"Kun mana?" tanya Suho santai sambil mengeringkan rambutnya karena dia baru saja selesai mandi.
"Tidur lagi"
Suho tidak memberikan respon lebih lanjut, lelaki itu duduk di samping Thea sambil tetap mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Mas.."
Suho mengalihkan pandangannya dengan tatapan seolah-olah berkata "ya? Ada apa?" kepada wanita yang duduk di sisi kirinya.
"Nanti kalau kita sudah lulus, aku sudah bisa kerja dan menghidupi Kun sendiri, kalau kamu mau kembali mengejar Irene aku siap lepasin kamu kok"
Leher Suho seperti tercekat saat mendengar ucapan Thea, tatapan matanya tentu saja tatapan mata terkejut, bibirnya seperti tertutup rapat tidak bisa memberikan jawaban dari kalimat yang baru saja disampaikan Thea padanya.
"Pernikahan tidak sebercanda itu"
Suho mengalihkan pandangannya dengan ekspresi dan juga nada bicara yang sangat dingin. Dia bukannya sudah tidak mencintai Irene, tetapi saat dia memutuskan untuk menikahi Thea, itu berarti hanya dia satu-satunya wanita dalam hidup Suho sekarang, tidak ada yang lain bahkan Irene sekalipun.
"Tapi aku sungguh-sungguh"
Suho memejamkan matanya lalu menghembuskan nafasnya perlahan,
"Berhenti membahas hal-hal seperti ini" ucapnya dingin. Suho memilih meninggalkan Thea yang masih duduk di ruang tamu, lelaki itu memilih untuk masuk ke kamarnya sendiri tetapi tidak lama kemudian di susul oleh Thea.
"Kau mau menikahiku saja itu sudah cukup. Aku tidak akan membiarkanmu terjebak seumur hidup denganku"
"Aku bilang cukup! Kenapa terus membahas hal gila seperti ini?" Kali nada bicara Suho sedikit meninggi, dia tidak tahu apa yang sebenarnya mengganggu pikiran Thea sampai wanita yang sedang berdiri di ambang pintu itu membuat gara-gara sepagi ini.
"Mau sampai kapan kau bertahan denganku dan melepaskan wanita yang kau cintai? Kita tidak akan pernah bisa menjadi pasangan suami istri yang sesungguhnya"
"Apa maksudmu? Kita benar-benar menjadi suami istri sekarang, apa ini masih bukan yang sesungguhnya untukmu?"
Thea menghela nafasnya,
"Mau sampai kapan? Mau sampai kapan kita seperti ini? Aku juga ingin kau bahagia" lanjut Thea menatap Suho dengan tatapan emosional.
Suho meletakkan handuk yang sedari tadi di pegangnya, lelaki itu menarik wanita berambut pendek itu dan menidurkannya di ranjang yang membuat Thea terkejut dan hanya bisa terdiam melihat Suho sedang mengungkungnya.
"Kau ingin aku bahagia kan?" tanya Suho lirih dengan tatapan intens yang dijawab dengan anggukan pelan dari Thea.
"Kalau begitu jangan pernah membahas ini lagi, aku tidak suka. Mengerti?"
Lagi Thea hanya bisa mengangguk pelan. Wanita itu benar-benar seperti terhipnotis saat Suho menatapnya dengan intens. Lelaki itu pelan mendekatkan kepalanya yang membuat Thea bisa dengan jelas merasakan hembusan nafas Suho di sekitar lehernya.
"Mau melakukannya?" bisik Suho di sela-sela kecupan yang dia berikan di sekitar leher dan telinga istrinya, membuat wanita yang ada di bawah kungkungannya itu hanya bisa memejamkan mata sambil menggenggam erat kain sprei yang menyelimuti ranjang ukuran queen tersebut.
Tangan kanan Suho yang sebelumnya dia gunakan untuk menggenggam tangan Thea, sekarang dia pindahkan untuk meraba perut istrinya yang sudah kembali rata, tangannya menyelusup masuk melalui kemeja oversize yang dipakai istrinya membuat ritme nafas wanita di bawahnya itu semakin cepat dan berat.
Tanpa sadar, Suho tersenyum tulus melihat istrinya yang sedang menutup mata dengan erat sambil menggigit bibir bawahnya seolah-olah menahan sesuatu yang ingin dia keluarkan.
"Nak Suho, nak Thea, ini ibuk..." Suara itu seketika membuat Thea membuka matanya, wanita itu mendorong Suho untuk segera menyingkir dari atas tubuhnya dan bergegas merapikan pakaiannya sambil berjalan ke arah pintu.
"Iya Bu, ada apa?" Tanya Thea sopan begitu dia membuka pintu rumahnya.
"Kalundra katanya semalam demam, apa sudah membaik?" tanya Bu Ida dengan tatapan khawatir. Bu Ida yang menolak saat di ajak Thea masuk akhirnya membuat Thea menjelaskan kondisi Kun sekarang dengan tetap berdiri di depan pintu rumah mereka.
"Syukurlah kalau begitu." Bu Ida terlihat lega mendengar penjelasan Thea, sedangkan Thea hanya tersenyum ramah.
"Bu Ida mau melihat Kun?"
"Tidak usah. Biarkan dia tidur, semalam dia pasti tidak bisa tidur kan?"
"Semalam dia hanya tidur beberapa jam" jelas Thea sambil tersenyum.
"Ow iya, ini ibu bawakan masakan. Kalian berdua pasti tidak cukup tidur semalam, jadi hari ini tidak usah memasak"
Thea menerima bungkusan makanan yang sangat cukup untuk makan dirinya dan Suho hari ini.
"Terimakasih, maaf jadi merepotkan"
"Apanya yang merepotkan. Anggap saja seperti ibu kalian sendiri"
Thea hanya bisa tertawa kecil menerima perhatian yang begitu besar dari Bu Ida. Wanita paruh baya itu akhirnya berpamitan setelah menyerahkan masakannya.
"Dari Bu Ida?" tanya Suho saat Thea melewati kamarnya .
"Iya" jawab Thea singkat sambil memindahkan makanan dari Bu Ida ke wadah lain yang ada di dapur mereka.
Suho hanya diam di ambang pintu kamarnya sembari melihat ke arah Thea, dia bingung harus melakukan apa setelah "serangannya" tadi gagal. Sekarang dia merasa moment yang tadi sudah hilang, jadi akan aneh kalau dia ingin melanjutkan yang tadi.
"Kamu ngapain mas diam di situ?"
Suho hanya tergagap saat Thea yang masih sibuk memindah makanan ke wadah bertanya padanya.
"Tidak ada, hanya ingin" jawabnya sekedarnya lalu masuk ke kamar Thea untuk melihat putranya yang masih tertidur pulas.
"Jangan di ganggu" Thea yang tiba-tiba masuk membawa beberapa pakaian Kun yang baru saja dia angkat dari jemuran membuat Suho sedikit terkejut.
"Apa dia mabuk asi? Kenapa tidurnya pulas sekali?" Tanya Suho sambil terkekeh pelan, begitu juga dengan Thea saat mendengar kata "mabuk asi" yang cukup menggelitik telinganya.
Suho mendekat ke arah Thea yang duduk di tepi ranjang.
"Mas..." Thea memekik saat tangan Suho menyentuh punggungnya, tangannya mengusap lembut punggung Thea dari balik kemeja oversize Thea.
"Bisakah kita melanjutkan yang tadi?" Ucapnya lirih sembari jari-jemarinya yang sudah bermain di pengait bra milik Thea.
"Ini masih siang." Jawab Thea gugup. Walaupun ini bukan pertama kalinya untuknya, tetapi tetap saja ini membuatnya gugup karena dia tidak mengingat kenangan pertama dia melakukannya.
"Tidak apa-apa, Kun juga sedang tidur. Bagaimana?" Lanjutnya lirih bersamaan dengan tangannya yang sudah berhasil melepas pengait bra Thea. Sekarang tangannya bahkan sudah meraba sesuatu yang sebelumnya tertutup dengan sempurna oleh bra tersebut.
"Mas...." Thea menahan tangan Suho yang sudah ada di bagian depannya. Wanita itu menurunkan tangan Suho lalu bergegas untuk berdiri dan kembali merapikan bagian belakang bra-nya.
"Jangan sekarang ya" ucapnya lirih sambil tersenyum simpul lalu meninggalkan Suho yang masih terduduk di ranjang kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
FanficMahardika Suho Dirgantara, lelaki tampan berusia 35 tahun yang memiliki seorang putra berusia 15 tahun yang baru saja masuk SMA. Kehadirannya di acara penerimaan siswa baru di sekolah sang putra membuatnya kembali bertemu dengan sosok wanita cantik...