Author Pov.
Lelaki itu terus disana, menggenggam erat tangan sang perempuan seakan-akan dapat menyalurkan kekuatan pada dirinya untuk membuat sang wanita terbangun dari mimpi indahnya. Tidak ada suara di dalam ruangan ini, terlalu sepi. Hanya suara detak jantung dari alat kedokteran yang meyakinkan sang laki-laki bahwa istrinya masih hidup hanya masih di alam lain.
Setiap hari dia berdoa bahkan mengajak sang perempuan berbicara seakan-akan dia hidup dan mendengarkan. Hanya itu yang dapat lakukan untuk menebus waktu yang telah terbuang sia-sia. Waktu dimana dia masih menjadi lelaki brengsek dan tidak peka.
Agathon tertunduk, akan ada saatnya dia menyerah untuk percaya bahwa Nesya masih bisa hidup kembali. Tidak ada tanda-tanda kehidupan dalam 4 bulan ini. Terlalu tenang seperti air mengalir, dan ketenangan Nesya itulah yang membuat Agathon dan keluarga Nesya sangat sedih.
Seakan-akan Nesya memilih pergi.
Tata, Agathon, Bunda maupun Ayah serta Grandma dan Mama pun sering bergantian ke sini. Tapi yang memang rutin adalah Agathon, oh, Tata urutan ke dua.
Seperti saat ini.
Tata datang ke kamar VVIP kakak nya untuk menjenguk. Membunuh rindu yang telah menumpuk, terutama rindu akan senyuman kakaknya, candaan, kejahilan serta citra rasa masakan yang terbuat dari tangan-tangan lentik kakaknya.
Tata duduk serta menggenggam tangan yang dingin serta pucat karena sudah terlalu lama tidak dibiarkan terkena sinar matahari. Tidak ada lagi kelembutan di sana, kulitnya terlalu kering dan diam.
"Hai kak. Gua dateng lagi dong.." suara Tata terdengar riang, walau matanya benar-benar redup. Mata hitam Tata benar-benar kehilangan cahayanya. Sangat terlihat bahwa dia mencintai kakaknya yang jahil itu.
"Eh, lo tau gak. Gua udah sukses di Korea, keren kan? Guee... Dan, gua mau minta maaf karena gua gak mau nerima hotel Agathon lagi. Gua mau mulai semuanya dari bawah. Jangan marah ya?" genggaman Tata makin erat bahkan melingkupi tangan kakaknya yang kecil di banding tangan besar lelaki nya itu. Tanda akan memulai mengeluarkan isi terdalam hatinya yang hancur.
"Lo kapan bangunnya? Gak cape apa tidur mulu? Makin gendut lo kalau tidur mulu, makanya bangun terus olah raga!" Tata terkekeh sedih. "Gua kangen nasi goreng lo, gua kangen kejar-kejaran sama lo, gua kangen isengin elo. Gua kangen elo kak. Bangun dong." bujuk Tata mencoba tegar.
Tangan besar Tata terulur mencapai puncak kepala Nesya dan mengelusnya penuh sayang. "Lembut ya rambut lo, lo pake shampoo apaan?" lalu dengan sengaja Tata mengambil sejumput rambut Nesya dan menjambaknya pelan.
"Haha.." tawanya sambil memeluk Nesya serta berderai air mata. "Kakak, bangun...." tangisnya pecah. Dia hanya lelaki paling kecil di keluarganya, suka kesal dan iri pada kakaknya karena terus di banggakan orang tuanya karena nilainya selalu bagus.
Tapi terlepas rasa iri serta kesal pada kakaknya karena dia memang menyebalkan, dia tetap mencintai kakaknya sepenuh hati. Memukul lelaki yang berniat jahat pada kakaknya, membalaskan dendam kakaknya karena pernah di bully saat kuliah. Dia tetap mencintai kakaknya dan dia tahu bahwa kakaknya sendiri pun mencintai nya.
Persis di depan pintu. Agathon terdiam mendengar penuturan Tata, panasnya kopi yang sedang di pegangnya mendadak dingin. Tangannya mati rasa. Untuk seorang lelaki seperti Tata yang bahkan berani mengancamnya serta memukul wajahnya, menangis adalah hal terakhir yang Agathon pikirkan.
Dan sekarang Tata melakukannya. Jadi bisa di simpulkan, sehancur dan putus asa apa Tata sekarang.
Agathon memilih menyingkir dan berada di bayang-bayangan gelap untuk menghindari Tata yang ingin keluar dari kamar Nesya. Selalu seperti itu, Tata tidak akan memakan waktu lama di kamar Nesya, karena sepertinya dia memang tidak kuat untuk berlama-lama di kamar kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Chance
Roman d'amourSeorang wanita bernama Nesya Maggie Andora yang tidak pernah merasakan rasanya punya pacar pun seperti di pertemukan dengan seseorang yang sangat amat sempurna sebagai teman baru mereka. Pindahan langsung dari luar negri dengan minim bahasa indonesi...