Sembilan Belas

40 6 0
                                    

Pertandingan babak final dijamin lebih besar dan meriah dari babak penyisihan. Kompetisi diadakan di gedung yang mampu memuat nyaris ribuan penonton dan sontak Luna merasa makin gugup.

"Gimana? Kamu udah siap?" tanya Sir Derek.

Luna mengangguk-angguk kecil. "Yaa, walaupun jujur, Sir, saya agak gugup juga,"

Sir Derek tertawa kecil. "Gugup itu wajar. Yang penting, saat tampil di atas pentas, harus fokus dan rileks,"

"Ya, Sir," jawab Luna tersenyum. "Oh ya, Sir, ada sesuatu yang mau saya omongin dengan Sir,"

"Apa itu, Luna?" Sir Derek mengernyit.

"Tentang hubungan Sir dengan papanya Rival, Pak Dharma," ujar Luna. Sir Derek tercekat.

"Tau dari mana kamu tentang itu Lun? Rival?" tanyanya.

Luna menggeleng. "Mamanya," jawab Luna. "Rival selama ini dimanfaatkan papanya-"

"-iya Sir tau," potong Sir Derek. "Rival anak yang baik, karena mamanya juga sangat baik,"

"Sir kenal mamanya Rival?"

"Iya. Grace teman SMA Sir. Dia mengabdi untuk banyak kegiatan sosial seperti mengajar anak-anak jalanan, membantu mereka yang kesusahan.. Sir dengar dia dijodohkan dengan papa Rival sewaktu duduk di bangku kuliah. Dharma tidak pernah menyukainya karena-"

"-karena dia mencintai wanita lain. Wanita yang justru mencintai Sir," kali ini giliran Luna memotong.

"Iya. Raisa namanya. Dia punya suara yang sangat indah membuat siapapun akan jatuh hati padanya. Dharma salah satunya. Dia menganggap akan mudah mendapatkan Raisa karena mereka sama-sama berada dalam naungan Serrivan. Tapi kenyataannya justru tidak,"

"Kenapa Sir menolak dia? Apa karena dia anak Serrivan?" tanya Luna.

"Kurang lebih karena itu,"

"Loh? Bukannya permusuhan sengit Serrivan dan Glance dimulai setelah meninggalnya Raisa?"

"Itulah salah satu kenaifan Sir dulu," ujar Sir Derek sendu. Dia tersenyum pahit pada Luna. "Sir tidak punya perasaan apa-apa pada Raisa sehingga merasa tidak perlu menerimanya menjadi kekasih meskipun sebenarnya Raisa itu orangnya baik sekali. Sir terlalu fanatik pada Glance, sehingga Sir menjaga jarak dengan Raisa yang adalah anggota grup paduan suara lawan. Saat itu Sir juga berpikir bahwa Dharma lebih berhak mendapatkannya karena Dharma mencintai dia. Tapi yang terjadi justru Raisa tidak bisa move on dari Sir untuk kemudian mencintai Dharma. Akhirnya dia bunuh diri. Sir merasa begitu bersalah. Bisa dibilang Sir lah orang yang telah menyebabkan permusuhan sengit dari masa ke masa ini,"

Luna mengangguk-angguk mengerti. Semua jadi begitu jelas kini di benaknya.

"Ini juga bisa jadi pelajaran buat kamu Luna," ujar Sir Derek tersenyum.

"Maksud Sir?" tanya Luna tak mengerti.

"Kamu kan jatuh cinta sama anak Serrivan, si Rival. Ingat Lun, kadang permusuhan kelompok menyiksa secara individu, apalagi saat kita menyukai orang yang berada di grup musuh. Teman-teman jadi mencekal kalian dan menjauhi kalian karena dianggap berkhianat. Fanatisme pada grup sendiri membuat kalian menutup hati dari orang lain, membuat kalian terlihat naif,"

"Jadi Sir apa yang harus saya lakukan?"

"Dengarkan saja kata hatimu. Kamu mengiyakan bahwa Rival itu baik, padahal beberapa waktu lalu dia membiarkan satu Serrivan melempari kamu dengan telur. Kamu mau pacaran sama dia padahal dia itu brandalan yang dulu suka meneror Glance, paduan suara kamu sendiri. Sir percaya kamu bukan orang bodoh Lun. Pasti ada suara hati yang menuntun kamu kepadanya saat itu. Sekarang biarkan hatimu bersuara lagi,"

GLANCE #1: Mr. Eagle & Ms. SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang