Typo bertaburan di mana mana
***
Sunghoon mengeratkan jaket pada tubuhnya. Menatap dengan senyuman kecil kontrakan di hadapannya. Sepulang bekerja Sunghoon menyempatkan diri untuk mencari kontrakan yang akan di tempatnya. Tidak terlalu besar tapi cukup nyaman dan harganya juga murah.
Uang gajian yang dia sisihkan untuk membeli obat harus Sunghoo non relakan untuk membayar sewa kontrakannya.
Setelah berpikir semalaman, perkataan Samuel terus memenuhi pikirannya. Apakah dia harus benar-benar pergi dari keluarga ini? Bukannya Sunghoon mau menyerah tapi dia pikir ini adalah pilihan terbaik. Sunghoon juga masih tau diri untuk tidak menerima apartemen yang Samuel berikan.
Perihal Sekolah Sunghoon tidak tau apa masih bisa melanjutkan pendidikan atau tidak. Gajinya tidak cukup untuk membayar uang sekolah. Di tambah lagi kesehatannya yang semakin hari makin memburuk.
Untuk saat ini yang ada di pikirannya adalah bagaimana dia harus tetap bertahan dengan kehidupan barunya.Jika nanti Tuhan memberikan keajaiban atau memberikan Sunghoon umur yang panjang dan kesehatan yang kembali membaik. Sunghoon berjanji akan melanjutkan sekolah dan berpendidikan yang tinggi. Setidaknya Sunghoon ingin membahagiakan ayah di atas sana.
***
Perasaan cemas masih setia melanda Heeseung saat ini, sambil memegangi Beberapa memar di wajahnya akibat pertengkaran nya tadi pagi.
Setelah mendengar ucapan Jay di telpon tadi membuat hatinya semakin kacau. Pasalnya Jay mengatakan bahwa Sunghoon tidak ada dirumahnya lagi.
Pada malam dimana Heeseung meringkuk kesakitan di depan pintu rumah karena Jay menghajarnya saat itu. Dan Heeseung guna meluapkan emosi yang sudah bergejolak yang di buat oleh Jungwon dan sasarannya adalah Jay.
Jay tidak terima akhirnya malam itu dia mengalahkan Heeseung, dan tadi pagi Jay yang di buat kalah oleh Heeseung. Sepertinya pertengkaran mereka tidak akan ada habisnya. Semua alasannya karena Sunghoon.
Dengan mudahnya Jay mengetahui tentang kondisi kesehatan Sunghoon saat dirumah sakit. Jay sangat merasa bersalah dan membawa Sunghoon ke rumahnya tanpa sepengetahuan Heeseung, untuk bertanggung jawab atas semua kesalahannya sudah menyakiti tubuh ringkih Sunghoon. Tapi saat ia kembali masuk ke dalam kamarnya Sunghoon sudah tidak ada di sana.
Saat dia tengah mencarinya tidak senja berpapasan dengan Heeseung yang tiba-tiba menghajarnya begitu saja. Bukan tanpa alasan juga, karena Heeseung mencari Sunghoon.
Malam ini keluarga nya sedang mengadakan pesta barbeque di halaman belakang.
Heeseung memperhatikan satu persatu wajah keluarganya. Terlihat jelas kebahagiaan disana. Apa mereka tidak menyadari kurangnya kehadiran seseorang?
"Kenapa melamun?" Heeseung tersentak mengarahkan pandangannya saat Hanna menepuk pelan bahunya.
Hanna memegang kedua bahu Heeseung menatap putranya yang sudah tumbuh sangat baik. Banyak sekali sesuatu yang sudah ia lewatkan ternyata.
"Mamah janji mulai saat ini mamah bakal tinggal di sini bersama anak anak mamah"
Heeseung menatap Hanna yang masih belum melunturkan senyumnya
"Sunghoon?" Tanyanya memberanikan diri.Senyum yang sejak tadi Hanna pertahankan perlahan luntur. Masalah ini masih sensitif di telinganya dia akan mencoba. Tujuan Hanna kembali ke rumah ini untuk mencoba menerimanya perlahan.
"Ngapain di sini ayo gabung" keduanya menoleh bersama saat Samuel datang membawa bahan makanan dan melanjutkan acaranya.
***