Bab 6

386 45 5
                                    

Setelah hari itu, tidak ada lagi kabar dari Suho kepada Irene. Hubungan mereka benar-benar berakhir. Irene tidak tahu lagi bagaimana kabar dan keadaan Suho setelahnya, terutama setelah dia diterima di salah satu universitas bergengsi di luar negeri.

"Rene, Suho benar-benar tidak ada kabar?" Tanya Krystal saat mereka berdua sedang di bandara. Irene hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Sedangkan Krystal hanya menghela nafas kesal karena lelaki itu mencampakkan sahabatnya untuk alasan yang sangat-sangat tidak masuk akal.

"Nanti di luar negeri kita cari pacar baru. Sudah, jangan sedih" Ucap Krystal coba menghibur sahabatnya sembari mengusap-usap pundak Irene.

Flashback end

"Selamat pagi direktur, ada tamu di ruangan direktur" Ucap pak Kim sembari menyamakan langkah kakinya dengan Suho. Pak Kim ini adalah kepala sekretaris sekaligus tangan kanan Suho semenjak dia merintis perusahaannya sendiri hingga sekarang memimpin perusahaan mendiang ayahnya.

"Siapa? Orang penting?" Tanya Suho sembari memasuki lift kantornya.

"Sangat penting direktur" Jawab Pak Kim yakin seolah-olah meang sepenting itu orang yang menunggu Suho di ruangannya.

Saat Suho memasuki ruangannya, disana ada orang tua Thea yang sudah menunggunya.

"Saya tunggu di luar ya direktur" ucap pak Kim lirih yang langsung diiyakan oleh Suho.

Suho mendekat ke arah kedua orang tua Thea, tangannya dia ulurkan untuk menyalami kedua orang tua Thea. Lelaki itu duduk di single sofa yang ada di sisi kanan kedua orang tua Thea.

"Ada apa mama dan papa kemari?" tanya Suho ramah walaupun sedikit kikuk karena dia sangat jarang bertemu orang tua Thea.

"Kau tidak lupa kan 2 minggu lagi hari apa?" Ucap Mama Thea yang segera diiyakan oleh Suho. Dia tidak mungkin melupakan hari ulang tahun Thea, lagipula dia akan mengingat tanggal itu seumur hidupnya.

"Kami hanya ingin mengingatkan itu saja" Ucap ayah Thea dingin yang segera diiyakan oleh Suho. Tidak ada obrolan lain lagi setelah itu, bahkan kedua orang tua Thea segera pamit pergi setelah membahas hal itu.

"Sudah 6 tahun rupanya" gumam Suho lirih sembari tersenyum pilu, teriakan dan tangisan dari 6 tahun yang lalu masih terekam jelas di ingatannya.

Suho kembali ke meja kerjanya, dia mulai membuka berkas-berkas tender yang berhasil dimenangkan perusahannya untuk pembangunan beberapa bangunan publik.

"Direktur, boleh saya masuk?" Tanya pak Kim setelah mengetuk pintu beberapa kali dari luar.

"Silahkan"

Pak Kim masuk sembari membawa sebuah miniatur bangunan rumah sakit yang sudah diselesaikan Suho sekitar seminggu yang lalu. Lelaki berusia 30 tahun yang sedang menempuh pendidikan S2 tersebut meletakkan miniatur bangunan itu di meja kerja Suho.

"Ada apa? Apa ada revisi?" Tanya Suho sembari memandang pak Kim penasaran. Pak Kim hanya menggeleng, dia mengatakan kalau desain Suho yang ini sudah disetujui oleh pihak rumah sakit yang memang memiliki proyek ini.

"Lalu?"

"Mereka meminta desain resminya untuk dikirimkan pak"

"Blue print maksudnya?"

Pak Kim mengangguk tetapi Suho menolak. Dia tidak pernah mengirimkan blue printnya kepada pihak kedua selama proses pengerjaan belum selesai.

"Katakan kepada mereka, perjanjian kita di awal sudah dijelaskan kalau saya tidak akan mengirimkan blue print sampai bangunan ini selesai." Jawab Suho tegas dengan tatapan dingin.

"Tapi pak..."

"Tidak ada tapi" Suho memotong kalimat Kim sebelum lelaki itu menyelesaikan ucapannya.

"Maaf pak, maksud saya direkturnya ingin menemui anda sekarang"

Suho menatap Kim dengan tatapan protes,

"Hari ini kan saya tidak ada janji dengan siapapun, kenapa tiba-tiba saya harus bertemu direktur dari W-Hospital?"

"Beliau ini seorang dokter pak, jadwalnya tidak bisa ditentukan seperti ini" Pak Kim coba menjelaskan dengan lembut sembari membujuk bosnya yang terlihat tidak nyaman dengan pertemuan mendadak ini.

"Baiklah. Kali ini saja ya, selanjutnya saya tidak mau lagi kamu melakukan pertemuan mendadak seperti ini. Pak Kim jangan kemana-mana, kalau dirasa sudah cukup tolong segera persilahkan dia untuk keluar, mengerti?" Jelas Suho dengan ekspresi kesal yang langsung diiyakan dengan senyuman oleh Kim.

Pak Kim segera keluar, memanggil Direktur yang bersangkutan untuk masuk. Suho terdiam saat Direktur yang dimaksud pak Kim adalah Irene, wanita yang tadi pagi sarapan bersamanya.

"Selamat pagi Direktur Suho" Sapa Irene ramah dengan senyuman khas di wajahnya yang membuat Suho hanya terdiam.

"Ehm.. Direktur" Panggil Pak Kim pelan yang seketika mengembalikan Suho ke alam sadarnya setelah terpesona dengan kecantikan bidadari tidak bersayap yang sedang berdiri di ambang pintu ruangannya.

"Selamat pagi Direktur Irene" jawabnya sembari tersenyum.

Suho mempersilahkan Irene untuk duduk di sofa ruangannya sembari pak Kim mengambil miniatur desain yang tadi diletakkan di meja Suho.

"Pak Kim, bisa minta tolong tinggalkan kami berdua?" Ucap Suho saat Pak Kim hendak duduk di salah satu sofa yang ada. Ekspresinya menggambarkan "tadi katanya suruh disini?" yang dijawab dengan kode gelengan kepala oleh Suho seolah-olah dia meminta Pak Kim untuk segera keluar ruangannya.

"Ada apa anda kemari? Kalau hanya ingin melihat desainnya kan anda bisa meminta saya untuk datang" Ucap Suho ramah yang sangat bertolak belakang dengan ekspresi kesalnya sebelum Irene memasuki ruangannya tadi.

"Kebetulan hari ini saya sedang senggang direktur, jadi saya bisa melihat persiapan untuk cabang W-Hospital sebelum peletakan batu pertama minggu depan." 

Suho segera menjelaskan semua desain yang sudah dia rancang, dia bahkan menunjukkan blue print bangunan yang dia rancang. Suho menjelaskan mulai dari rancangan desain, bahan yang dibuat hingga perkiraan berapa lama pengerjaan untuk menghasilkan sebuah rumah sakit mewah dan megah seperti yang diimpikan oleh Irene.

"Bagaimana? Apa ada yang ingin direvisi?" Tanya Suho setelah dia menyelesaikan penjelasan tentang bangunan yang ada di hadapan mereka.

Irene tersenyum kagum sembari melihat miniatur bangunan yang akan menjadi salah satu cabang rumah sakit miliknya, wanita itu hanya menggeleng lembut tanda dia setuju dengan semua yang di ucapkan oleh Suho.

"Rene.." panggil Suho lirih yang membuat Irene mengalihkan pandangannya dari miniatur di hadapannya ke arah perancang miniatur yang sedang duduk di sisi kanannya.

"Maaf ya untuk kejadian 16 tahun yang lalu" lanjutnya pelan yang seketika membuat mimik wajah Irene berubah drastis.

Irene tersenyum lembut sembari menatap Suho,

"Lupakan saja, lagipula itu hanya cinta monyet anak SMA" jelasnya lembut sembari tersenyum penuh ketenangan.

"Karena dirasa sudah cukup, kalau begitu saya permisi dulu direktur Suho." Ucap Irene ramah sembari berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Suho.

Lelaki di hadapannya itu ikut berdiri dan menyalami tangan Irene, ini adalah pertama kalinya selama 16 tahun dia kembali merasakan sentuhan tangan Irene yang entah kenapa kembali membuat jantungnya berdegub kencang.

"Rene.." panggil Suho saat Irene hendak membuka pintu ruangannya. Wanta cantik itu menolehkan wajahnya untuk menatap seseorang yang baru saja memanggilnya,

"Sushi atau Steak?"

Irene hanya tersenyum mendengar pertanyaan Suho yang cukup tiba-tiba,

"Masih steak sampai sekarang" Jawab Irene kemudian.

"Kalau begitu mau makan bersama?" 

Irene menatap Suho dengan tatapan bingung,

"Maaf, tetapi saya tidak makan malam berdua dengan suami orang, permisi." Jawab Irene ramah lalu segera keluar dari ruangan Suho.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang