2. The Criminal

7.7K 822 75
                                    

SUV hitam berderum memasuki persimpangan kecil yang sepi dan suram meskipun hari masih terang. Sampah berterbangan acak, tak terkendali di bawah kuasa angin.

"Nanti kuhubungi," ucap seseorang yang duduk di kursi belakang. Hanya bayang-bayang dan kilat jam tangan peraknya yang terlihat. Ia berbicara kepada seorang pemuda bersurai mahoni yang duduk di balik kemudi di depannya.

Pemuda itu melirik sedikit ke belakang lalu mengangguk.

TAP

Dengan sigap ia menangkap amplop cokelat yang tebal, berisi uang yang cukup banyak. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia membuka pintu bersamaan dengan orang di sebelahnya yang akan menggantikan tugasnya mengemudi.

Sebelum benar-benar keluar, orang misterius di kursi belakang berucap datar.

"Seperti biasa, kerja bagus, Jaemin."

Jaemin tak sedikitpun mengubah raut datarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin tak sedikitpun mengubah raut datarnya. Ia menatap rekannya yang menggangguk padanya sebagai salam. Bagai robot, Jaemin hanya berkedip sebagai balasan. Surainya yang kemerahan tertimpa cahaya matahari menempel lepek ke dahi, penuh keringat dan bercak darah.

Ia menunggu hingga mobil berukuran besar itu kembali melaju membelah jalanan. Hilang ditelan tikungan dan bangunan dua lantai yang sudah ditinggalkan.

Amplop yang Jaemin genggam ia remas kuat. Lalu dimasukkan ke dalam jaket sekelam tatapannya. Sepasang sepatu bootsnya menginjak daun-daun berwarna kecokelatan serupa darah mengering yang lewat tanpa permisi di aspal. Keresak kecil mengiringi langkahnya memasuki gang kediamannya, sendirian.

Suara gonggongan anjing di
kejauhan terdengar, lalu samar-samar pertengkaran dan umpatan menyusul. Jaemin tetap berjalan tanpa menoleh kanan kiri bahkan saat suara tembakan terdengar.

Ia sudah terbiasa mendengar suara semacam itu. Perhatiannya teralih pada seorang pemuda yang berjalan terburu-buru sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam hoodie. Rautnya yang pucat dan kuyu dengan kantong mata tebal menghitam cukup memberi tahu apa kepentingannya berada di area buangan ini.

Jaemin hanya meliriknya sekilas, tidak begitu peduli akan nasib pecandu yang dapat dihitung jari kapan kedatangannya kembali.

Ia terus berjalan, berjalan, dan berjalan dalam keheningan. Melewati gang yang berkelok-kelok sebelum sampai ke sebuah kontrakan kecil yang kotor dan tak terawat. Tak jauh berbeda dengan kontrakan-kontrakan lainnya. Bahkan sang penjual narkoba adalah tetangganya.

Jaemin memperhatikan sekeliling. Ketika yakin insting tajamnya tidak meneriakkan bahaya, Jaemin merogoh kunci di dalam kantong celananya lalu membuka pintu yang berderit pelan itu.

BLAM

Pintu itu terbanting, mengacaukan perkumpulan burung yang hinggap di pohon tetangganya. Memaksa mereka terbang mengarungi angkasa yang mulai berubah warna.

LIMBO || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang