Bab 24

353 41 13
                                    

"sayang.. sayang" teriak Suho yang tiba-tiba terbangun dari mimpinya. Lelaki itu terduduk dengan keringat yang mengucur deras dari pelipisnya. Nafasnya terengah-engah seperti orang yang baru saja mengelilingi sebuah lapangan sepak bola.

Suho segera mengusap wajahnya, mencoba menyadarkan dirinya bahwa itu tadi adalah mimpi.

"Apa ini? Kenapa muncul ke mimpiku dengan memori pertama kita?" gumamnya sambil tetap mencoba mengatur nafasnya. Suho segera turun dari ranjangnya, lelaki itu masuk ke kamar mandi untuk membilas tubuhnya dengan air hangat. Pikirannya terus berkecamuk, biasanya serindu apapun dia dengan Thea, bukan mimpi malam pertamanya yang akan muncul.

Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi saat Suho selesai mandi. Di bukanya laci meja kamarnya lalu mengambil sebuah memori card. Suho memasang memori card itu di tabletnya dan memutar potongan-potongan video saat dia, Thea dan Kun sedang bersama.

Kun dengan segala kegembiraannya tanpa dia tahu beberapa tahun setelahnya dia hanya akan hidup berdua dengan Suho begitupula dengan Suho yang sepertinya di saat itu benar-benar sudah melupakan sosok Irene dari hidupnya.

"Aku merindukanmu" ucap Suho lirih sambil menatap video Thea yang sedang berlarian di tepi pantai mengejar Kun yang saat itu baru berusia 5 tahun.

Melihat langit yang mulai terang, Suho segera bersiap untuk ke kantor. Lelaki itu pergi tanpa sarapan, dia hanya berpamitan sekilas kepada Kun.

"Kita ke toko bunga" ucap Suho begitu dia masuk ke mobil kantor yang sudah sampai di depan rumah. Kim yang mengerti segera memacu mobilnya, selama perjalanan Suho hanya menatap sendu ke arah luar jendela.

"Ketua sedang ada masalah?" Kim coba memberanikan diri. Suho hanya tersenyum saat menatap Kim.

"Aku merindukan Thea" ucapnya kemudian yang setelahnya tidak lagi mendapat jawaban dari Kim.

Setelah membengi bunga daisy, Kim mengantar Suho ke makam Thea. Lelaki itu hanya menunggu Suho di area parkir.

Suho yang baru saja sampai di makam Thea tersenyum saat bunga yang dia letakkan 3 hari yang lalu masih ada di tempatnya.

"Aku datang, sayang" ucapnya sambil mengambil bunga yang mulai kering dan menggantinya dengan bunga yang baru dibawanya. Lelaki itu duduk bersila di samping makam Thea.

"Kenapa kau datang dengan sangat erotis semalam? Apa itu kado untuk ulang tahunku besok?" Tanyanya dengan nada bercanda walaupun sebenarnya Suho sedang menahan air matanya. Dia begitu merindukan istrinya walaupun hampir setiap hari dia ke makam Thea.

"Atau kau ingin menyiksaku karena aku tidak bisa menyentuhmu lagi?" Lanjutnya dengan nada bercanda tetapi air matanya sudah menetas kali ini.

"Kau tahu, Kun sudah bisa berkencan sekarang. Padahal dulu kita berjanji akan menemani Kun sampai menikah kan? Bahkan kita berencana untuk memberi Kun adik, tapi ternyata kau dan adiknya Kun harus pergi bersamaan"

Gumamnya pada batu nisan di hadapannya. Entah kenapa, hari ini Suho benar-benar merindukan Thea. Ada rasa ingin memeluk istrinya tetapi dia sadar dia tidak akan bisa melakukannya.

"Datanglah lagi ke mimpiku nanti malam, datanglah setiap hari kalau perlu, dengan begitu aku tidak akan terlalu tersiksa" ucapnya sambil mengusap buliran air mata yang menetes pelan menggunakan punggung tangannya.

"Kau tahu? Ranjang besar kita jadi terlalu kosong sekarang karena hanya aku yang tidur disana. Aku merindukanmu, merindukan aroma tubuhmu, merindukan semua hal yang ada di dirimu" ucapnya lirih sambil coba mengatur nafas dan air matanya.

"Aku harus ke kantor sekarang. Aku akan membawa Kun menemui Irene besok. Aku harap, malam ini kau datang menemuiku di mimpi"

Sejak seminggu yang lalu, Suho tidak bisa menemui Irene. Kekasihnya itu sedang pelatihan di luar kota dan baru pulang besok pagi.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang