Empat Belas

36 6 0
                                    

Tibalah jam empat dan Luna pun datang untuk mengikuti latihan. Di liang pintu Shanita dan Vinsha berdiri berhadapan sambil berbincang dengan asik. Mereka sontak menoleh dan kaget melihat sosok di samping mereka.

"Ngapain lo disini?" tanya Vinsha jutek.

"Latihan," jawab Luna canggung, namun berusaha tegas.

"Emang lo masih dipake?" tanya Vinsha lagi.

"Kata Kak Virgo gue masih boleh ikut latihan," jawab Luna.

Vinsha tersenyum sinis. "Enggak tau malu ya lo. Udah berkhianat juga masih aja dengan pedenya datang kesini,"

"Udah Vin-" ujar Shanita melerai.

"Apaan sih Shan? Lo enggak usah deh bela-belain dia lagi. Anak-anak Glance semua udah pada benci ama dia," ujar Vinsha lalu melangkah dengan kesal masuk ke dalam ruangan. Luna terdiam. Shanita memandangi wajah Luna yang berubah sedih. Luna menoleh padanya. Shanita pun mempersilahkan dia masuk. Luna tersenyum bermaksud berterima kasih, namun Shanita tak membalas senyum itu. Dia merasa begitu dilema.

Sir Derek pun masuk dan langsung mengatur posisi anak-anak berdasarkan suaranya. Dia agak kaget mendapati Luna berada di antara mereka.

"Sir!" panggil Vinsha sambil mengangkat tangannya.

"Ya Vinsha?"

"Apa part solo masih dipercayakan sama Luna, Sir?" tanya Vinsha. Sir Derek lantas terpaku dan bingung. Luna menoleh dengan kaget, namun Vinsha hanya melempar senyum picik.

"Saya enggak setuju Sir," ujar seorang cowok dari antara mereka.

"Ganti aja Sir jadi Vinsha," ujar yang lain, membuat Vinsha merasa berada di ambang kemenangan.

"Eh enggak bisa gitu. Luna layak kok jadi solois. Lagipula apa kalian lupa? Semenjak Luna ngisi part solo, kita bisa menangin pertandingan regional," sergah Virgo.

"Ah dulu di pertandingan persahabatan di Semarang, kita juga menang kok meskipun bukan Luna soloisnya," bantah cowok yang berdebat dengan Virgo itu.

"Eh lo pikir tuh pertandingan akbar-akbar banget? Lawan lo juga bisa diitung jari waktu itu!" sergah Virgo lagi.

Ruangan mendadak jadi riuh. Ada yang terprovokasi dengan cowok tadi dan ikut-ikutan menjadi kontra. Ada juga yang berusaha membela Luna seperti Virgo, Alice, Corrine, Nano dan Jack.

"Cukup cukup!" teriak Sir Derek. Keributan itu sontak berubah hening. Mereka yang tadinya ngotot dengan pendapat masing-masing akhirnya menjadi tenang dan duduk kembali di tempatnya.

"Oke oke. Pertama sekali saya mau tanya sama Shanita-" ujar Sir Derek lalu menoleh ke arah gadis itu. Shanita sontak kaget dan melihat pria itu dengan gugup "-Shanita, kamu adalah leader disini. Sudah jadi tanggung jawab kamu untuk bersikap bijaksana menghadapi masalah apapun di Glance. Menurut kamu apa yang harus kita lakukan?"

Shanita tergagap. Lagi-lagi dia dihadapkan pada perasaan dilemma. Luna dan Vinsha lagi-lagi menatapnya dengan tatapan yang membuatnya merasa terintimidasi.

"Emm..m..Sir sa-saya-"

"-aduh Shan! Apa lagi sih yang buat lo bingung?-" potong Vinsha "-mending kita vote aja Sir," usul gadis itu.

"Setuju semuanya?" tanya Sir Derek.

"Setujuu!!"

Voting pun dilakukan. Shanita berjalan mengelilingi ruangan sambil membawa kotak untuk mengumpulkan kertas-kertas voting. Saat tiba di hadapan Luna, Shanita memandangnya tak berdaya. Luna hanya tersenyum, dan kali ini Shanita membalas senyum itu. Setelah semua terkumpul, Shanita membawa kotak itu ke depan dan meletakkannya di atas meja Sir Derek.

GLANCE #1: Mr. Eagle & Ms. SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang