"Heeseung saya perhatikan permainan kamu akhir akhir ini kurang bagus, kenapa ada masalah?" Tanya pak Reza
"Maaf, saya kurang fokus pak" Ujarnya sopan pada pak Reza. Entah kenapa dia merasa kurang fokus akhir akhir ini terlalu banyak yang tengah ia pikirkan.
"Dua minggu lagi kita akan mengikuti turnamen. Fokus! Oke" semangat pak Reza.
"Baik pak" jawab Heeseung
"Kalau kamu ada masalah bisa cerita sama saya siapa tau saya bisa bantu. Yasudah ayo lanjut" ujar pak Reza.
"Terimakasih pak"
Saat ini mereka tengah berlatih di lapangan basket outdoor karena lapangan basket indoor dipakai pihak sekolah untuk persiapan acara ulang tahun sekolah.
Heeseung mengisyaratkan temannya untuk melempar bola ke arahnya Sayangnya bola meleset ke luar lapangan dan mengenali seseorang.
Dug!
Bruk!
"Sunghoon!" Kagetnya Heeseung masih punya hati nurani untuk sekedar menolong dia lantas berlari menghampiri Sunghoon yang jatuh ke atas tanah namun tidak lama kemudian Sunghoon mendudukkan tubuhnya Heeseung masih diam berdiri di hadapan Sunghoon ia tidak tau apa yang harus ia lakukan.
Sunghoon yang melihat kakanya masih berdiri tanpa berniat untuk menolongnya tersenyum sedih. Apa yang dia harapkan? Sunghoon selalu berusaha sendiri dia tidak boleh kelihatan lemah di depan kakaknya.
"Gue ga papa kak" ujarnya tanpa menatap mata Heeseung lalu berusaha untuk berdiri kembali dan berjalan meninggalkan lapangan.
Heeseung menatap punggung Sunghoon yang mulai menjauh Kenapa hatinya terasa tercubit melihat Sunghoon seperti itu Heeseung tidak buta dia melihat Sunghoon seperti sedang kesakitan tapi dia tidak ada niatan untuk menolongnya? Pantaskah dia di sebut sebagai seorang kakak?
Kebahagiaan. Apakah Sunghoon pernah merasakan itu? Mungkin pernah tapi itu dulu saat sang ayah masih ada Itupun kebahagiaan yang ia terima hanya dari sang ayah
Tapi Sunghoon sangat berterima kasih akan hal itu setidaknya dulu dia pernah merasakan apa itu kasih sayang.Mamah? Dari dulu dia berangan-angan ingin merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu. Dia Juga ingin di perlakukan sebagai mana mama memperlakukan Heeseung hanya itu. Apakah impiannya terlalu berlebihan? Sepertinya.
Kalau dengan mati saja sudah bisa menyelesaikan semuanya sudah dari dulu Sunghoon menyerah memilih bunuh diri saja sayangnya semuanya tidak semudah itu.
\\
Sunghoon melangkahkan kakinya keluar UKS Dia tidak mengikuti pelajaran sehabis istirahat dan lebih memilih tidur di UKS. Sesaat setelah membuka pintu Sunghoon dikejutkan oleh seseorang yang sudah berdiri di depan dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celananya.
Sunghoon tidak berani menatap mata kakaknya hanya hening yang menyelimuti suasana kakak dan adik itu. Lama dengan keterdiaman nya Heeseung buka suara "Om Samuel bilang lo kemaren gak ke rumah sakit?" Ucapnya dingin
Sunghoon hanya menundukkan kepalanya ia tidak bisa menjadi pendonor darah untuk anak om Samuel dirinya juga butuh bahkan sangat butuh.
"Gue kemaren ada urusan" jawab Sunghoon lirih
"Kalo lo gak bisa datang minimal bilang sama om Samuel Biar dia gak nungguin lo, kemaren Alea sampe drop gara-gara lo" ucap Heeseung tidak membentak tapi lebih terkesan dingin.
"Gue cape kak gue gak mau" ujarnya takut. Jujur dia sudah sangat lelah jika darahnya ia berikan kepada orang lain mungkin hari itu juga Sunghoon akan menyerah Bagaimana dia membantu orang lain sedangkan kesehatannya saja tidak ada satu orang pun yang perduli.