Chapter 10 : The Multi Talent Secretary

3.2K 143 6
                                    

Kenapa juga harus ketemu lagi? Kurang puas udah mecat apa?! Geramku dalam hati ketika di tinggal Luke.

Bersikaplah profesional lagipula dia masih CEO mu. Mana tau dia mau minta maaf. Suara batinku menyemangati.

Aku harap.

******

WARNING TYPO BERTEBARAN!

HARAP MENINGGALKAN BINTANG ATAU COMMENT

JANGAN PLAGIAT ATAU APAPUN TANPA SEIJIN AUTHOR

******

Chapter 10 : Multi Talent Secretary

Nesya Pov.

Dengan berat hati aku melewati ruangan sekertaris. Jannet langsung menyapaku hangat, seperti yang di katakan Luke. Agathon memang menunggu kedatanganku. Maunya apa lagi sih? Kataku dalam hati dengan kesal.

Dengan enggan aku mengetuk pintu putih tersebut.

TOK TOK TOK..

"Masuk." Terdengar suara Agathon dingin.

Aku membuka pintu tersebut dengan sama enggannya saat mengetuk juga. Wajah dingin Agathon berubah menjadi hangat. Apa dia dan Luke emang punya kepribadian yang sama? Sama-sama bunglon?

"Lama banget. Sengaja telat lo?" sindir Agathon tapi matanya seperti berbinar senang. Aku jadi bingung.

"Ada urusan sedikit tadi Sir. Sekarang, ada apa Sir. Smith memanggil saya?" tanyaku formal.

"Oh, karena kamu sudah di pecat dari bagian designer, kamu masuk ke bagian sekertaris." Kata Agathon enteng. Sebelum aku membantah, dia mengangkat tangannya. "Tidak ada bantahan." Perintahnya.

"Saya lulusan management bukan sekertaris pak." Jawabku lembut.

"Majornya bahasa inggris kan? Ya sudah, tinggal belajar langsung." Jawab Agathon enteng. "Dan benar-benar butuh sekertaris. Harus saya bersujud di depan anda?" kata Agathon lagi.

"Tidak kah banyak di luar sana yang lebih berbakat?" aku masih tidak percaya dengan ini. Aku tidak tau harus di bilang keberuntungan atau sial.

"Banyak memang, tapi tidak seperti saya percaya dengan anda. Oke?" kata Agathon. "Saya anggap itu iya. Mulai besok, kamu akan langsung di bimbing oleh Janneth." Jelas Agathon bahkan aku belum mengatakan 'iya'.

"Saya rasa saya belum mengatakan persetujuan saya." Sindirku. Agathon langsung berwajah sebal.

"Oh ayolah, ini penting. Janneth mengundurkan diri dan tidak ada yang bisa gua percaya selain lo. Gak mungkin gua bawa Luke ke sini! Tolong kek!" kata Agathon gemas. Sisi CEO yang dingin hilang darinya.

"Baiklah. Tapi jika ada kesalahan fatal, saya tidak tanggung jawab." Kataku enteng.

"Untuk kesempatan pertama dan kedua mungkin bisa di tolerir, tapi seterusnya, tidak. Kan lo udah di ajarin." Entah apa yang pasti aura Agathon sekarang terlalu hangat dan ceria. Aku hanya bisa tersenyum kecil.

Gak papa lah Nes, hitung-hitung bantu temen kan? Sekalian gajinya gede lho. Suara Batinku menginterupsi. Dia sudah tersenyum dengan senyuman manis di imajinasiku. Dan senyumannya menular.

Tapi kan, nanti kalau kenapa-kenapa gimana? Orang aku lulusan bisnis kok. Protes kekhawatiranku.

Kan tadi udah di bilangin, nanti 'di ajarin'. Tenang aja lah.. Have fun aja. Oke? Walau begitu dia masih tersenyum sampai ke mata sipitnya yang di tutupi kaca mata bundar. Dia benar-benar hebat.

One Last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang