Chapter 5 : First Kiss For Last Time

5.9K 159 7
                                    

You always there, you everywhere. But right now I wish you were here.

-Avril Lavigne


"Inget aja, penyesalan datang terakhir." Kata Adam bijak.

"Ya kalau duluan, namanya pendaftaran." Balas Elliot dengan guyonan. Adam hanya menggelengkan kepala.

"Good luck lah bro." Katanya lalu masuk ke dalam rumah.

"Aneh." Elliot pun memasukki rumah setelah memarkirkan mobil.

******

WARNING TYPO BERTEBARAN!

HARAP MENINGGALKAN BINTANG ATAU COMMENT

JANGAN PLAGIAT ATAU APAPUN TANPA SEIJIN AUTHOR

******

Maggie Pov.

TOK... TOK... TOK..

Aku menggeliat malas dalam kasurku. Hanya Bunda yang hobi membangunkannya saat libur. Menyebalkan. Dengan langkah kaki ogah-ogahan, aku membuka kunci pintu dan menampakkan wajah 'bantal'ku pada Bunda cantikku.

"Cuci piring, terus sapu halaman." perintah Bundaku.

Aku menghela nafas berat, lalu mengambil kunciran dan menguncir rambut keritingku yang kusut. Keluar dan menyelesaikan 'orderan' Bundaku.

Untuk beberapa saat, aku menikmati menyuci piring dengan kedua headset di telinga. Dan yang terakhir, menyapu halaman.

Aku keluar dengan mata yang lebih baik karena sedari tadi tubuhku sudah terkena air. Aku mengambil sapu halaman dan mulai menyapu dedaunan yang berwarna kuning dan kering.

Sret.. Srett...

Suara sapu yang mendorong dedaunan kering menuju tempat sampah di pojok.

"Pagi cinderella!" sapa suara bariton yang aku kenal.

Aku mengkerutkan kening. Kenapa namaku jadi Cinderella?

Aku memilih membalikkan badanku dan menatap Elliot dengan t-shirt abu-abunya yang basah, celana pendek training, dan juga sepatu kets putihnya.

"Abis CFD dimana?" tanyaku sambil menyapu kembali. Sudah terbayang kasur yang empuk dan ingin aku tiduri.

"CFD?" tanya dia bingung. Dari suaranya, aku mendapati dia mendekat.

"Car Free Day, biasanya anak-anak Jogging di HI atau Monas." jelasku masih terfokus dengan tongkat sapu ini.

"Gua denger, lo gak pernah ikut ya? Kenapa?" tanya Elliot sambil meminum air mineralnya.

"Sebenernya mau, tapi berhubung kasur ternyata lebih cantik dan menyenangkan, kenapa harus pergi jauh-jauh?" kataku sok puitis. Aku harus di acungi jempol pada pemilihan kata karena suka membaca.

"Bilang aja males, sok putis banget." cibir Elliot.

"Terserah." kataku akhirnya.

"Rajin banget sih princess." goda Elliot sambil sengaja mencolek daguku.

"Ish! Jangan iseng!" kataku sebal, melanjutkan menyapu, jujur, itu asal-asalan.

"Iya-iya. Ampun." Elliot sepertinya masih takut dengan peraturan 'aku benci di gangu pagi-pagi'.

Dengan cepat aku menyelesaikan acara menyapuku dan buru-buru masuk ke rumah. Tapi sayang, di cekal Elliot.

"Apa sih? God greek?" kataku sebal.

One Last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang