Bab 21

370 61 1
                                    

Suho menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Irene, setelah pulang dari makam Thea, entah kenapa mereka berdua menjadi sosok yang sangat pendiam.

"Tentang yang tadi..." Irene akhirnya membuka suara setelah hampir setengah jam mereka hanya terdiam.

"Kau serius ingin menjadikanku istrimu?" lanjut Irene ragu yang dijawab dengan senyuman dan anggukan kepala oleh Suho.

"Tapi kita bahkan baru berkencan 2 hari, aku bahkan belum menceritakan masa-masa kelamku..."

Suho menghela nafas lalu meraih tangan Irene, dua menatap lembut ke arah wanita yang dicintainya itu.

"Semua orang punya masa lalu, semua orang punya cerita kelamnya masing-masing. Bertahap saja kita ceritakan satu per satu, dengan begitu hubungan kita akan menjadi semakin terbuka. Tidak ada manusia yang sempurna sayang, tapi aku rasa bisa hidup bersamamu dan Kun adalah suatu kesempurnaan, sama seperti saat aku hidup bersama Thea dan Kun"

Mendengar kalimat terakhir Suho, Irene spontan melepas genggaman tangan Suho yang membuat lelaki itu menatap bingung ke arah kekasihnya.

"Apa aku akan selalu menjadi yang kedua?"

"Apa maksudmu?" Tanya Suho tidak mengerti dengan maksud ucapan Irene.

"Bukankah di hatimu akan selalu ada Thea dan aku yang menjadi bayang-bayangnya?"

"Rene....."

"Menikah masih terlalu jauh dari bayanganku, lebih baik kita mengenal satu sama lain saja dulu. Aku permisi"

Irene memutus kalimat Suho yang belum sempat di selesaikan oleh lelaki itu. Tanpa memperdulikan Suho, Irene turun dari mobil bergegas untuk masuk ke dalam rumah.

"Rene tunggu..."

Irene mengalihkan pandangannya ke arah Suho yang berjalan mendekatinya. Tubuhnya terasa membeku saat Suho menyatukan bibir mereka dengan tiba-tiba. Bibir lembut yang beberapa hari lalu mengecup lembut keningnya, sekarang berpindah ke bibirnya. Pelan tapi pasti, Irene mulai terhanyut dengan ciuman Suho. Matanya terpejam, tangannya menggenggam erat sisi kanan dan kiri kemeja putih yang dipakai Suho. Bibirnya mulai mengimbangi ciuman lembut Suho sampai beberapa saat kemudian Suho melepaskan tautan bibirnya saat merasa oksigen di paru-parunya semakin menipis.

"Maaf karena harus membagi ruang hatiku untukmu dan Thea, tapi satu hal yang bisa kupastikan adalah kau tidak akan menjadi bayang-bayang Thea." Ucap Suho di tengah nafasnya yang masih sedikit terengah-engah setelah ciuman panjang mereka.

"Kau yakin bisa melakukannya?"

"Janjiku padamu" ucap Suho singkat lalu kembali menautkan bibirnya. Kali ini ciumannya sedikit menuntut, lidahnya memaksa masuk untuk beradu dengan lidah Irene yang diimbangi dengan tangan Irene yang sudah mengalung sempurna di leher Suho seolah-olah tidak akan membiarkan Suho melepaskan ciumannya.

Setelah beberapa saat, Irene mendorong tubuh Suho untuk sedikit menjauh agar ciuman mereka terlepas.

"Maafkan aku.." Irene terkekeh pelan sambil mengusap bibir Suho yang jauh lebih merah karena terkena lipstik miliknya.

"Jangan marah lagi ya. Aku pulang dulu"

"Tidak mau mampir?"

"Rene...." Ucap Suho sambil memandang Irene dengan tatapan curiga yang membuat Irene tertawa geli.

"Pulanglah, hati-hati di jalan. Sampaikan salamku untuk Kun"

"Aku akan menghubungimu saat sampai rumah."

Irene menganggukkan kepala sebagai jawaban sebelum Suho kembali mengecup bibirnya singkat lalu berjalan meninggalkan Irene untuk masuk ke dalam mobilnya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang