Chapter 42 : Perasaan yang Tersembunyi

2.2K 152 43
                                    

Happy new year!!

Gak sangka aku udah di wattpad 2 tahun. Ya ampun... lama juga.. Terima kasih sudah menemani Author selama ini, walau ini juga bukan ending tapi author masih seneng.

Dan beruntung karena ini sudah masuk konflik, aku bisa memajukan karena juga aku habis nonton SINGLE karya Raditya Dika. Sumpah nyesek banget dah.

Tapi keren-keren plotnya dan banyak menginspirasi walau gak ada yang mirip di cerita ini.

Oh ya, untuk yang udah tau web mirroring wattpad, bisa imbox aku kali .. bagi-bagi info..

dan untuk reader yang janji mau kasih foto nangis, bisa di kirim lewat mana aja yang bisa, aku penasaran lho ... [kalau gak mau juga gak maksa]

gak banyak ngomong lagi .. enjoy aja yak!

Echa_VOLT.

********

"Pecat si jalang itu, dan putuskan semua aliran uang mu padanya. Baik credit card maupun cash. Semuanya."

Darah meninggalkan tubuh Clara. Sedangkan Agathon terdiam.

"See? Your mouth full of bullshit!" maki ku. Aku mendecih.

"Oke." kata Agathon cepat. "Asal kamu gak marah."

Akhirnya aku bisa mengeluarkan serigaian mematikanku. "Tidak ada hal kotor, dan akan sampai seterusnya. Waktu aku yang tentukan. Tidak. SELAMANYA."

"Hal kotor?" tanya Agathon bingung.

"Mau dari orang lain atau apapun itu. Karena aku pasti tahu." gumamku sambil bersedekap. "Gimana?"

"Oke." Aku tersenyum puas. Sedangkan Clara dengan wajah sangat geram. "Oh, aku lupa bilang. Tarik juga ya."

"APA?!" teriak Agathon bersamaan dengan Clara.

"Ah, berteriak lagi." gumamku dalam.

"Tapi kan --"

"Apa?" tanyaku malas. "Tidak mau?"

"Aku tidak bisa Maggie sayang." gumam Agathon frustasi. Aku melirik ke arah Clara, bahkan sekarang organ tubuhnya berceceran di tanah.

"Aku bisa." kataku keji.

"Tidak untuk menarik." tegas Agathon.

Aku menatap Agathon tajam. "Itu satu paket. Tidak melakukan itu, berarti percuma. Aku rasa itu tidak mustahil." gumamku menyindir.

"Apa yang kamu rencanakan? Aku gak mungkin narik semua, aku gak se pelit itu." decak Agahton frustasi.

"Aku se pelit itu." balasku tak mau kalah.

"Tidak bisa." Clara menghela nafas lega.

"Batalkan." gumamku final. "Toh kamu tak akan melakukannya untukku secara percuma."

"Sayang." bujuk Agathon.

Aku menatap Agathon lurus, tanpa jeda dan penuh intimidasi. "Menjijikkan." kataku pedas.

"Kamu kenapa sih?" Mata Agathon bergerak liar, dia seperti mencari sesuatu yang mengganguku.

"Disebut apakah seorang lelaki dewasa yang tidak bisa menepati kata-kata nya?" Aku menatap Agathon dingin. "Bajingan."

"Stop! Kamu kenapa sih? Mulut kamu juga kotor!" Agathon melihatku tak percaya.

Aku mendesis dingin. "Minggir. Simpan bualan lo itu, dan kasih ke jalang selingkuhan lo yang lainnya. Gak laku sama gua."

One Last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang