Satu

176 16 3
                                    

GLANCE angkatan 32, 2015

"Ahh ini jelek," tukas Alice sambil mencampakkan mini dress berwarna turquoise yang tadi dicocokkan ke tubuhnya. Cewek berkulit putih dan berambut pirang itu keliatan bete banget dengan bibir manyunnya yang nyaris menyerupai monyong lumba-lumba.

"Kalo ini? Manis kok," ujar Corrine sambil menyodorkan dress lain berwarna kuning.

"Aduh Corrine! Kita mau nongkrong di tempat paling keren se Jakarta bukan mau ke taman kanak-kanak. Warnanya daritadi norak banget ah, enggak cocok!" rewel Alice.

"Yah tapi kan manis," ujar Corrine memelas dan pasrah. Dia meletakkan dengan asal dress itu di tempat tidur lalu meraih bungkusan keripik kentang yang udah kebuka di atas meja. Dimakannya isi bungkusan itu sambil melihat dengan miris tumpukan-tumpukan pakaian yang berserakan di atas tempat tidur.

"Lo liat tuh! Udah banyak banget baju yang lo cobain dan enggak ada satupun yang cocok," ujar Corrine sambil mengunyah keripik kentang dengan sendu. Alice pun berbalik sambil menatapi tempat tidurnya yang udah kayak obralan di pasar yang abis dikeroyok ibu-ibu.

"Aduuhh gimana ini Rin? Gue kan pengen tampil kece di hadapan Damian," ujar Alice mulai mewek. Dia bahkan menguwel-nguwel rambutnya sanking stresnya. Corrine hanya merangkul Alice dengan bodi suburnya itu.

Di tengah-tengah drama sore hari itu, sesosok cewek berwajah manis masuk ke dalam kamar Alice. Matanya membelalak melihat kedua sahabatnya tengah berpelukan sambil menangis seolah-olah meratapi tumpukan pakaian tak berdosa di hadapan mereka.

"Ada apa ini?" tanya Luna sambil meletakkan tasnya di atas couch kecil.

Alice sontak berbalik dan memeluk Luna. "Ada apa Lis?" tanya Luna lagi lebih lembut.

Alice melepas pelukan sambil terisak. Luna berulang kali mengelus punggungnya dan mengusap pipinya.

"Gue pengen tampil kece di hadapan Damian tapi dress nya daritadi enggak ada yang cocok," ujarnya lalu menangis lagi. Luna kaget sambil melirik Corrine. Cewek itu hanya menggigiti keripiknya sambil memasang tampang 'I give up'.

"Iya udah kita cari dress yang lain ya," ujar Luna menenangkan.

"Nyaris semua koleksi gue udah gue coba hiks-hiks.."

"Pasti ada yang lain yang lebih kece kan," ujar Luna sambil berjalan menuju lemari Alice. Dibukanya lemari berwarna putih itu dan disitu masih ada dua atau tiga potong dress lagi masih tergantung. Merasa kurang yakin dengan dress, Luna pun mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut lemari.

"Nah ini dia," ujar Luna tersenyum sambil mengeluarkan jumpsuit hitam dengan detail zipper di dada. Dia segera menghampiri Alice dan menyuruhnya mencoba jumpsuit itu.

"Kok jumpsuit, Lun? Damian itu sukanya cewek yang feminim, yang make dress gitu," ujar Alice.

"Ya ampun, Alice, lo itu ya. Cowok itu lebih senang liat cewek yang fashionable, dan yang paling penting, keliatan nyaman dan pede dengan yang dipakenya," ujar Luna sambil memeriksa pakaian tersebut.

"Iya sih.. tapi-"

"Lagipula ini tuh keren tau enggak. Damian juga belum pernah liat lo make ini kan?"

Alice menggeleng.

"Ya udah pake ini aja ya," ujar Luna sambil memberikan jumpsuit ke tangan Alice. Alice tersenyum lalu memeluknya.

"Thanks ya Lun," ujarnya.

"Sama-sama," Luna lalu meraih sebuah topi berwarna senada dan menenggerkannya di kepala Alice. "Jangan lupa aksesorisnya,"

GLANCE #1: Mr. Eagle & Ms. SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang