13. The Estrus

7.3K 733 89
                                    

Jaemin terbangun lagi dalam keadaan sesak, tubuhnya tak bisa bergerak dan nafasnya pendek-pendek.

Ia mengerjap pelan, berusaha mengusir kantuk yang menggodanya untuk kembali lelap ke dalam kegelapan tanpa akhir.

"Uuh~ angh~"

Desahan-desahan kecil itu perlahan memasuki rungu Jaemin. Mengeras seiring kesadarannya terkumpul sempurna.

"Emh! Ah!"

Jaemin memicing heran. Ia menggerakkan jemarinya yang tanpa sadar lagi-lagi menggenggam ekor 1J erat. Di dalam remang-remang yang menyulitkan pandangan barulah Jaemin tersadar apa yang membuat tubuhnya memberat dan berkeringat.

1J menindihnya dan merintih pelan, sesekali bergerak kecil berusaha menyamankan dirinya.

Jaemin sedikit panik, ia meraba punggung sang hybrid, mengelusnya lembut agar tak gelisah dan terus merengek.

Namun hal itu malah memperkeras suara-suara yang dihasilkan oleh bibir si kecil. Tubuhnya terbakar, kuyup menembus kaus membasahi tubuh setengah telanjang Jaemin.

"Kau kenapa?" Bisik Jaemin, ia memaksa mendudukkan diri dan mendorong 1J.

"Emin, sakit, Emin-" rintih sang hybrid. Surainya sampai lepek oleh keringat, kedua tangannya mengalung pada leher Jaemin, memeluk dan mendusali ceruk leher jenjang yang lebih besar.

Jaemin mengerutkan dahi kebingungan. Mungkinkah 1J demam tinggi? Apakah tidak apa-apa diberi obat yang biasa ia konsumsi?

Dibawanya 1J keluar kamar agar terlihat lebih jelas apa yang membuat sang hybrid gemetar pelan dan kesakitan.

Mata Jaemin melebar kaget. Kulit putih sang hybrid bersemu merah muda dan telinganya terus berkedut kecil. Nafasnya terengah-engah dan mata cantiknya sayu, berair melelehkan air mata.

Sebutlah Jaemin sadistik atau apa. Tetapi setiap kali 1J menangis, hybrid itu terlihat lebih cantik dan menggemaskan. Jaemin tidak tahu apa yang salah dengan dirinya.

"Panas?" Tanya Jaemin khawatir. Ia menyentuh lengan 1J, mengernyit merasakan hangat yang berlebihan. Berbanding terbalik dengan keadaan normal sang hybrid yang cenderung bersuhu lebih rendah dari orang pada umumnya.

1J mengangguk, enggan melepaskan pelukannya terhadap laki-laki itu. Ia mendengking, mengagetkan Jaemin.

Kenapa manusia setengah anjing ini kepanasan di saat musim dingin baru saja dimulai? Aneh sekali.

Terheran-heran Jaemin memutuskan membawa sang hybrid ke kamar mandi untuk mengguyurnya dengan air dingin.

"Lepas bajumu," suruh yang lebih besar sambil menciduk semangkuk air dari bak.

1J menurut, ia melucuti kaus dan celananya. Telanjang bulat untuk Jaemin tatap.

BRAK

Mangkuk berisi air yang Jaemin genggam terlepas begitu saja. Sang pembunuh bayaran segera berjongkok, mengamati kemaluan sang hybrid yang terlihat berbeda dari yang pernah dilihatnya.

Lipatan kecil pengganti penis itu membengkak merah muda dan mengeluarkan sedikit darah.

"Kau kenapa?!" Tanya Jaemin panik, mendongak cemas yang lebih kecil.

1J hanya menggeleng, kedua kakinya saling memijak dan mengurut tidak nyaman. Sakit dan panas bersatu meski dirinya berada di dalam ruangan berkeramik yang sejuk.

Jaemin tergagap bingung. Agak tidak percaya dengan pemikirannya sendiri. "Kau… kau menstruasi?"

"Heum," ujar 1J tak jelas. Ia memang beberapa kali mengalaminya, namun tidak pernah sesakit dan setidaknyaman ini. Darahnya terasa bergejolak bagai lava api.

LIMBO || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang