~Selamat Membaca~
Dear Rayna,
Ini surat yang ke-delapan belas yang mama tulis untuk kamu. Saat kamu lahir betapa bahagia nya hati mama, nak. Mama tidak pernah menyangka jika Calisha kecil akan datang menemuinya mamanya dengan cepat. Tapi mama selalu bersyukur karena kehadiranmu semuanya berubah menjadi baik. Mama mungkin tidak bisa selalu bersamamu hingga suatu saat nanti, tapi percayalah mama akan selalu berada di dekat Rayna meskipun mama sudah tiada.
Mungkin saat kamu membaca surat ini, kamu sudah mengetahui semuanya. Tentang siapa sebenarnya ayahmu, siapa sebenarnya saudaramu, apa yang terjadi, dan siapa dirimu yang sebenarnya.
Kamu adalah anak yang hebat, Rayna.
Maafkan mama karena meninggalkanmu... Mama sadar bahwa semua yang telah mama lakukan adalah kesalahan besar. Mama harus menebusnya meskipun dengan mengorbankan nyawa mama sendiri. Mama juga tau semuanya itu tidak cukup, tapi setidaknya semua orang bahagia.
I love you, Rayna
Rayna menatap secarik kertas itu dengan air mata yang sudah berlinang. Hatinya sudah terlalu sakit jika ia harus memaafkan ayahnya beserta keluarganya. Kehilangan seorang ibu adalah hal yang menyakitkan terlebih lagi ia mengetahui fakta mengejutkan tentang ibunya.
"Rayn nggak bisa..."
"Mereka jahat."
Ia menutup secarik kertas itu dan menyimpannya di kotak, tempat biasanya ia menyimpan surat dari mamanya. Kakinya membawanya menuju ruang bawah yang terletak di kamarnya. Kedua matanya menatap satu benda asing yang belum pernah ia pegang hingga saat ini. Entahlah sejak ia kecil ia tidak pernah berani untuk menyentuhnya. Benda itu terlihat sangat berharga bahkan ia ditutupi dengan kotak kaca.
Rayn selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah benda itu sangat berharga hingga perlu ditutupi oleh kotak kaca seperti itu?
Benda itu terlihat seperti bola kecil berwarna merah namun sudah terlihat sangat usang. Rayn berusaha untuk mengumpulkan keberaniannya untuk menyentuh benda asing itu. Sudah delapan belas tahun lamanya ia tidak berani menyentuhnya.
Tangan kanan Rayn terangkat untuk mengambil kotak kaca itu. Saat kotak kaca itu berhasil terangkat, yang awalnya ruangan itu remang-remang kini sangat terang. Ia menyipitkan matanya ketika tidak sengaja menangkap sebuah pintu yang selama ini ia tidak ketahui. Rayn menaruh kembali kotak kaca itu dan berjalan menuju pintu itu.
Ceklek
"Dikunci?" Rayn kembali menatap bola kecil berwarna merah itu. Ia kembali dan langsung mengambilnya tanpa rasa takut. Benar saja, bola kecil itu berisi kunci dengan ukiran logo Golden Rose. Rayn juga menemukan sobekan kertas yang bertuliskan "HTAED".
"Death?"
Rayn tidak bisa berpikir lagi apa maksud semuanya. Ia bergegas membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya. Ia sedikit terpengarah dengan isi ruangan itu. Ia tersenyum kecil ketika melihat foto nenek dan ibunya di dinding ruangan itu.
Pandangannya menelisik ke seluruh penjuru ruangan, tampaknya tidak ada yang luar biasa dengan ruangan ini. Tapi kenapa ruangan ini sangat dijaga? Seakan-akan ada rahasia dibalik ruangan ini yang tidak pernah Rayna ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Third Generation
Misteri / Thriller-SEQUEL OF CALISHA- Aku adalah keduanya, baik malaikat maupun iblis. Kegelapan tidak membuatku ketakutan, begitupun cahaya tidak membuatku tenang. Bahkan malam yang mencekam pun tidak membuatku ketakutan, karena apa? Sejatinya diriku memanglah kegel...