Bab 11

359 45 0
                                    

Suho membawa bunga daisy, salah satu bunga favorit Thea. Kakinya melangkah pasti menyusuri setiap nisan yang terjejer rapi hingga berhenti di salah satu pemakaman mewah dimana istrinya berbaring disana dengan sangat nyenyak hingga lupa bangun.

"Apa ini? Kenapa ada bunga daisy disini? Apa putramu baru saja mengadu karena aku memarahinya?" tanya Suho seolah-olah sedang berbicara dengan seseorang di makam tersebut.

Lelaki itu tersenyum kecil saat melihat seikat bunga daisy sudah tergeletak di makam Thea.

"Bagaimana, apa yang dia keluhkan hari ini?" lagi tanya Suho sambil meletakkan bunga Daisy yang dibawanya dan mengusap nisan istrinya.

"Maaf ya aku memarahinya, aku hanya takut kehilangannya seperti aku kehilanganmu" ucap Suho lirih. Tangannya mengusap lembut batu nisan yang bertuliskan nama Thea.

"Kamu tahu, aku bertemu Irene." Suho menjeda ucapannya sambil tersenyum tipis.

"Dia masih sama seperti dulu" lanjutnya lembut menceritakan sosok wanita yang pernah menempati tahta di hatinya.

"Ow iya, dia juga ingin bertemu denganmu. Apakah boleh kapan-kapan aku membawanya kemari?"

Sore itu, Suho menceritakan banyak hal kepada Thea. Dia menceritakan pertumbuhan Kun, dia juga menanyakan apakah Kun pernah menceritakan tentang gadis yang disukainya atau tidak karena Kun sebenarnya tidak seterbuka itu dengannya.

Flashback

Suho yang sedang bekerja mendapat telefon kalau Thea sedang di rumah sakit.

"Pak maaf, tapi bisakah saya izin? Istri saya sedang di rumah sakit" Suho terlihat panik sekaligus takut saat meminta izin kepada manajer yang bertugas siang itu.

"Apa yang terjadi? Istrimu sakit?"

Suho menggeleng, "dia akan melahirkan pak" jawabnya mantap.

"Pergilah, aku akan menghandle pekerjaanmu"

"Terimakasih"

Setelah berganti pakaian, Suho segera berlari menuju ke halte bus. Dia duduk di halte bus dengan harap-harap cemas. Dia terus berusaha mengirim pesan singkat kepada kakaknya, tetapi tidak ada satupun balasan dari kakaknya.

Suho berlari memasuki area rumah sakit, ya dia kenal betul dengan rumah sakit ini karena rumah sakit ini adalah milik kakeknya yang memang dipersiapkan untuk kakaknya, sedangkan dia seharusnya mewarisi perusahaan kakeknya yang sekarang dipimpin oleh ayahnya, tetapi mungkin itu hanya akan menjadi angan-angan semu setelah dia memutuskan menikahi Thea.

"Dimana istriku?" tanya Suho begitu dia berhenti di depan ruangan bersalin.

"Sedang di dalam, masuklah."

Suho segera menekan bel yang ada di depan pintu ruang bersalin, dia menjelaskan kalau dia adalah suami dari Thea. Dibantu oleh perawat, Suho memakai pakaian yang khusus untuk memasuki ruangan bersalin, disana dia melihat Thea yang sudah menangis kesakitan.

"Hei, aku disini..." Ucapnya lembut walaupun dia sendiri bingung harus melakukan apa. Tangannya menggenggam erat tangan kanan Thea, tangan kirinya berusaha mengusap kepala Thea untuk menenangkannya walaupun dia tahu kalau itu tidak akan mengurangi sedikitpun rasa sakit Thea.

"Mas, sakit...." Rengek Thea di sela-sela usahanya untuk melahirkan putra pertama mereka.

"Kamu pasti bisa, aku disini, aku temeni" ucapnya sambil ikut menahan air mata. Ada rasa tidak tega melihat Thea kesakitan sehebat ini. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya anak lelaki dengan berat 3200gr dan panjang 52,6cm tersebut lahir dengan selamat.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang