CHAPTER 8

856 107 11
                                    


"DIMULAI"


saling bergandengan tangan, Jungkook dan Seokjin memasuki sebuah pesawat jet pribadi yang akan membawa mereka menuju Australia. Setelah duduk, Jungkook menangkup wajah Seokjin yang memerah karena tidak berhenti menangis melepas kepergian Haein.

Meletakkan kedua kakinya di pangkuan Jungkook, Seokjin memeluk bantal sembari merengek meminta untuk dipijat.

"sebenarnya kau menangis karena Haein atau kakimu yang sakit?"

"dua-duanya" Seokjin menjawab pertanyaan Jungkook yang sudah mulai memijat telapak kakinya

"eemmhhh...yes disitu, eemmhhh hhmmm" Jungkook menghentikan pijatannya,

"ugh! Kenapa berhenti?"

"kita ke kamar hhmm?" mendengar kata kamar Seokjin yang gugup kesulitan untuk menjawab ajakan Jungkook.

"huh? Kamar? Why?"

"aku tidak ingin kru pesawat mendengar desahan mu. Lets go" Jungkook mengangkat tubuh Seokjin, digendongnya menuju kamar yang terdapat didalm pesawat jet tersebut.

"sekarang kau boleh mendesah sesukamu-"

"aku tidak mendesah! Aku hanya sedang menikmati pijatanmu, ugh! Kau salah kira"

"aku tidak salah kira kitty, kau tau lelaki diluar sana akan berpikir jika kau sedang mendesah dengan suara seperti itu dan aku tidak mau mereka berpikir kotor tentangmu"

"kenapa? Kenapa kau sangat baik padaku? Belum ada orang yangmau memijat kaki ku, appa bahkan tidak-"

"Jin..bukankah sebelum meninggalkan Denmark kita sudah berjanji untuk melupakan semua luka kita dimasa lalu. Mulai sekarang, kita akan memulai hidup kita yang kedua dengan penuh kebahagiaan. Hanya ada aku dan kamu" Jungkook menangkup wajah Seokjin, dikecupnya bibir mungil itu gemas.

"Kitty..."

"ck! Kau sangat suka memanggilku Kitty! Lalu..apa kita? Kau menciumku sesuka hati-"

"kau juga menciumku sesuka hati saat aku tertidur"

"ughhhhh! Aku tidak sengaja" Seokjin mengambil bantal disebelahnya, dipelukannya ke dada Jungkook. Gelak tawa terdengar dipenjuru kamar yang tidak terlalu besar itu.

"bagaimana aku tidak memanggilmu Kitty jika kau segemas ini. Jin, aku tidak tau apa kita..aku menyanyangi mu itu benar. Tapi..untuk memberikan label atas hubungan kita aku belum berani, bukan karena aku ragu..aku hanya takut kau akan menyesela dikemudian hari dan meninggalkanku kembali dalam kubangan luka.

Saat ini kita bersama karena kita merasakan luka yang sama, kehilangan orang yang kita cintai. Namun berapa kalipun aku mencoba tidak memikirkan hal ini nyatanya usia kita memang jauh berbeda. Aku 40 tahun Jin, diluar sana akan banyak orang yang mencomooh hubungan kita.

Daripada memaksakan label untuk hubungan kita, bukankah akan lebih baik jika kita menjalani nya tanpa memikirkan status terlebih dahulu. Kita bisa menikmati-"

"sorry aku mengantuk, aku tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini" Seokjin menarik kakinya yang masih dipijat oleh Jungkook, berbalik badan Seokjin menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Jin..kau marah? Ada perkataanku yang salah?"

"marah? Siapa aku marah padamu? Jangan melucu, aku hanya ingin tidur. Bangunkan aku saat aka mendarat" Jungkook tentu saja tidak mempercayai ucapan Seokjin , namun sebagai orang yang lebih dewasa ia harus mengerti dengan memberikan waktu Seokjin untuk sendiri.

THE SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang