part.3

1.9K 154 4
                                    

Disinilah Sunghoon berada sekarang, taman rumah sakit terhitung sudah tiga bulan ia tidak menginjakkan kaki ke tempat ini, bukan tanpa alasan dia kemari Sunghoon hanya ingin memeriksa kesehatannya yang ia rasa makin hari makin memburuk.

Sunghoon juga ingin tau apakah dia masih bisa berjuang atau menyerah adalah pilihan terbaik, tapi sedari tadi Sunghoon hanya diam menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong ingatannya kembali melayang saat percakapannya dengan Dokter Reyhan tadi, Dokter yang menanganinya selama 4 tahun ini.

Flashback

"Sudah lama kamu tidak kemari, apa penyakit kamu jarang kambuh?" Tanya dokter Tampan tersebut

"Tidak, saya akhir-akhir ini disibukkan dengan tugas sekolah" jawab Sunghoon disertai senyum tipis yang menghiasi wajah pucatnya.

Dokter Reyhan menghela nafas sejenak. Dia tau bahkan sangat tau seberapa banyak beban yang harus di tanggung Sunghoon sendiri walaupun tak mau menceritakan perihal kehidupan pahitnya. Ia bisa tau dari tatapan mata Sunghoon tatapan yang mengandung begitu banyak luka tak kasat mata. Tapi sejauh ini Sunghoon sangat pandai menyembunyikannya dengan senyuman di wajahnya.

"Bagaimana dok?" Tanya Sunghoon

"Sunghoon.." Dokter Reyhan menatap Sunghoon memandangnya sendu

"Kanker darah yang kamu derita selama 4 tahun terakhir kini sudah memasuki stadium akhir" ujar dokter Reyhan ia sebenarnya tidak mau menyakiti hati Sunghoon dengan mengatakan ini tapi apa boleh buat dia harus mengatakan yang sebenarnya.

Mendengar ucapan Dokter Reyhan Sunghoon tidak bereaksi apa-apa ia hanya diam dengan pandangan kosongnya dirinya sudah menduga ini akan terjadi cepat atau lambat Sunghoon akan menyerah.

"Sunghoon kamu bisa menjalani perawatan intensif di rumah sakit ini, Dokter janji bakal sembuh kamu" dokter Reyhan berusaha untuk menenangkan pasien kesayangannya ini.

"Sunghoon.." ucap Dokter Reyhan.

Sunghoon memberanikan diri untuk menatap Dokter Reyhan Dan berusaha tersenyum tenang.

"Terima kasih dok, mengenai saran dokter barusan akan saya pikiran dulu, saya pamit dok" ucap Sunghoon lantas berlalu pergi ke luar.

Dokter Reyhan hanya bisa menatap punggung ringkih itu dan kemudian menghilang di balik pintu.

Flashback off

Dari sana Sunghoon mengambil kesimpulan kalau hidupnya tidak akan lama lagi Sunghoon sedih? Pasti Sunghoon takut? Sangat, selama ini dia berjuang sendirian.

Mengenai perawatan intensif yang dokter Reyhan sarankan Sunghoon sama sekali tidak berniat untuk melakukan itu dia bahkan tidak mempunyai uang yang cukup untuk melakukan pengobatan Sunghoon tidak mau terus merepotkan Dokter Reyhan.

***

Sudah satu jam Sunghoon menunggu namun tidak ada juga taksi yang lewat ia melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 9 malam tidak ada pilihan lain Sunghoon memaksakan diri untuk berjalan kaki untuk sampai rumah.

Diperjalanan pulang Sunghoon berhenti sejenak penyakitnya kembali berulah suatu pukulan keras di belakang kepalanya membuat tubuhnya limbung seketika tapi tidak sampai terjatuh Setelah rasa pusingnya berkurang Sunghoon melanjutkan langkahnya.

Sesaat setelah membuka pintu Sunghoon di kejutkan oleh suara seseorang.

"Lo pikir lo siapa bisa pulang pergi seenak lo!" Sunghoon berbalik melihat Heeseung yang sedang menatap tajam ke arahnya bisa Sunghoon liat kilat kemarahan pada mata sang kakak

Pandangannya beralih menatap seseorang yang tengah duduk di atas sofa ia merasa tidak asing dengan sosok tersebut Sunghoon tersentak saat orang itu berbalik Samuel. Sunghoon langsung menundukkan kepalanya dan tersenyum miris.

"Lo tau kan sekarang tanggal berapa? Dan kenapa selama ini lo selalu menghindar" tanya Heeseung datar.

Astaga. Sunghoon lupa kalau sekarang sudah awal bulan yang berarti jadwal Sunghoon yang jadi pendonor untuk Alea, anaknya Samuel. Kenapa dia pulang.

Thalassemia, itulah yang dikatakan dokter yang mana Alea harus mendapatkan donor darah dua sampai empat minggu sekali. Dan kebetulan golongan darah Sunghoon sama dengan Alea tapi bagaimana? Sunghoon tidak bisa berbuat apa-apa.

Sunghoon takut kalau terus menjadi
Pendonor untuk Alea penyakit yang ia derita pasti akan ikut ke aliran darahnya Sunghoon takut Alea akan memiliki penyakit yang sama jika dirinya yang jadi pendonor darahnya sekarang itu alasannya dia selalu menghindar saat Samuel membutuhkan pendonor, tapi Samuel tidak pernah menyerah terus menemuinya di setiap kali awal bulan

Mengenai pamannya Samuel Sunghoon tidak tau di mana letak kesalahannya selama ini dia hanya mendapatkan makian serta omongan kasar dari pamannya.

"Om Samuel kok kesini gak bilang?" Lamunan Sunghoon buyar begitu saja  ketika Jungwon datang dari lantai atas.

"Baru nyampe won" ujar Samuel

Sedari tadi mereka bertiga asik berbincang melupakan seseorang yang masih berdiri di dekat pintu memperhatikan interaksi mereka.

Sunghoon tidak buta ia melihat semuanya Jungwon yang langsung di pelukan oleh pamannya dan mengelus puncak kepalanya. Kenapa hatinya terasa sangat sakit melihat kedekatan mereka? Tanpa ia sadari setetes air mata jatuh di pipinya Sunghoon buru-buru menghapusnya dirinya tidak boleh cengeng dia sudah terbiasa di perlakukan seperti itu.

***

Disaat semua orang tengah berkelana di alam mimpi masing-masing beda lagi dengan seorang remaja yang tengah meringkuk di atas kasurnya Dia adalah Sunghoon.

Baru beberapa jam ia memejamkan mata penyakitnya kembali berulah dadanya nyeri disertai rasa sesak sekali Jika di bilang seberapa lemasnya dia sekarang itu tidak bisa di katakan lagi rasa lemas yang tidak bisa di rasakan oleh orang lain yang tidak pernah hilang walaupun beristirahat pusing yang amat sangat pusing. Sunghoon sudah tidak punya tenaga untuk mengambil obatnya yang terletak di atas meja belajar.

Sunghoon meletakkan telapak tangannya di atas dada merasakan sumber kehidupannya yang masih berdetak tak karuan Sunghoon menatap kosong ke depan menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 04:00 namun itu terlihat sangat kabur, sepertinya jantungnya sudah mulai lelah untuk terus berdetak.

***

Saat ini Sunghoon tengah duduk di kursi koridor rumah sakit sendirian ia menyandarkan kepalanya sambil memijit pelan pelipisnya, Jujur kepalanya sangat pusing Sunghoon memejamkan matanya sejenak terdengar helaan nafas lelah dari bibirnya. Tubuhnya benar-benar lemas untuk berjalan keluar rumah sakit saja Sunghoon tidak sanggup.

Dia membuka matanya saat merasa seseorang berdiri di hadapannya "Kamu tidak menyusahkan Heeseung kan?" Tanya dingin Samuel pada Sunghoon.

Sunghoon hanya diam bagi dia dibalik pertanyaan yang Samuel lontarkan itu tersirat nada dendam dan amarah yang dia tahan kepadanya.

"Saya sudah sering meminta Heeseung untuk tinggal bersama saya, tapi dia selalu menolak. Entah apa yang ada di pikirannya dia lebih memilih tinggal bersama mu" Samuel berdecak kesal.

Mendengar perkataan Samuel Sunghoon memberanikan diri untuk menatap Samuel, Kenapa Samuel juga ingin membawa pergi kebahagiaan satu-satunya itu. Sunghoon tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini hanya Heeseung yang membuat Sunghoon bertahan sampai titik ini meskipun Heeseung sangat membencinya.

"Ada saatnya saya akan mengambil paksa Heeseung dari kehidupan kamu dan memberikan kebahagiaan yang selama ini dia butuhkan" setelah melontarkan kata itu Samuel berlalu pergi tanpa rasa bersalah.

Hidup tapi terasa mati Itu lah yang dirasakan Sunghoon selama ini tidak pernah dianggap. Tapi ia sedikit bersyukur karena sudah di bawah ke rumah sakit tadi pagi walaupun hanya seperti ini.

Hanya mengantarkannya saja tanpa ada rasa khawatir tapi kalo di pikir-pikir Samuel rada baik juga sudah mau mengantarkannya ke rumah sakit.





Tbc

DIFFICULT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang