BAB 10

393 43 0
                                    

Thea dan Suho memasuki tempat belanja peralatan bayi yang ada di salah satu mall yang mereka kunjungi. Mereka mulai melihat-lihat dan memilih beberapa perlengkapan dasar yang diperlukan oleh bayi.

"Ini sepertinya bagus" Suho berhenti di sebuah kereta dorong untuk bayi berwarna abu-abu yang dia yakin cocok untuk semua gender.

"Harganya terlalu mahal mas" bisik Thea sesaat setelah dia melihat label harga yang tergantung disana.

Suho hanya tersenyum getir lalu mengusap punggung Thea lembut seolah-olah meminta maaf karena belum bisa memberikan kehidupan yang layak untuk Thea.

"Permisi, bapak dan ibu tertarik dengan kereta dorong yang ini?" Tanya seorang penjaga saat melihat mereka berdiri cukup lama di depan kereta dorong.

"Tidak, kami hanya melihat-lihat." Jawab Thea ramah sambil terssenyum.

"Kebetulan kami ada undian dan hadiahnya kereta dorong ini, syarat dan ketentuannya ada minimal pembelian dan pembeli langsung bisa mengisi formulir kecil yang ada di kasir. Kebetulan undiannya minggu depan, jadi masih ada waktu untuk mengikutinya, mungkin anda berdua bersedia?"

"Baiklah, nanti kami akan mengisinya saat membayar di kasir, terimakasih untuk infonya" Suho tersenyum ramah sebelum penjaga toko tersebut pergi meninggalkan mereka berdua.

Mereka berjalan menyusuri koridor mall setelah membeli beberapa perlengkapan dasar untuk bayi mereka.

"Mas, aku capek, istirahat dulu disitu yuk" Tunjuk Thea ke salah satu kursi panjang yang ada di depan toko perlengkapan rumah tangga.

"Kamu mau es krim gak? Aku belikan sebentar ya, kamu tunggu disini dulu" Suho berinisiatif untuk membelikan istrinya es krim karena menurut dokter berat bayi mereka masih kurang.

Selang 5 menit, Suho sudah kembali dengan membawa sebuah es krim dan menyerahkannya kepada Thea.

"Kamu nggak beli?"

Suho menggeleng. Thea tahu kalau Suho tidak terlalu suka sesuatu yang manis, tetapi alasannya kali ini mungkin karena ingin menghemat uang mereka.

"Mas, nanti kalau punya uang lebih, beli satu ranjang lagi yang sedikit lebih besar ya." ucap Thea sambil memandang lurus ke arah ranjang yang sedang bertuliskan diskon 25% di toko perabotan rumah tangga yang ada di depan mereka.

"Ranjang yang sekarang kan cukup untuk kamu dan bayi kita nanti."

"Memangnya kamu gak mau tidur satu ranjang sama aku? Lagian aku kasihan lihat kamu setiap malam tidur di karpet"

Suho hanya terdiam, selama hampir 7 bulan pernikahan mereka, mereka memang tidak pernah tidur satu kamar. Bukan karena ranjangnya tidak cukup, ranjang mereka yang sekarang pun memang untuk dua orang, tetapi Suho memang memilih untuk tidur di luar daripada satu kamar dengan Thea. Dia masih merasa aneh harus satu kamar dengan sahabatnya sendiri, apalagi harus satu ranjang.

Flashback End

"Kemana saja? Kenapa baru pulang?" Tanya Suho dingin saat melihat Kun baru masuk rumah ketika jam sudah menunjukkan angka 10 malam. Dia memang sangat tegas dalam hal jam malam kepada putranya, dia tidak mau menjadi orang ceroboh untuk kedua kalinya setelah kejadian Thea yang hamil diluar nikah.

"Kelompok pi, kan Kun sudah bilang"

"Kapan? Kamu pamit kelompok itu 4 hari yang lalu sebelum papi pergi, tapi papi dengar kamu selalu pulang jam 10 malam setiap hari selama papi pergi selama 3 hari berturut-turut. Itupun kamu gak mau dijemput dan di antar. Kamu ini sebenarnya bisa papi kasih kepercayaan atau nggak?"

Kun hanya menghela nafasnya kesal walaupun dia tidak berani menatap papinya secara langung.

"Sekarang jawab papi, kamu darimana?" tanyanya sambil menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.

"Kun nonton konser pi" jawabnya lirih yang membuat Suho hanya bisa menghela nafasnya. Dia berusaha untuk meredam sendiri emosinya sebelum memberitahu Kun lebih lanjut.

"Masuk kamar, kamu renungin kesalahan kamu! Besok pagi kasih tau papi punishment apa yang harus papi kasih ke kamu." Perintah Suho dengan tatapan dingin dan tegas yang membuat Kun hanya menunduk dan berjalan naik ke lantai dua menuju ke kamarnya.

Pagi harinya, Suho sudah siap di meja makan lengkap dengan makanan yang sudah tersaji di meja makan. Kun turun perlahan lalu menyapa papinya dan juga Bi Sutin yang sedang memasak di dapur.

Suho hanya diam, dia memandang Kun dengan tatapan tegas, menunggu anak lelakinya itu untuk mulai berbicara tentang hal yang dia sampaikan tadi malam.

"Kun minta maaf ya pi untuk kejadian semalam, Kun janji gak akan mengulanginya lagi"

"Lalu?" tanya Suho kemudian sambil menyuapkan salad sayur ke mulutnya.

"Kun tidak akan pergi main di weekend selama 1 bulan penuh" lanjut Kun menentukan punishment untuk dirinya sendiri.

"Oke. Jangan kemana-mana ketika weekend selama satu bulan ini" ucap Suho menyetujui punishment yang dipilih oleh putranya, sedangkan Kun hanya diam dan menghabiskan sarapannya pagi itu.

"Selama sebulan, pulang dan berangkat sekolah akan di antar sama driver, tidak boleh pulang berangkat sendiri." Lanjut Suho tegas yang tidak dijawab apapun oleh Kun. Dia tahu benar saat papinya sudah bersikap seperti sekarang, tidak akan ada yang bisa menghentikannya, bahkan neneknya sekalipun.

"Papi berangkat duluan, kamu jangan terlambat"

"Iya Pi"

"Bi Sutin, titip Kun ya"

"Iya tuan"

Suho bergegas menuju ke mobilnya karena Kim sudah menunggunya di depan rumah.

"Kun tidak ikut Direktur?" tanya Kim bingung karena biasanya Kun akan ikut bersama mereka untuk berangkat sekolah.

"Dia di antar pak Tejo, dia sedang saya hukum karena pulang malam terus selama saya pergi"

Kim hanya menghela nafasnya tanda mengerti kalau Suho sedang di suasana hati yang tidak begitu baik hari ini.

"Bapak sehat Kim?"

Kim yang sedikit terkejut segera melihat ke arah spion tengah,

"Sehat direktur, ibu juga sehat"

"Baguslah. S2mu bagaimana?" Lanjut Suho mengintrogasi Kim yang sedang fokus mengemudi.

"Lancar direktur, ya walaupun masih bimbingan tesis"

"Segera selesaikan" lanjut Suho sembari mengotak-atik tablet yang ada di tangannya.

"Iya direktur" jawab Kim sembari tersenyum ramah.

"Kita ke kantor sekarang?"

"Iya, tapi kita mampir ke W-Hospital dulu sebentar."

"Baik direktur"

Suho turun dari mobil saat Kim menghentikan mobilnya tepat di depan kontruksi bangunan W-Hospital yang sedang dibangun.

"Direktur mau masuk? Biar saya sampaikan ke mandor yang ada di dalam."

"Tidak usah pak Kim, saya hanya ingin melihat progresnya saja. Lagipula jadwal kunjungan saya harusnya masih besok."

Kim hanya mengangguk tanda mengerti.

"Pak Kim, ingatkan saya nanti sore untuk membeli bunga ya, saya ingin menemui seseorang"

"Menemui nyonya ya Direktur?"

Suho hanya tersenyum tanda dia membenarkan tebakan pak Kim.

"Apa perlu saya pesankan dulu bunga seperti biasanya?"

Suho menggeleng pelan,

"Saya akan memilih sendiri bunga untuk istri saya hari ini" jawabnya bersemangat sebelum dia berlalu kembali masuk ke dalam mobilnya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang