Chapter 8

166 5 0
                                    

~Selamat Membaca~

Satu bulan kemudian

Seorang gadis dengan rambut sebahu nya sedang memarahi seorang lelaki yang terkenal dengan julukan kutu buku. Jelas-jelas semua ini adalah kesalahan sang gadis.

"Maafkan aku, kak."

"Lo kira seragam gue murahan kayak punya lo?!"

Gadis itu mencengkram kedua pipi lelaki itu dengan erat. "Jangan macem-macem sama gue! Pergi sana!"

Lelaki itu menurut, semua siswa yang melihat gadis dengan rambut sebahunya itu hanya geleng-geleng. Padahal dirinya disini baru dua hari tapi tindakannya sudah mencerminkan bagaimana dirinya.

"Hallo, girl."

Gadis dengan rambut sebahu itu mengerutkan keningnya, "Mau apa lo?"

Dara tersenyum tipis, "Do you wanna join with me?" (Lo mau ikut sama gue?)

"Oke, gue Alisa." Dara tersenyum lebar, akhirnya ia menemukan teman yang satu frekuensi dengan dirinya.

"Lo Dara kan?" Tanya Alisa lagi, Dara menjawabnya hanya dengan anggukan.

"Senang ketemu dengan lo." Dara menjabat tangan Alisa.

"Gue suka sama gaya lo." Alisa menaikkan alisnya satu dan melihat dirinya dari atas hingga bawah. Ia hanya memakai seragam sekolah, apa yang bagus?

"Maksud gue, lo berani labrak tuh si Vian padahal lo baru disini." Alisa hanya terkekeh pelan, baginya tempat baru bukan penghalang baginya untuk menjadi dirinya sendiri. Ia tidak ingin orang-orang mengenal dirinya sebagai orang lain, lebih baik ia apa adanya. Meskipun banyak orang disini yang tidak menyukainya karena sikapnya itu.

"Kita temenan nih?" Alisa hanya mengangguk dan merangkul bahu Dara lalu mengajaknya ke kelas.

---

Flashback on

"RAYNA!!" Teriak Berlina di sebuah gedung yang sudah terbengkalai.

"LO DIMANA?!" Berlina dan Arion mengelilingi setiap penjuru gedung ini tapi hasilnya nihil.

Sedangkan, disisi lain Rayn sedang berusaha membuka rantai yang melilit seluruh tubuhnya.

Rayn menggeleng cepat, Berlina dan Arion tidak boleh disini. Tiga menit lagi bom yang dipasang oleh Dara akan meledak.

"BERLINA!" Teriak Rayn.

"Rayn!"

"Aku disini!"

Rayn lega, ia mendengar suara langkah kaki Berlina dan Arion semakin mendekat. Ia melihat bom yang berada di dinding, dua menit lagi. Ia tidak pernah se-pasrah ini sebelumnya.

"Rayn, lo?" Rayn tersenyum tipis, ia menggeleng kecil.

"Cepat pergi dari sini!!"

"CEPAT!!"

"Gue nggak akan ninggalin lo." Rayn menggeleng cepat, ia tidak bisa membiarkan mereka disini.

Third GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang