"KESAKITAN-1"
Jimin menyuapi Seokjin makan setelah hampir seharian penuh ia dan Seokjin menangis saling berpelukan. dengan mata yang sembab ia berusaha untuk tidak lagi menangis dihadapan Seokjin yang memerlukan banyak dukungan.
"satu suap lagi hhmm" Jimin membelai rambut Seokjin,
"aku ingin tidur" ucap Seokjin lirih, matanya menyiratkan kekecewaan yang begitu dalam.
"okay..tidurlah, hyung akan menemanimu" meletakkan piring diatas meja, Jimin membantu Seokjin berbaring kemudian menyelimutinya.
"Jinnie, hyung akan keluar sebentar untuk mencuci piring. Jika ada sesuatu panggil hyung" Bibir Jimin kembali menahan isakan yang hampir keluar, bergegas keluar dari kamar Jimin menumpahkan rasa sakit hati, khawatir dan kecewanya atas peristiwa yang terjadi Seokjin.
Mendengar ponselnya berdering Jimin menghapus air matanya, melihat nama kekasihnya tertera dilayar ia secepat kilat menerima panggilan telepon tersebut.
"Yoongi-"
"jangan khawatir, aku akan segera kembali. Aku dalam perjalanan, kau sudah mengikuti arahan ku?"
"sudah Yoongi, aku sudah membawa Seokjin ke apartment mu. Haein hanya tau aku membawa Seokjin untuk menginap seperti biasa. Yoongi..apa yang harus kita lakukan?" Jimin kembali terisak,
"Jimin kau harus kuat, kita harus kuat untuk Seokjin. aku akan sampai besok malam. Yang terpenting sekarang jaga Seokjin jangan biarkan dia pergi kemanapun sebelum aku kembali. Mengerti Jimin?"
"aku mengerti".
Jimin menarik nafas yang terasa begitu berat didadanya, sebelum memutuskan untuk memeriksa kondisi Seokjin.
Melihat wajah Seokjin yang tertidur lelap seperti baby membuat Jimin tersenyum, untuk pertama kalinya pada hari itu ia merasa ada hal yang masih harus disyukuri yaitu kondisi janin Seokjin yang berada dalam kondisi sehat.
Mengambil foto janin yang sedang Seokjin kandung setelah melalukan pemeriksaan pertama, Jimin bersumpah bahwa ia akan menjaga dan merawat Seokjin beserta putra/putrinya.
"jangan takut Jin, hyung akan menjaga kalian berdua".
Jimin berbaring disamping Seokjin memastikan pria muda yang sudah ia anggap sebagai adiknya terbalut selimut agar tidak merasa dingin ditengah malam.
.
.
Seokjin terbangun ketika harum masakan menusuk hidungnya, suara perutnya yang terdengar seperti genderang perang membuat Seokjin melangkahkan kakinya dengan cepat kearah dapur.
"Jimin hyung? Apa yang kau makan? Aku mau" Jimin yang terkejut dengan kehadiran Seokjin yang tiba-tiba tersedak oleh ramyeon yang sedang ia makan.
"Jin, oh ya Tuhan. Kau mau makan? Hyung sudah membuatkan sarapan untukmu, bubur dan-"
"aku mau makan ramyeon dengan telur, oh jangan pindahkan setelah masak aku ingin makan di pancinya hyung" Jimin sejenak terdiam,
"hyung.."
"baby ini pasti mencium bau ramyeon yang ku makan dan menginginkannya..hihi, cute" ujar Jimin sumringah kemudian membelai perut Seokjin yang masih rata.
"hyung..aku ingin baby ini, tidak apa jika Tae tidak mau. Jimin hyung..apakah kau mau membantu mengajariku menjadi papa yang baik untuk anakku kelak?"
"Jin, aku dan Yoongi akan mendukung pilihanmu. Kami bangga padamu Jin"

KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND CHANCE
FanfictionKesalahan besar yang Seokjin lakukan di masa remajanya ternyata mengubah seluruh kehidupan yang sedari awal memang sudah berjalan tidak mulus. ketika cinta berujung pada penghianatan, luka yang harus Seokjin rasakan membuatnya berpikir untuk mengakh...