part. 22

1.8K 141 8
                                    

Jay hanya terdiam semakin menggenggam erat tangan Sunghoon.

Brak!!

Fokus ketiganya teralihkan saat Seorang wanita membuka pintu kasar

"Sunghoon sayang..!! minggir kamu!" Irene berlari langsung menggeser posisi Hanna yang tengah duduk di kursi samping brangkar putranya.

"Ngapain kamu kesini?!" Tanya Hanna yang tidak terima tempatnya di ambil alih oleh Irene.

"Seharusnya saya yang nanya ngapain kamu dekat-dekat dengan anak saya" ucap Irene.

Hanna terdiam. Kenapa dirinya merasa tidak terima jika ibu kandung dari putranya berada di sisinya. Dia yang sudah membesarkannya. Hanna tidak terima jika Irene mengambil Sunghoon darinya.

"Ini mama sayang, anak mama kenapa bisa seperti ini?" Tanya Irene lembut mengelus puncak kepala Sunghoon.

Hanna hanya terdiam melihatnya. Kenapa harinya terasa terbakar? Kenapa sakit sekali rasanya? Anak itu, anak yang selama ini tidak dia harapkan. Kenapa sekarang hatinya berpihak lain. Hatinya tidak terima jika Irene menyentuh putranya.

Fokus Irene, Jay, Hanna, Heeseung kini beralih menatap wajah Sunghoon. Dapat mereka lihat, perlahan tapi pasti, mata indah itu mulai terbuka.

"M-amah" lirihnya tanpa suara. Irene yang melihat pergerakan bibir Sunghoon dibuat menangis.

"Iya ini mamah, mamah Sunghoon" Irene menyentuh pipi putranya.

"Sakit ma.." lirih Sunghoon membuat Irene, Hanna dan dua lainnya mampu menahan isakannya.

"Mana yang sakit sayang? Bilang sama mama?" Tanya Irene lembut.

"Semuanya, tapi dada Sunghoon ja-uh lebih sa-kit mah"
Irene mengangguk mengelus lembut dada putranya.

Hanna membekap mulut sendiri ia ingin teriak tapi tidak bisa. Tangannya terangkat ingin mengelus dada Sunghoon.

"Apa yang kamu lakukan!" Irene menepis tangan Hanna kasar.

Hanna hanya mampu terdiam dengan rasa sakit di hatinya. Kenapa sakit sekali? Lebih sakit daripada kehilangan suaminya? Sampai-sampai menelan salivanya saja tidak biasa.

"Maafin mama sayang, mama terlalu dalam menyakiti hati kamu" ucap Hanna susah payah menahan isakannya.

Tiiiittttttttt......

Dengungan panjang itu begitu terdengar nyaring menekankan telinga. Hanna yang mendengar itu langsung menatap ke layar monitor. Garis lurus terlihat di sana.
Membuat Hanna memberontak di pelukan Heeseung.

"SUNGHOON!!"

Hanna terbangun dari tidurnya, nafasnya terengah-engah. Bulir-bulir keringat membasahi pipinya.

Tes

Satu butir air mata mengalir dari pelupuk mata Hanna. Kenapa? Ada apa? Kenapa mimpi itu terasa nyata? Benarkah Sunghoon nya pergi?.

Hanna mengalihkan pandangannya menatap ke arah sekitar hingga matanya tertuju pada sebuah kotak pemberian seseorang.

Dengan perlahan Hanna bangkit dari tempat tidurnya melangkah pelan menuju nakas, mengambil kotak itu, menatapnya sebentar dan membukanya.

Satu buah kalung berinisial namanya air mata Hanna kembali turun. Ia menggenggam kalung itu lembut lalu membawanya ke arah dada. Seolah ia tengah memeluk kalung itu.

"Sunghoon ingin mamah peluk kan? sekarang kamu di mana? Mama rindu" lirihnya.

Brak!!!

Hanna dibuat terkejut, buru-buru ia menaruh kembali kalung itu dan menghapus air mata yang mengalir di kedua pipinya. Dan segera menoleh ke arah pintu. Ada Heeseung tengah berlari ke arahnya.

DIFFICULT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang