Tatapan murid-murid tidak lepas dari Sunghoon dengan santainya masuk ke dalam kelas dengan wajah lebam-lebam dan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya dia berjalan seolah-olah tidak terjadi apa-apa sementara yang lain saja sudah menatap wajahnya ngeri.
Sunghoon mendudukkan dirinya lalau memilih melipat tangan di atas meja dan menenggelamkan kepalanya. Tidur mungkin itu yang Sunghoon butuhkan saat ini.
Munafik kalo dia bilang baik-baik saja seluruh persendiannya terasa sakit dan ngilu ditambah lagi lebam pada dadanya akibat tendangan remaja yang menghajarnya kemarin membuat dia sedikit kesulitan untuk sekedar menarik nafas.
Sunghoon harus berterima kasih banyak pada pak satpam yang menemukannya di gudang kemarin dan membawanya ke rumah sakit kalau tidak? gak tau lagi nasibnya akan seperti apa.
"Woi bangun pagi pagi udah tidur aja!" Teriak Jake di telinga Sunghoon yang masih menelungkupkan kepalanya Sunghoon yang terkejut lantas mengangkat kepalanya singkat menatap datar ke arah Jake.
Jake yang melihat wajah Sunghoon dipenuhi dengan lebam tentu terkejut
"Sunghoon! Muka Lo kenapa anjir!" wajahnya berubah khawatir."Gak papa kemaren habis jatoh" jawab Sunghoon
"Jatoh kok lebam begini? Lo di jajar sama orang?" Paniknya sendiri tidak mungkin kalo jatoh bisa lebam-lebam seperti itu.
"Lu di hajar sama Heeseung Dakjal itu kan! Jawab gue Sunghoon! " Ucap Jake yang sudah mulai kesal dengan jawaban Sunghoon.
"Udah gue bilang gak papa Jake!" Balas Sunghoon dengan suara tinggi yang membuat seluruh tatapan murid-murid berpusat pada mereka
Jake yang mendengar respon seperti itu dari Sunghoon sedikit terkejut ia sadar bahwa dirinya terlalu memaksa Sunghoon untuk cerita. Tapi dia sangat khawatir dengan sahabatnya ini sekeras apapun Jake membujuk Sunghoon dia yakin Sunghoon tidak akan mau cerita hanya ada satu nama di pikirannya saat ini Heeseung.
***
Heeseung yang baru saja melangkahkan kaki keluar kelas di buat terkejut saat Jake menariknya kasar ke taman belakang sekolah.
Setibanya di taman Heeseung langsung mendapatkan bogeman keras di pipi kirinya."Lo apa apaan sih!" Marah Heeseung dia tidak tau apa-apa kenapa maen hajar begini.
"Lo yang apa-apaan! Segitu bencinya lo sama Sunghoon sampai-sampai lo mau bunuh dia?" Marah Jake
emosinya tidak terkendali saat ini"Lo kenapa sih?" Kesal Heeseung yang masih tidak tahu arah pembicaraan Jake.
"Kenapa lo hajar dia bangsat! Dia punya salah apa sama lo" amuk Jake kembali memberi bogeman pada pipi Heeseung.
Heeseung yang tidak terima lantas membalas pukulan Jake dan berakhir mereka dengan saling tinju yang tak mau kalah satu sama lain.
Setelah beberapa menit Heeseung mendudukkan dirinya dengan napas yang masih terengah-engah keadaannya tidak parah hanya luka sobek pada bibirnya ia memutar pandangannya ke arah Jake yang keadaannya tidak jauh beda dengannya.
"Sunghoon kenapa?" Tanyanya pelan memberanikan diri ia masih bingung dengan kejadian ini.
"Jangan seolah olah lu gak tau, wajah sunghoon lebam-lebam saat gue masuk kelas tadi, lo apain dia?" Jawab Jake dengan pandangan kosong ke arah depan.
Heeseung tidak tau dia belum pernah menghajar Sunghoon sebelum pergi ke sekolah tadi pagi dia juga heran tidak melihat kehadiran Sunghoon di rumah mungkin dia sudah pergi pagi sekali pikirannya.
Jake berdiri lalau membersihkan seragam dan celananya yang kotor
"Kalo lu masih punya dendam sama dia, cukup hatinya aja yang terluka Jangan lukai fisiknya juga karena lo gak tau bagaimana dia berusaha untuk tetap bertahan sampai saat ini" Ujar Jake lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Heeseung yang masih mencerna ucapannya.Heeseung rasa dia tengah mengalami ini, ketika hati ingin berdamai dengan masalalu tapi pikirannya menolak kalau dia tidak perlu melakukan itu cukup jalani saja yang terjadi sekarang jujur hatinya seperti terasa teriris melihat wajah pucat serta mata sayu Sunghoon akhir-akhir ini wajah yang dulunya sangat dia benci tapi itu menjadi wajah yang sangat ia rindukan belakang ini.
Heeseung juga tidak mengerti apa yang terjadi pada hatinya mungkin dia sudah mulai menerima Sunghoon kembali?
//
"Kapan Oma datang?" Tanya Heeseung sopan lalu menghampiri neneknya yang sedang berbincang dengan Jungwon ada om Samuel juga
"Barusan" jawab Samuel
"Kamu gimana sehat kan?" Tanya Oma yang masih memeluk Heeseung
"Aku baik oma, Oma gimana?" Tanya Heeseung balik lalu melepaskan pelukannya dan mendudukkan diri di sofa.
"Oma baik-baik aja" jawab nenek Heeseung lalu beralih menatap Jungwon.
"Jungwon bilang kamu sibuk banget akhir-akhir ini?" Ujar Oma memulai pembicaraan.
"Iya Oma mau turnamen basket, jadi sibuk latihan" ucap Heeseung
"Wah hebat kamu Hees kapan turnamennya" antusias Samuel.
"Sekitar dua mingguan lagi om" jawab Heeseung.
Lama dengan perbincangan hangat mereka tiba tiba nenek bertanya membuat suasana hening
"Kamu gak mau ikut tinggal dengan Oma?"Pertanyaan ini yang Heeseung wanti wanti sejak tadi pertanyaan yang sangat dia hindari Heeseung menarik napas sejenak sebelum menjawab.
"Untuk sekarang aku mau tinggal di sini Oma, lagian juga sebentar lagi aku mau lulus Jungwon juga nanti dia sendirian" jawab Heeseung dia berusaha mencari jawaban yang tak akan membuat neneknya ini tersinggung.
"Nanti pindah sekolah di sana aja Jungwon juga" ujar Oma barusan membujuk Heeseung
"Ga bisa Oma, nanti kalo aku gak sibuk aku akan sering main ke sana bareng Jungwon" ucap Heeseung sopan.
"Kenapa kamu nolak terus sih? Kamu lebih memilih tinggal bersama anak sialan itu? Iya kan?" Marah Oma Heeseung yang sudah memancing Emosinya
"Bukan begitu Oma, aku-" jawaban Heeseung terhenti ketika seseorang membuka pintu rumah yang membuat pandangan mereka semua beralih ke arah pintu Itu sunghoon.
Sunghoon tidak kalah terkejut saat mendapati neneknya di rumah ia tidak tau kalau Oma akan datang hari ini kalau dia tau Sunghoon lebih memilih pulang terlambat.
"Berandalan malu-maluin keluarga saja kerjaannya!" Cibir Oma yang mendapati muka lebam Sunghoon serta penampilannya yang urakan.
Sunghoon hanya diam menundukkan kepalanya dia tidak akan pernah berani untuk melawan."Dia kan yang buat kamu tidak mau tinggal sama Oma?" Tunjuk Oma marah ke arah Sunghoon.
Heeseung tidak menjawab sedari tadi dia hanya memperhatikan Sunghoon yang menundukkan kepalanya dalam tidak bukan dia alasnya. Tapi Heeseung tidak ingin meninggalkan rumah peninggalan mendiang ayahnya saja. Iya bukan?
"Tidak Oma bukan dia" ucap Heeseung berusaha menenangkan neneknya dan berusaha menenangkan hatinya yang mulai gelisah melihat Sunghoon.
"Mungkin kalo Hanna tidak mengangkat kamu menjadi anaknya hubungan keluarga saya akan baik-baik saja!" Bentak Oma dengan tatapan tajamnya ke arah Sunghoon.
Sementara itu Sunghoon masih berdiri di depan pintu masih belum Bernai untuk melangkah ataupun mengangkat kepalanya kenapa semua orang tidak ada yang mengharapkan kehadirannya? Barang sedikitpun ia tidak pernah meminta lebih Sunghoon hanya ingin dianggap ada Itu saja.
Tbc
