Empat

113 13 2
                                    

Dua hari kemudian di Butik Mayang.

"Maaa!" panggil Luna dari pintu masuk butik mamanya. Gadis berambut panjang dan agak ikal itu berjalan perlahan sambil melihat-lihat ke sekeliling. Dia akhirnya ketemu mamanya, Bu Mayang, di dekat fitting room.

"Luna? Udah pulang kamu?" sapa mamanya tersenyum lalu memeluk Luna.

"Iya ma. Gimana ma, banyak pelanggan hari ini?"

"Hmm lumayanlah. Tapi Luna kamu tau engga, mama tadi nyaris dirampok,"

"Apa?" Luna kaget lalu langsung panik "Trus mama engga apa-apa kan? Engga ada yang luka kan ma?"

"Engga kok Luna, engga.. tadi ada anak muda nolongin mama," jawab mama tersenyum.

"Anak muda?" tanya Luna heran. Mama mengangguk.

"Iya. Mama pikir anak bandel, ehh ternyata malah baik nolongin mama,"

"Anak bandel?" tanya Luna pada dirinya sendiri. Dia bertanya-tanya, lalu matanya tak sengaja melihat sosok engga asing keluar dari arah toilet di belakang. Luna membelalak. Kini sosok itu makin dekat, berjalan ke arah dia dan mamanya.

"Nah ini dia anak muda yang mama maksud," ujar mama sambil mengusap-usap bahu cowok itu. Cowok itu tersenyum, kali ini terlihat lebih tulus.

"Rival?" Luna masih tak percaya.

"Loh kalian sudah saling kenal?" tanya mama heran.

"Iya. Saya pernah ketemu anak tante di sebuah gang kecil dan dia diganggu preman. Jadi saya bantu sedikit untuk mengusir preman itu,"

"Ah nak Rival! Kok bisa kebetulan gitu ya. Pertama kamu nyelamatin anak tante sekarang kamu nyelamatin tante. Kamu bener-bener malaikat yang dikirim Tuhan buat kami," ujar mama agak kaget namun tersenyum haru.

"Ah tante berlebihan,"

"Berlebihan apanya! Aduh, tante berhutang budi sekali sama kamu. Apa yang harus tante lakukan untuk membalas semua kebaikan kamu?"

"Enggak apa-apa kok tan. Saya ikhlas," jawab Rival. Ekspresi wajah yang benar-benar mengejutkan. Luna tak lepas memandang wajah cowok itu saat berbicara dengan Mama. Rival tampak begitu normal dan.. baik! Sangat jauh dari kesan bandit yang pernah diungkapkan Shanita.

Rival pun permisi pulang dengan Luna menemaninya hingga pintu depan. Namun, belum sempat mencapai pintu, Mama memanggil Luna.

"Ada apa Ma?" tanya Luna.

Mama berbisik, "Lun kayaknya itu anak baik. Mending kamu ajak jalan-jalan sana, itung-itung balas budi,"

"Aduh Ma, malu ah!"

"Eh dia udah baik banget loh ama kita. Kamu engga boleh gitu,"

"Tapi mau ajak jalan-jalan kemana?"

"Hmm.. ke pantai aja, biar romantis,"

"Ih Mama mau balas budi atau mau nyomblangin anaknya sih?"

"Udah gih sana ah,"

"Iya iya!" ujar Luna cemberut lalu melangkah malas ke arah Rival.

"Hmm.. lo sibuk gak?" tanya Luna ragu.

"Enggak. Kenapa?" jawab Rival seadanya. Luna kesal mendapati ekspresi Rival berubah lagi jadi jutek.

"Nyokap nyuruh gue traktirin lo sebagai ucapan trima kasih," ujar Luna ketus.

"Enggak usah, makasih,"

GLANCE #1: Mr. Eagle & Ms. SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang