagi-lagi tersenyum mengejek pada Arion. "Hebat juga lo, meskipun udah gue pukul sama besi."
Arion mendekati Berlina, kedua tangannya meraih topeng yang dipakai Berlina. Gadis itu mencoba memberontak, tapi tidak bisa. Rantai yang melilit kedua tangannya dan kakinya membuatnya sulit untuk bergerak.
Dor
"Arghh.." Rintih Arion sambil memegangi lehernya. Berlina menatap sekelilingnya, tidak ada orang disini selain dirinya dan Arion.
"How are you, darling?"
Berlina tersenyum lebar ketika The Darkness disini.
"Gue kira lo bakal mati." Berlina terkekeh pelan, lalu ia memeluk The Darkness dengan erat. Sudah beberapa tahun mereka tidak bertemu.
"Arion."
The Darkness berjongkok, ia meraih dagu Arion dan tersenyum tipis. "Tenang aja, lo nggak bakal mati saat ini. Tugas itu bukan milik gue, tapi Queen of Golden Rose."
Berlina yang mendengar ucapan The Darkness heran. Apakah gadis itu sudah lupa jika ketua Golden Rose sudah tiada?
"Lo nggak lupa kan?"
The Darkness menanggapi pertanyaan Berlina dengan senyuman.
"Ayo pulang!"
----
Unknown:
Jangan bersenang-senang
dulu, Baron!"Me:
Lo siapa?!Unknown:
Malaikat kematianmuLelaki tua itu melemparkan handphonenya.
"Rayna."
"Dia masih hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Third Generation
Mystery / Thriller-SEQUEL OF CALISHA- Aku adalah keduanya, baik malaikat maupun iblis. Kegelapan tidak membuatku ketakutan, begitupun cahaya tidak membuatku tenang. Bahkan malam yang mencekam pun tidak membuatku ketakutan, karena apa? Sejatinya diriku memanglah kegel...