"Akan aku anggap tadi sebuah pujian." Aku tersenyum kecil.
"Oh, itu bukan sebuah pujian, tetapi kenyataan yang tidak dapat di bohongi." Jawab Elliot acuh.
Dia niat muji atau enggak sih?!
******
WARNING TYPO BERTEBARAN!
HARAP MENINGGALKAN BINTANG ATAU COMMENT
JANGAN PLAGIAT ATAU APAPUN TANPA SEIJIN AUTHOR
******
Chapter 22 : You can do it ... no, You MUST.
Hamparan pohon dan rerumputan berwarna hijau menghiasi mataku. Udara sejuk bahkan sudah menjadi dingin –untuk ukuran orang Jakarta- menusuk kulit lenganku yang memang sedang menggunakan baju tanpa lengan dan tanpa jaket ataupun sweater.
"Ahh!!" teriakku keras, aku benar-benar butuh refreshing.
"Kenapa sekarang baru teriak? Hmm?" tanya Elliot sambil merangkul pundakku.
"Emang ada gitu peraturan kalau teriak harus di atur?" tanyaku bingung.
"Ya, maksud Agathon kan, kenapa gak pas di Dufan aja kamu teriak? Udah lagi bukannya teriak malah merem, pakai acara mau pingsan lagi." cibir Devon.
"Kan bukan elo ini yang ngangkat. Dan gak usah sok deket deh, pakai 'aku-kamu'." Ucapku pedas. Dan seperti biasa, Luke hanya akan tertawa ketika aku memojokkan Devon.
Oh, kalian mau tau kenapa ada dua makhluk halus di sini? Oke, aku ceritain.
******
FLASH BACK
Setelah makan siang lovely dovy –begitulah aku menyebutnya- tiba-tiba terdengar bunyi bel yang sangat nyaring. Aku beranjak dan sebelum mencapai pintu, tamu yang menekan bel sudah masuk mungkin karena sudah tau pin pent house Elliot atau punya kartu akses masuk.
Entahlah, aku tidak perduli, yang pasti, untuk apa mereka menekan bel ketika bisa masuk sendiri? Aku langsung menatap dua sosok yang tersenyum aneh dengan tatapan sama anehnya.
"Siapa sayang?" tanya Elliot sambil berjalan. Aku tidak berucap, dengan kata bahasa tubuh 'lihat saja sendiri', mungkin itu bisa di artikannya.
"Loh, kok tiba-tiba dateng? Ada apaan?" tanya Elliot to the point.
"Jalangkung." Aku berdesis ketika mendengar kata 'tiba-tiba dateng' dari bibir Elliot.
"Gak seneng amat Nes di gangguin mesra-mesraannya sama Elliot." Goda Luke dengan serigaian yang mirip Elliot. Ya, aku yakin selain otak pintar -yang di manfaatkan dengan baik oleh Elliot- Luke, pastilah karena kesamaan serigaian ini? Mungkin juga sih.
Terus Devon? Tanya Batinku bingung.
Mungkin karena sama-sama player? Balasku dalam hati.
Mungkin juga karena kasihan. Terdengar tawa membahana dari Maggie jahat. Aku sendiri tersenyum geli ketika menyadari bahwa ada kemungkinan seperti itu.
"Dan sekarang, dia senyum-senyum." Goda Devon sambil menyerigai genit.
Senyumku luntur. "Dari pada situ? Serigai-serigai psyco." Hinaku telak. Entah kenapa aku sedikit lebih sensitif dengan Devon.
"Hus.. udah-udah, jangan berantem." Lerai Elliot.
"Ntar gua kawinin baru tau." Ejek Luke dan langsung di pelototi Elliot, sedangkan Devon tersenyum penuh makna.
"Berantem lagi yuk Nes, biar kita kawin." Kata Devon mungkin sengaja menggoda Elliot. Atau mungkin serius? Sesuai dugaan, Elliot langsung jatuh moodnya. Oh, terkutuklah kalian para tamu tak di undang.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Chance
RomanceSeorang wanita bernama Nesya Maggie Andora yang tidak pernah merasakan rasanya punya pacar pun seperti di pertemukan dengan seseorang yang sangat amat sempurna sebagai teman baru mereka. Pindahan langsung dari luar negri dengan minim bahasa indonesi...