Bab 32

384 45 1
                                    

Sesampainya di dalam kamar, Irene tiba-tiba memeluk Bara dari belakang.

"Sayang, jangan peluk-peluk, aku belum mandi"

"Tidak apa-apa, aku suka aroma tubuhmu" Irene mengeratkan pelukannya, kepalanya dia tempelkan di punggung kekar milik Bara yang masih terbalut seragam pilotnya.

"Minggu depan kamu pulang kan?"

Bara mengusap tangan Irene yang sedang melingkar di perutnya.

"Aku pulang 2 minggu lagi sayang, setelah itu kan libur untuk mengurus pernikahan kita."

Irene semakin mengeratkan pelukannya. Pernikahan yang hanya kurang dari 3 minggu entah kenapa membuatnya ragu dengan semua keputusan yang dia buat sendiri.

"Kamu kenapa? Ada masalah?"

Irene menggeleng sambil tetap menyandarkan kepalanya di punggung Bara.

Bara menghela nafasnya lalu melepas pelukan Irene. Lelaki itu memutar tubuhnya, membuatnya sekarang bisa berhadapan dengan Irene.

Tangannya mengusap lembut rambut Irene, matanya menatap lekat ke wajah cantik Irene.

"Mau makan ramen?" Tanya Bara karena dia ingat kalau tadi Irene sempat meminta ramen.

Irene tiba-tiba menundukkan kepalanya,

"Maaf ya kalau aku banyak mengecewakanmu" ucapnya lirih yang membuat Bara sedikit terkejut.

"Hei, kok nangis?" Bara segera menarik dagu Irene, tangannya mengusap air mata yang entah kenapa tiba-tiba menetes dari mata Irene.

"Kamu kenapa?"

Irene menggeleng, dia mengusap air mata menggunakan punggung tangannya.

"Aku hanya merasa banyak mengecewakanmu, padahal selama ini kau selalu melakukan banyak hal untukku"

Bara tertawa gemas melihat Irene yang menangis di hadapannya.

"Hei, dengarkan aku" Bara menangkup kedua pipi Irene menggunakan tangan besarnya,

"Kamu bertahan di sisiku saja, itu sudah sangat membahagiakan untukku. Jadi berhenti berfikir kalau kamu selalu mengecewakanku, selama kamu tidak pergi dari sisiku, itu sudah cukup"

Irene memandang Bara dengan masih terisak, sedangkan Bara yang masih menangkup wajah Irene menggunakan kedua tangannya hanya menatap gemas ke arah kekasihnya itu.

"Can i kiss you?"

"Berhenti selalu meminta izin, bukankah sudah ku katakan aku milikmu?" Protes Irene di sela-sela tangisannya.

Bara mengecup bibir merah Irene dengan lembut lalu kembali melepasnya beberapa detik kemudian.

"Aku buatkan ramen mau?" ucapnya yang dijawab dengan anggukan oleh Irene.

Setelah makan malam mereka yang terlalu malam, Irene dan Bara sedang ada di ranjang besar kamar Irene, menikmati film yang sedang berputar di dinding melalui layar proyektor di kamar Irene.

"Mas.."

"Mas? Sejak kapan kamu panggil aku mas?" Bara sedikit heran melihat wanita yang sedang berbaring memeluknya itu memanggilnya dengan panggilan yang cukup asing di telinganya.

"Mau gak dipanggil mas?" Protes Irene dengan tatapan yang seolah-olah memaksa Bara agar lelaki itu mau dipanggil mas.

"Baiklah terserah kau saja" jawab Bara sambil kembali merengkuh tubuh mungil Irene.

"Ada apa?" lanjut Bara menanggapi panggilan dari Irene.

Wanita cantik itu mendongakkan kepalanya agar bisa melihat wajah tampan lelaki berstatus calon suaminya itu.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang