Maggie Pov.
Aku menatap mereka dari jauh. Mengutipi serpihan-serpihan hati dan harga diri yang tersisa.
Tidak, aku tidak langsung pergi. Aku masuk ke ruangan Agathon dan membuka laci yang biasa Agathon gunakan untuk menyimpan berkas-berkas penting dan pribadi.
Tak sulit menemukannya karena memang map coklat itu berada di tumpukan atas. Aku mengeluarkannya dengan perlahan dan menutup laci dengan perlahan. Aku duduk di kursi kebesaran Agathon sembari membuka isi map tersebut.
Surat perceraian yang baru telah Agathon tanda tangani beserta di belakangnya ada surat ajuan pernikahan yang sudah di tanda tangani keduanya.
Aku tak kuasa menahan air mata lagi. Biarlah dunia membuatku seperti wanita lemah dan cengeng tapi ini lah yang aku rasakan. Sakit hati, kekecewaan dan penghianatan.
"Ah, kamu jahat sekali." gumamku di sertai tetesan air mata.
Aku membiarkan tubuhku bersandar pada kursi hitam nya yang nyaman, mengistirahatkan tubuhku yang mendadak lelah. Dan ketika mataku mendapati foto Clara yang di pajang bahkan di bingkai manis di atas meja Agathon, aku sudah menduga nya.
Bahwa aku tidak punya kesempatan lagi.
Aku mengambil bolpoin Agathon dan menulis nama serta keterangan diriku bahwa aku siap untuk bercerai. Aku mengembalikan amplop coklat berisi surat nikah itu ke laci dengan rapih dan beranjak pergi. Serta tak lupa mengembalikan semuanya seperti semula.
Merasa tak ada gunanya lagi berada di ruangan penuh kenangan ini, aku memilih keluar. Tapi saat melewati sebuah kaca, aku berubah fikiran.
"Kenapa kamu gak ambil alih? Apa ini kurang menyakitkan?" gumamku pada bayanganku yang berada di dalam cermin.
Wajahnya tidak sekejam pertama kali, hanya saja dia menatapku kosong. Ada apa dengan dia?
"Tidak, aku hanya terlalu kaget." ucap Alyn akhirnya menemukan suaranya. "Aku fikir masih ada sisi yang bisa aku percaya pada kata-kata mu yang mendeskripsikan lelaki yang kamu cintai itu."
"Ada?" tanyaku.
Alyn menggeleng walau mata masih terlihat kaget. "Apa dia ada dendam di masa lalu denganmu? Tidak, aku rasa tidak ada hal yang bisa di jadikan alasan."
"Ada apa?"
"Sikapnya seperti mempunyai dendam tersendiri." jawab Alyn agak kaget. Mungkin dia kaget ada seseorang yang menandingi kejahatannya.
"Jadi, bisa kah kita bertukar? Aku mohon. Aku lelah Lyn." gumamku pada akhirnya.
"Tidak perlu memohon sayang. Aku akan menyiksa nya seperti merasakan neraka." gumam Alyn jahat.
"Hanya jangan membunuh. Aku tidak tertarik masuk ke dalam bui."
"Tenang saja sayang, mereka berdua akan menyesal telah menyakitimu."
Dan hanya perlu satu kedipan mata, aku sudah menatap bayanganku yang tersenyum jahat dengan sejuta rencana.
Ya, kami bertukar tempat.
****
Alyn Pov.
Ketika aku membuka mata, yang aku lihat adalah seorang wanita yang mirip dengan tubuhku sedang menatap kearah ku dengan tatapan sendu dan kesedihan lainnya. Sebenarnya aku bisa saja sejak dulu memaksa bertukar, tetapi aku ingin lihat sejauh mana Maggie bisa bertahan dan menyelesaikan masalah.
Tapi sungguh, Agathon benar-benar tidak punya perasaan.
Dan itu membuatku benar-benar ingin menyiksa dirinya beserta ular biadap itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Chance
RomanceSeorang wanita bernama Nesya Maggie Andora yang tidak pernah merasakan rasanya punya pacar pun seperti di pertemukan dengan seseorang yang sangat amat sempurna sebagai teman baru mereka. Pindahan langsung dari luar negri dengan minim bahasa indonesi...