Raut penyesalan lekat di wajah Heeseung saat ini. Satu minggu sudah berlalu semenjak kejadian Heeseung kehilangan kendali dan hampir membuat adiknya sendiri meregang nyawa. Sungguh saat itu pikirannya tengah kacau di tambah lagi dengan kehadiran Sunghoon yang kala itu sangat pas untuk melampiaskan luapan emosi. Apakah menurut kalian tindakan Heeseung itu salah?
Selama itu pula dia tidak melihat batang hidung Sunghoon di rumah. Di sekolah pun dia harus menekan gengsinya dan menemui Jake yang pada saat itu tengah asik dengan seorang remaja yang Heeseung yakin itu adalah Sunoo teman barunya.
Setelah menanyakan keberadaan Sunghoon pada Jake, bukan raut ke khawatiran yang biasanya ia dapatkan melainkan jawaban yang membuat Heeseung yakin bahwa ada yang salah di antara mereka.
"Lo pikir gue orang tuanya yang selalu ngawasin dia kemana aja?"
Itulah jawaban yang Heeseung terima langsung dari mulut Jake.
Perasaan takut kehilangan seketika menghantui pikirannya. Dia tengah khawatir saat ini. Kemana anak itu pergi? Apakah dia baik-baik saja? Oh tunggu, menurut kondisinya saat itu Jauh dari kata baik-baik saja. Tidak tidak. Heeseung tidak boleh berpikiran buruk seperti itu. Heeseung menggelengkan kepalanya kasar pikiran negatif mulai bermunculan di benaknya.
Sebelum meninggalkan Sunghoon pada malam itu dengan penuh rasa sakit, dia tidak sengaja bertatapan dengan sorot mata yang sarat akan keputusasaan. Sorot mata yang membuat hati Heeseung juga merasakan apa yang tengah anak itu rasakan selama ini.
Heeseung memang melihat Sunghoon tidak mengeluarkan air mata. Tapi Heeseung tau jauh di lubuk hati Sunghoon tengah menahan itu semua.
Semua orang pasti punya alasan untuk membenci bukan? Tapi setelah di pikir-pikir apa alasan yang dia gunakan selama ini untuk membenci Sunghoon? Kenapa dengan mudahnya dia termakan omongan Jungwon? 'kehadiran Sunghoon lah yang membuat kasih sayang ayahnya berkurang padanya'
Saat itu ayahnya memperlakukannya sama dengan Sunghoon. Heeseung hanya marah dengan ayahnya karena dia lebih dekat dengan Sunghoon ketimbang anak kandungnya sendiri. Hanya itu.
Hanya alasan itu yang membuat dia membenci Sunghoon selama ini dan tidak pernah baik memperlakukan Adiknya? Bodoh sekali dia. Apakah dia masih pantas di sebut seorang kakak?
Puncaknya saat ini Heeseung benar-benar ingin melihat keadaan Sunghoon. Dia akan berusaha menerima semua dan memperbaiki hubungannya dengan sang adik. Tidak peduli aliran darah siapa yang mengalir dalam tubuh Sunghoon. Dia hanya ingin mengatakan dengan mulutnya sendiri bahwa dia tidak pernah menyesal mempunyai seorang adik bernama Park Sunghoon.
Terlepas dari itu semua, tanpa Heeseung sadari atensi seorang yang berstatus sebagai adik barunya perlahan mulai menghilang.
***
"Kenapa masih di sini? Ini sudah jam makan siang"
Lamunan Hanna buyar saat seorang masuk ke ruang kerjanya. Hanna membalas dengan senyum tipis pada seorang wanita yang tampak seumuran dengannya.
"Ada masalah dengan pekerjaan?" Tanyanya lagi yang di balas gelengan kecil oleh Hanna.
"Tidak ada masalah, ada berkas yang perlu ku tandatangani?" Tanya Hanna setelah menormalkan pikirannya.
Wanita di hadapannya itu menggelengkan kepala lalu mendudukkan dirinya di atas sofa.
Dia memutar pandangannya ke arah Hanna yang kembali dengan lamunannya. Menghela nafas sejenak dan beranjak duduk di kursi depan meja kerjanya."Masih rindu dengan putramu?"
"Rin.." lirih Hanna pada wanita yang sudah dia anggap sebagai teman bahkan keluarganya sendiri.
