Chapter 19 : The Worst Honeymoon

6.1K 159 6
                                    

"Karena itu Clara keras kepala. Dan aku sekarang bertindak sebagai sahabat mu!" balas Elliot lalu merangkulku posesive.

"Sahabatku sekalipun tak perduli ketika aku memakai bikini." jawabku sinis. Elliot menghentikan jalannya dan menatapku tajam. "Okey! Kamu menang. Terserah." jawabku muak lalu berjalan dahulu. Lebih baik mengalah dari pada aku akan terjebak di kamar selama waktu yang tidak di tentukan.

"Good girl." aku mendengus kesal ketika Elliot mengatakannya dengan nada senang.

******

WARNING TYPO BERTEBARAN!

HARAP MENINGGALKAN BINTANG ATAU COMMENT

JANGAN PLAGIAT ATAU APAPUN TANPA SEIJIN AUTHOR

******

Chapter 19 : The Worst Honeymoon

Tanah Lot.

Itu adalah salah satu tempat wisata yang sangat bagus di Bali dan wajib di kunjungi.

Angin sepoi-sepoi menerpa wajahku dan menerbangkan rambutku yang sudah mengering tetapi tetap aku bebaskan dari segala macam penyiksaan untuk rambut (jepit rambut atau ikat rambut). Aku memegangi kedua siku ketika mulai merasakan udara yang cukup sejuk.

"Dingin?" tanya suara bariton sexy itu. Elliot menatap jauh ke depan menggunakan kaca mata raybannya. Aku sekarang terlihat seperti temannya, atau malah pembantu? Pilihan terakhir sangat mengerikan.

"Hey." Panggil Elliot lagi, kini dia menatapku dengan kaca mata hitamnya. Menghalangi pandanganku ke arah mata hijaunya -yang menawan- itu.

"Not really." Bisikku sambil terus kepala menatap lingkungan.

Bernostalgia.

Aku masih ingat dengan jelas, dulu, ketika aku kelas 6. Saat lulus-lulusan untuk naik ke SMP aku liburan ke Bali beserta keluarga. Liburan pertama keluar kota selain Bandung dan Bekasi. Eh, tidak deh, aku sudah pernah ke anyer dan puncak. Well, berarti Bali adalah satu-satunya tempat exclusive. Hehe..

Elliot menepuk kepalaku pelan. "Jangan bengong, nanti di gangguin Nyi Roro Kidul." Canda Elliot sambil tersenyum atau nyegir?

Entah lah..

****

Flash Back

Waktu itu, pertama kalinya aku mendapatkan juara 3 bersama saat lulus-lulusan waktu SD. Guess what? Liburannya langsung menuju Bali. Siapa sih yang gak suka Bali? Bule bersleweran, pantai, dan aneka ragam budaya pulau dewata itu.

Dan aku salah satu dari jutaan turis yang mencintai pulau dewata tersebut walau ini kali pertama aku kesana.

Kami sekeluarga pergi naik mobil. Pertama kalinya dalam sejarah aku tidur 3 hari di mobil. Well, pantatku terbakar. Okay, itu kiasan, yang artinya pegel banget.

Menaiki kapal fery yang sangat besar dan aku tidak bisa menemukan bintang di laut ini. Gelap sekali dan hanya terdengar percikan air dari kapal yang sedang menyebrangkan kami ke Bali. David dan Tata bermain di sekeliling mobil, sedangkan aku memilih bersama ayahku memegangi pinggiran kapal.

Ibuku? Di mobil. Tunggu, jangan fikir dia lelah atau mabuk laut. Dia takut naik kapal. Yap, dialah yang paling takut dengan segala hal. Mrs. Worry. Haha.. Maafkan anak mu ini Bunda karena meledekmu dari belakang.

Aku menjulurkan tanganku melewati pegangan kapal, dan iseng mencoba memanjat turun. Tapi dengan sigap ayahku menekan pinggangku untuk membuatku tetap di dalam kapal.

One Last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang