Bab 3

474 42 1
                                    

"Balik sama siapa? Kak Kaluna?" Tanya Thea santai saat ruangan osis hanya tinggal mereka berdua.

"Iya. Tadi pagi nebeng dia soalnya."

"Mau aku tebengin gak?" Tanya Thea dengan nada sombong sembari memakai tas ranselnya.

"Gaya banget padahal umur 17 tahun juga baru 3 hari yang lalu" Ejek Suho dengan ekspresi yang membuat Thea memukul lengan Suho dengan keras.

"Yashhhhhhh..." Gertak Suho sembari mengusap lengannya, tetapi Thea justru tertawa terbahak-bahak sembari berjalan keluar dari ruangan osis.

"Dasar cewek gila!" Teriak Suho dari dalam ruangan osis.

"Gila-gila gini banyak yang mau sama aku" Jawab Thea dari depan pintu ruang osis sembari menjulurkan lidahnya.

"Jadi nebeng gak? Daripada nunggu kak Kaluna selesai kuliah" 

Suho diam sambil berfikir, sedangkan Thea sedang menghitung di depan pintu ruangan osis seolah-olah menuntut Suho agar segera memutuskan pilihannya.

"Lama ya mikirnya..."

"Ya udah ayo" Ucap Suho sembari menarik tangan Thea yang sedari tadi menyandarkan punggungnya di pinggiran pintu sembari mengunyah permen karet.

Thea dan Suho keluar dari area parkir, tetapi tiba-tiba Thea menghentikan mobilnya saat melihat Irene sedang berdiri di depan sekolah.

"Rene, bareng sama kita aja yuk" ajak Thea yang tentu saja segera di tolak dengan sopan oleh Irene. Walaupun mereka sama-sama di osis, tetapi menurutnya berteman dengan kakak kelas tetap tidak sopan, apalagi sampai meminta kakak kelas untuk mengantarkannya pulang.

"Udah naik aja Rene, sudah sore juga. Yuk.." Paksa Suho yang disetujui oleh Thea dan akhirnya berhasil meluluhkan Irene.

Sepanjang perjalanan, mereka terus membahas segala sesuatu tentang kegiatan mereka. Thea yang sebagai ketua ekstrakurikuler Sains tetapi dirinya sendiri menjadi anggota klub Taekwondo di bawah kepemimpinan Irene.

"Kalau bingung atau butuh tanya-tanya, jangan sungkan tanya saja Rene" Ucap Thea setelah obrolan panjang lebar mereka bertiga yang langsung diiyakan oleh Irene.

"Tanya ke Suho juga boleh, dia sudah berpengalaman menjadi ketua" lanjut Thea menumbalkan sahabatnya itu karena dia tahu kalau Suho sebenarnya suka dengan Irene.

"Rumahnya sebelah mana ini Rene?" Tanya Thea begitu mulai memasuki kawasan perumahan elite yang ditunjukkan oleh Irene.

"Rumah cat warna cream kak, yang ada di depan" ucap Irene sopan sembari menunjuk sebuah rumah megah berwarna cream keemasan.

"Terimakasih ya kak." Ucapnya begitu Thea menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Irene.

"Kenapa? Mau mampir?" Goda Thea saat melihat sahabatnya itu seolah-olah tidak berkedip sampai Irene memasuki pagar rumahnya dan tidak lagi tertangkap radius pandang mereka berdua.

"Cari es chocolate enak kayanya" Ucap Thea santai sambil mulai memacu mobilnya.

"Makan teroooss" Ucap Suho dengan nada sensi sembari menunjukkan ekspresi tidak suka kepada Thea yang sedang menyetir di sebelahnya.

"Eh nggak ya, baru ini aku mau jajan manis-manis. Yuk beli yuk" Rengek Thea sembari memacu mobilnya yang akhirnya diiyakan dengan terpaksa oleh Suho.

Rumah Suho

"Anak mama pulangnya kok sore sekali?" Tanya mamanya Suho saat putra bungsunya masuk ke dalam rumah dan melempar tasnya dengan sembarangan di sofa.

"Thea tuh pakai acara beli es coklat segala, mana antri panjang" Gerutu Suho sembari meminum segelas es coklat yang ada di tangannya.

"Thea bawa mobil sendiri?"

Suho hanya mengangguk,

"Dia kan sudah 17 tahun 3 hari yang lalu, makanya sombong itu anak" lanjut Suho dengan ekspresi kesal yang justru membuat mamanya tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan putra bungsunya.

"Jangan sensi gitu, nanti takutnya jodoh lho"

"Gak mau aku jodoh sama dia, cewek gila gitu" Ucap Suho sembari tertawa dan berjalan naik ke lantai dua untuk naik ke kamarnya.

Flashback end----

"Di rumah nenek dulu ya bang hari ini, papi lembur soalnya ada makan malam sama client" Jelas Suho begitu mereka sampai di halaman rumah milik orang tua Suho.

"Iya pi."

Suho dan Kun turun dari mobil, saat masuk ke rumah terdengar teriakan seorang anak SMP perempuan bernama Sahna, putri tunggal Kaluna yang selalu bahagia setiap kali melihat Kun datang.

"Nggak ke rumah sakit kak?" Tanya Suho heran saat melihat Kaluna duduk manis di sofa ruang tamu dengan tab di tangannya.

"Libur. Habis jaga malam 2 hari kamu suruh masuk lagi bisa-bisa tipes aku"

Suho hanya tertawa mendengar jawaban sinis kakaknya. Ya, hubungan mereka berdua tidak pernah berubah.

"Hari ini aku bertemu Irene.." Ucap Suho tiba-tiba yang membuat Kaluna mengalihkan pandangannya dari arah tab di tangannya ke arah Suho yang baru saja duduk di sofa yang ada di hadapannya.

"Irene yang dari SMA?"

"Iyalah, mau Irene manalagi" Jawab Suho sembari mengambil minuman dingin yang ada di depan Kaluna.

"Kakak pikir dia tidak akan pulang setelah semua yang terjadi 16 tahun yang lalu" Ucap Kaluna lirih sembari kembali menatap tab-nya.

"Sama." Jawab Suho singkat,

"Aku juga pernah berfikir tidak akan bertemu dengannya lagi, nyatanya hari ini aku kembali menemukannya" lanjut Suho dengan sorot mata tulus penuh kerinduan.

"Is she married?"

Suho mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban. Dia menjelaskan kalau mereka hanya bertegur sapa. Tidak ada obrolan lebih lanjut lagi setelah itu.

"Tapi wanita secantik dia pasti sudah menikah" lanjut Suho dengan ekspresi kecewa yang membuat Kaluna melirik adiknya sebentar lalu tersenyum tipis.

"Jadi, dia masih secantik itu?" Kaluna yang penasaran akhirnya sedikit mengulik pertemuan pertama adiknya dengan wanita yang pernah mengisi hari-harinya semasa SMA dulu.

Suho menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, matanya menatap lurus ke depan seolah-olah sedang memandang sosok Irene di depannya.

"Dia bahkan jauh lebih cantik sekarang" jelasnya sembari tetap menerawang jauh ke depan, menggambarkan betapa indahnya wanita yang pernah mengisi hatinya saat masih di bangku sekolah dulu.

"Apa yang akan kau lakukan kalau dia belum menikah?" Kali ini Kaluna meletakkan tab miliknya dan menatap fokus kepada Suho yang ada di depannya.

"Tidak ada, aku tidak akan melakukan apapun sampai Kun siap melihat posisi maminya tergantikan" 

Kaluna tersenyum simpul mendengar ucapan adiknya. Anak SMA di depannya itu sudah berubah menjadi lelaki dewasa dengan segala tanggung jawabnya saat dia memutuskan menikah di usianya yang baru saja memasuki 20 tahun saat itu. Dan sampai detik ini, kebahagiaan Kun adalah segalanya untuk Suho.

"Jangan dipaksa, dia akan mengerti kalau sudah saatnya" ucap Kaluna lembut yang dijawab dengan senyuman oleh Suho. 

"Tidak masalah kalau sampai nanti dia tidak ingin posisi maminya tergantikan, aku tidak menikah lagipun juga tidak masalah asalkan putraku bahagia" 

"Ya, dia memang putramu" Ucap Kaluna lirih sembari menatap Suho dengan tatapan yang sangat dalam.

"Mama dimana kak?" Suho coba mengalihkan pembicaraan mereka, dia tidak mau kalau Kun sampai harus mendengar hal-hal yang belum saatnya dia dengar. Pandangannya dia edarkan ke seluruh rumah seolah-olah sedang mencari seseorang.

"Biasa, arisan. Habis ini juga pulang"

Suho menghela nafasnya, paling tidak dia lega karena melihat ibunya memiliki aktfitas yang menyenangkan setelah kepergian ayahnya 8 tahun yang lalu.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang