Sebelas

86 7 0
                                    


Cewek itu berjalan santai menyusuri lorong sekolah. Dasi Rival sudah aman di tasnya. Memang Luna masih merasa enggak enak pas ngeliat ekspresi wajah Virgo tadi pagi yang bercampur antara kecewa sama khawatir. Tapi Virgo, layaknya cowok gentle dan senior yang dewasa, hanya bisa menyembunyikan semua itu dengan senyum.

"Luna," panggil seorang dari arah belakang.

"Shanita," Luna sontak berbalik. Cewek berambut hitam panjang itu tengah berjalan ke arahnya.

"Entar jangan telat yah jam empat. Lo kan kebagian solo entar," ujar Shanita.

"Oke," jawab Luna singkat sambil tersenyum. "Kalo gitu gue balik duluan yah, dahh!"

"Dahh!" Shanita melihat Luna berjalan pulang namun menuju arah yang tak biasa. Shanita mengernyitkan dahi.

"Loh itu kan jalan ke gerbang belakang. Dia ngapain lewat dari situ coba?" batinnya. Didorong rasa penasaran, akhirnya Shanita mengikuti Luna diam-diam.

Luna berhenti di tepi jalan sepi di belakang sekolah mereka. Dia nampak menunggu. Sambil berjingkat, Shanita mengambil posisi mengintip di balik tembok gerbang.

"Luna nungguin siapa ya?" batin Shanita.

"Eh Shan lo ngapain disini?" ujar seseorang mengagetkan Shanita. Dia sontak menarik tubuh orang itu yang ternyata Vinsha ke sampingnya, di balik tembok.

"Ssstt jangan berisik," bisik Shanita.

"Lo lagi ngintip ya? Hayo ngintipin siapa lo?" ujar Vinsha menuding ke wajah Shanita. Shanita tak menjawab, hanya cepat-cepat menolehkan kepalanya lagi kearah Luna. Dia lega mendapati objek masih berdiri di tempatnya. Vinsha pun ikut-ikutan mengintip.

"Luna?" tanya Vinsha heran.

"Iya. Tuh anak gak biasa-biasanya disini," jawab Shanita.

Tiba-tiba terdengar deru motor, lalu sebuah motor besar berwarna merah berhenti tepat di hadapan Luna. Luna menyambutnya dengan senyum lebar.

"Ya elah Shan. Dia mah nungguin cowoknya," ujar Vinsha. Shanita diam, menunggu-nunggu pengendara motor itu membuka helmnya. Dan tibalah saat helm itu dibuka. Shanita kaget, begitu juga Vinsha.

"Rival?" batin Shanita.

"Ih tuh kan anak Serrivan. Siapa tuh namanya? Hmm Rival! Iya Rival! Luna pacaran sama anak Serrivan. Mesti kita hajar nih Shan," ujar Vinsha dengan emosi hendak keluar dari tempat persembunyian mereka, namun ditahan Shanita.

"Sabar Vin. Kita jangan gegabah,"

"Gegabah apanya Shan? Tuh udah jelas si Miss Perfect itu dijemput sama anak Serrivan. Yang brandalannya lagi!"

"Udah, mending sekarang kita balik. Entar kita tanyakan lebih pastinya sama Luna," ujar Shanita mendorong Vinsha meninggalkan tempat itu.

"Tapi Shan! Ihh," dengan kesal Vinsha akhirnya menuruti Shanita.

***

Luna termangu melihat kafe berdindingkan batu bata di hadapannya. Kafe itu tidak begitu besar tapi di design dengan rapi dengan banyak tanaman hias. Sepanjang jalan mau kedalam, tembok di hiasi dengan ivy. Bagian dalam banyak lukisan-lukisan retro digantung. Kursi dan meja terbuat dari kayu yang dipoles mengkilat. Di balik bar, sosok yang enggak asing berdiri melayani seorang pelanggan yang nggak lama kemudian pergi meninggalkan bar, berpapasan dengan Luna dan Rival yang baru masuk.

"Rival," sapa cewek itu sumringah sambil melambaikan tangannya.

Rival hanya mengangkat tangannya.

GLANCE #1: Mr. Eagle & Ms. SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang