Tujuh Belas

49 7 0
                                    

"Nah, Luna sekarang udah bersih," ujar Shanita tersenyum sambil mengusap rambut Luna dengan handuk. Dia lalu menghirup aroma rambut Luna "rambut lo juga udah enggak bau lagi,"

"Makasih ya Shan," ujar Luna sambil menangis. Tangis haru.

"Sama-sama," jawab Shanita tersenyum.

Virgo mengetuk-ngetuk pintu dari luar, bertanya-tanya apakah dia sudah boleh masuk.

"Iya masuk kak," teriak Shanita. Virgo membuka pintu dan segera masuk menghampiri Luna. Dia duduk di samping Luna di pinggir tempat tidur. Dari wajahnya terpancar kekhawatiran yang sangat.

"Kamu udah baikan kan sekarang?" tanya Virgo sambil memegang kedua pipi Luna.

"Udah kak," jawab Luna sambil tersenyum. Virgo pun memeluk Luna dengan erat. Luna dapat merasakan kekhawatiran Virgo padanya. Dia terenyuh. Sekarang dia sadar betapa bodohnya dia selama ini tidak menghiraukan cowok yang selama ini setia cinta padanya.

Tiba-tiba kamar Shanita udah diserbu aja sama anak-anak Glance yang datang untuk melihat Luna. Mereka datang bersama Sir Derek yang juga terlihat khawatir. Virgo spontan langsung melepas pelukannya dengan Luna.

"Gue langsung kasitau Sir begitu dapat sms dari kak Virgo," ujar Alice yang diikuti Corrine langsung menghampiri Luna.

"Kamu enggak apa-apa kan Luna?" tanya Sir Derek.

"Enggak apa-apa kok Sir. Makasih," jawab Luna.

Tiba-tiba Nano datang berlutut di depan Luna. "Adek Luna! Aduh adek Luna kasian banget.. A'a Nano kan udah pernah bilang jangan percaya sama gangster itu. Tapi adek Luna bandel,"

"Iya kak. Aku emang bandel, udah enggak mau dengerin omongan kalian semua. Maafin aku ya," ujar Luna.

"Enggak apa-apa kok Lun. Yang penting sekarang lo udah tau gimana sebenarnya Rival itu," ujar Shanita.

Luna tiba-tiba termenung setelah mendengar itu. Apa benar bahwa inilah Rival yang sebenarnya? Rival yang berdiri di hadapannya tadi dengan telur di tangannya? Itukah Rival? Lalu apakah semua yang dilihatnya saat mereka bersama, itu semua adalah kebohongan? Bahwa hatinya yang hancur karena ditinggal mamanya adalah skenario belaka? Bahwa bekas pecutan di punggungnya adalah rekayasa visual seperti di film-film?

Tapi walaupun itu semua benar, Rival telah menunjukkan pilihannya. Dia punya pilihan untuk tidak menyakiti Luna, tapi dia lebih memilih menyakitinya. Ambisi mungkin telah membutakan matanya. Luna hanya bisa tertunduk.

"Luna," panggil Virgo. "Kamu kenapa?"

Belum sempat Luna menjawab, Sir Derek tiba-tiba berbicara. "Oh ya, anak-anak. Sir punya berita bagus buat kalian semua,"

"Berita bagus? Apaan itu, Sir?" tanya Alice penuh harapan.

"Kita masuk babak final," ujar Sir Derek dengan senyum lebar.

"Apa?" ujar Shanita tak percaya. "Loh, bukannya keputusan nya udah dibacakan tadi sore ya dan kita nggak masuk?"

"Iya, Sir," timpal Corrine. "Kok bisa tiba-tiba jadi berubah gitu?"

"Tadi Sir dapat telfon dari panitianya, mereka bilang grup Salvatore Voice didiskualifikasi karena plagiat. Jadi, mereka mutusin untuk ngasih space nya Salvatore Voice buat kita," jawab Sir Derek.

Sontak remaja-remaja disekelilingnya bersorak dengan gembiranya.

"Tapi, Sir," ujar Shanita lagi, membuat ruangan hening kembali. "Kenapa kita?"

GLANCE #1: Mr. Eagle & Ms. SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang