"Papi, sudah belum?" Teriak Kun dari ujung tangga di lantai 1 karena papinya belum juga bersiap untuk pergi ke pertemuan orang tua murid.
"Sebentar Kun, habis ini selesai" Teriak Suho dari kamarnya di lantai dua yang membuat anak lelakinya hanya bisa menghela nafas sambil berjalan kembali ke meja makan.
"Tuan belum siap den?"
Kun hanya menggeleng saat bi Sutin bertanya sambil meletakkan segelas kopi milik Suho di meja makan.
"Papi kenapa sih dandan lama banget. Ini kan cuma mau penerimaan murid baru Pi"
"Justru karena ini penerimaan murid baru bang, jadi harus memberikan kesan yang baik."
Kun hanya melirik papinya sinis,
"Papi tidak berniat untuk tebar-tebar pesona kan?" Kun menatap papinya dengan tatapan menelisik yang tentu saja langsung disangkal oleh Suho.
"Kenapa? Apa papi tidak boleh melakukannya?"
"Bukan begitu, hanya saja...."
"Aishhhh..." Suho segera memotong ucapan Kun sambil mengacak-acak rambut putranya saat anak lelaki itu sudah menunjukkan ekspresi yang cukup sedih setiap kali mereka membahas ini.
"Tenang saja, papi tidak akan melakukannya sampai kau mengizinkannya. Sekarang ayo kita berangkat, jangan sampai kau terlambat di hari pertamamu" Ucap Suho sembari mengambil tas ransel milik Kun dan membawanya diikuti oleh Kun yang berjalan di belakangnya.
Sepanjang perjalanan mereka membahas tentang pertandingan All England kemarin. Ya, kalau biasanya ayah dan anak lelaki membahas tentang sepakbola atau basket, mereka berdua ini cukup berbeda karena mereka penggemar bulutangkis.
"Ow iya bang, dimana lokasi pertemuannya?" Tanya Suho setelah dia memarkirkan mobilnya.
"Di aula Pi"
Suho terdiam dan menatap anaknya heran, sedangkan Kun yang merasa ditatap akhirnya kembali menatap papinya dengan tatapan aneh.
"Papi kenapa?" Tanyanya dengan nada cool layaknya anak remaja yang sudah mulai risih saat orang tuanya memperhatikannya dengan terlalu intens.
"Apa kau tidak akan memberi tahu papi dimana aulanya?"
Kun menghela nafasnya lalu segera mengambil tasnya di kursi belakang,
"Bukankah papi alumni disini? Seharusnya papi lebih tahu daripada aku" jawabnya santai sambil bergegas turun dari mobil papinya.
"Dia sudah besar ternyata. Semua kata-kataku bisa dikembalikan dengan mudah sekarang" gumam Suho sambil tertawa kecil melihat putranya yang berjalan memasuki gedung Hope Senior High School.
Suho turun dari mobil, berjalan mengikuti putranya dengan jarak yang tidak terlalu jauh tetapi tidak terlalu dekat juga. Terlihat semua mata gadis-gadis remaja yang ada di lorong mengikuti arah kemana perginya Kun yang membuat Suho tersenyum bangga karena putranya memang sangat tampan sampai menjadi pusat perhatian di sekolah barunya.
Suho berjalan menaiki tangga ke lantai dua untuk menuju ke aula tempat pertemuan orang tua murid baru. Saat dia membuka pintu, ruangan yang sebagian besar berisi ibu-ibu menatapnya dengan tatapan kagum yang tentu saja Suho hanya bisa tersenyum dan menyapa seperti yang biasa dia lakukan. Ketampanannya memang tidak diragukan lagi sejak dia masih remaja, dan tidak ada yang menyangkal dengan pesonanya.
Suho duduk di salah satu kursi yang dekat dengan pintu masuk, dia yang awalnya sibuk dengan ponselnya karena urusan pekerjaan, tiba-tiba matanya beralih ke arah suara seorang wanita yang sedang memberikan sambutan dengan status sebagai pemilik Hope Foundation. Wanita cantik dengan rambut yang dibiarkan terurai dengan indahnya, kulit putih dibalut dengan dress warna biru yang membuat mata Suho benar-benar tidak bisa berkedip.
"Sekian sambutan dari saya, saya harap anak-anak bisa bertumbuh, berkembang dan menikmati masa muda yang indah di tempat ini." Ucap wanita itu menutup sambutan yang baru saja dia berikan.
Riuh tepuk tangan mengiringi senyuman yang dia edarkan sampai matanya bertemu tatap dengan seorang Suho yang sedang menatapnya lekat dari deretan kursi ke tiga dari belakang. Tatapan mereka berdua membeku, begitu juga dengan tubuh keduanya.
"Direktur silahkan" bisik seorang wanita dengan rambut diikat rapi dan setelan jas berwarna hitam yang mempersilahkan wanita dengan panggilan direktur itu untuk turun dari atas podium tempatnya memberikan sambutan.
"Sejak kapan dia pulang?" tanya Suho pada dirinya sendiri dalam hati. Dia sangat ingin mengejar wanita itu dengan sejuta pertanyaan yang ingin dia tanyakan tapi dia urungkan karena dia masih harus melanjutkan pertemuan hari ini.
Selesai pertemuan, Suho sedikit berlari mencoba mencari ke area lorong-lorong kelas berharap menemukan seseorang yang dia cari, tetapi hasilnya nihil. Dia tidak bisa menemukan orang itu.
"Papi? Mencari siapa?" Tanya Kun saat melihat papinya celingukan di sekitaran lorong kelas.
Suho hanya menggeleng sambil tersenyum,
"Papi seperti melihat seseorang yang papi kenal, tapi mungkin papi salah lihat" Elaknya sambil matanya terus melihat kesana kemari berharap menemukan seseorang yang dia cari, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil sama sekali.
"Mencariku?" Ucap seorang wanita dengan perawakan kulit putih yang sedari tadi dicari oleh Suho. Lelaki itu menatap ke arah wanita yang berdiri di belakangnya, matanya menatap lembut penuh aura kerinduan saat melihat wanita yang terakhir dilihatnya saat masih SMA dan sekarang dia sudah berubah menjadi wanita anggun dengan kecantikan yang tidak pernah berubah sama sekali di mata Suho.
Suho menghela nafas lega seolah-olah menemukan sesuatu yang sudah lama hilang dan sekarang dia bisa melihatnya lagi.
"Hai.." sapa Suho tanpa mengalihkan pandangannya dari wanita yang berdiri sekitar 10 langkah darinya itu. Wanita itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala kecil seolah-olah menerima dan membalas sapaan Suho.
"Long time no see" ucap wanita itu lembut yang lagi-lagi membuat Suho tersenyum.
"Kun ke kelas dulu ya Pi" pamit Kun yang membuat Suho sedikit kelabakan karena dia lupa kalau putranya ada di situ melihat pertemuannya dengan wanita yang selama ini dia cari.
"Your son?" Tanya wanita itu singkat yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Suho seperginya Ken meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri dengan jarak sekitar 10 langkah.
"He looks like you when you were young"
"Of course because he is my son" jawab Suho jumawa tanpa mengalihkan pandangannya yang seolah-olah masih kagum dengan seseorang yang sedang berdiri di depannya itu.
"So, saya harus pergi sekarang. Nice to see you again"
Suho hanya mengangguk sambil mempersilahkan wanita itu untuk pergi dengan memberikan kode menggunakan tangannya.
Suho menatap wanita yang berjalan meninggalkannya itu, dia menghela nafas sembari tidak melepas pandangannya dari wanita itu.
"Nice to meet you again, Rene" gumamnya lirih seolah-olah menjawab kalimat terakhir yang diucapkan wanita itu sebelum pergi meningglak Suho di lorong kelas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
أدب الهواةMahardika Suho Dirgantara, lelaki tampan berusia 35 tahun yang memiliki seorang putra berusia 15 tahun yang baru saja masuk SMA. Kehadirannya di acara penerimaan siswa baru di sekolah sang putra membuatnya kembali bertemu dengan sosok wanita cantik...