Chapter 32 : Our Last Sweet Moment

2.3K 121 52
                                    

"Nes, kalau kamu gak makan, nanti kamu sakit." bujuk rayu Agathon terus bergaung dengan aku yang menatap kosong ke arah jinggle iklan.

"Nesya. Kamu kenapa sih?" ucap Agathon frustasi.

Aku mengangkat kepalaku dan menatap Agathon tajam. "Aku marah." jelasku singkat dan kembali memfokuskan ke arah iklan yang sama.

Suara Agathon menghilang sejenak, "Marah kenapa?" tanya Agathon dan memilih berjongkok untuk sejajar denganku yang duduk di sofa.

Aku tidak menghiraukan, memilih menatap kosong ke arah iklan yang telah berganti.

"Nesya, gimana aku tau kesalahannya kalau kamu diem?"

Dari pada menjawab, aku memilih beranjak ke kamar dan membereskan sedikit baju ke dalam tas, suara langkah kaki berat langsung terdengar cepat dan secepat itu juga tangan besar Agathon menahan lenganku erat.

"Kamu mau kemana? Kamu kenapa sih?!" pekiknya frustasi.

"Gak profesional. Aku ke hotel." jawabku dengan sorot tajam.

Agathon terhenyak.

"Dari mana aku tau? Ananda, dia bukan mata-mata aku tapi dia curhat ke aku. Kamu pecat dia, aku keluar." jawabku enteng dan setenang membawa tas berisi sedikit pakaian ku pergi. Tapi pinggangku di cekal dan di tarik sehingga aku menabrak tubuh kokoh Agathon.

"Hotel? Kalau Mama dateng ke sini gimana?" tanya Agathon panik.

Hanya karena Mama?

"Bilang aku ke hotel, ngidam lari dari kamu." jawabku tajam dan sinis.

"Nes, kamu juga lagi hamil."

Aku menatap mata hijau itu dengan tatapan dingin. Sebisa mungkin membuat tatapan dingin yang sebenarnya aku ingin menatapnya dengan tatapan hancur. Bagaimana bisa dia menganggap remeh permintaanku?

"Lalu?" tanyaku dingin dan kelam. Aku rasa Agathon sudah bebal dengan sikap lapang dadaku. Sedikit pukulan mungkin menyadarkannya.

"Kamu gak boleh pergi!" tekan Agathon serius.

Aku menunjuk pintu keluar. "Kamu atau aku yang keluar?" tanyaku datar. "Dan karena ini pent house milikmu, dengan tau diri aku memilih keluar."

"Aku pergi." kataku sebelum menutup pintu pent house. Bahkan aku ragu, apa perlu mengucapkan hal tidak penting seperti itu?

*****

====

WARNING! TYPO BERTEBARAN

HARAP TINGGALKAN VOTE ATAU KOMENTAR

DILARANG KERAS MENJIPLAK ATAU PLAGIAT DAN LAIN-LAIN.

====

*****

"Gua liat Agathon stress, bahkan sekarang dia udah masuk. Lo tau gak masalahnya?" tanya Luke sengaja membuatku mendidih. Tapi aku sendiri asik dengan soup cream untuk makan siang. Bahkan aku masih bisa bekerja walau badan agak panas.

"Tau tuh, sensitif banget."

"Mirip orang PMS atau papa beruang yang kesakitan?" celetukku ikutan. Luke dan Devon langsung menoleh kesal ke arahku karena sindirannya malah di balikkan menjadi joke.

"NES! KITA NANYA SAMA LO!" geram mereka berdua.

Aku mengangkat bahu, kemudian memasang wajah paling nelangsa milikku. "Ampuni aku."

Dengusan kesal keluar dari hidung mancung Luke dan Devon.

"Kalian ada masalah apa lagi?" Luke mulai memasang wajah serius.

One Last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang