18. and the Sense of Comfort

5.8K 669 114
                                    

Jaemin menggerutu kesal sepanjang perjalanannya menapaki lagi aspal licin yang diselimuti butiran salju. Bisa-bisanya dompetnya menghilang dari saku mantel?!

Suhu begitu dingin, menggerogoti tubuhnya dengan ketidaknyamanan. Uap tipis keluar setiap kali napasnya berhembus.

Jaemin berderap cepat kembali ke rumah, ingin memastikan apakah benda berwarna cokelat itu ikut terbawa saat menyerahkan boneka-boneka kecil 1J atau ia entah bagaimana telah dicopet di pasar malam.

Berbelok pada tikungan terakhir, menghapus dinding kusam dari pandangannya, mata Jaemin melebar. Dari kejauhan, tampak pintu kontrakannya setengah terbuka, meloloskan cahaya kekuningan terang dari dalam ke luar.

Tanpa pikir panjang Jaemin berlari secepat angin, tidak memedulikan jalanan yang licin. Hanya satu yang melintasi benaknya: 1J.

Menjeblak pintu sampai terbuka sepenuhnya, ia langsung berkontak mata dengan seorang asing yang mengenakan masker hitam menutupi sebagian wajah, tengah menggedor kuat pintu kamarnya.

Jaemin tak sempat mengambil pistol di saku celana saking kagetnya, kalah cepat dengan seorang berseragam lengkap itu yang langsung menyiagakan senapannya.

DOR

Satu tembakan meletus, melubangi bagian kanan perutnya. Jaemin menggeram kesakitan, refleks memegangi perutnya dan berlindung di balik dinding luar.

Benaknya berpacu, memikirkan sang hybrid yang ditinggalkannya sendiri. Apakah ia melarikan diri atau berada di dalam kamar: bersembunyi?

Sebisa mungkin Jaemin tak bersuara, melirik ke arah bayangan yang bergeming, menunggu sang penyusup muncul kembali keluar untuk mengejarnya.

Namun pria itu tampaknya tidak berniat untuk menangkapnya. Ia masih berdiri siaga di depan pintu kamar, mencoba mendengar suara-suara.

Jaemin melepas mantelnya hati-hati. Mereka sama-sama menunggu dalam ketegangan yang mencekik. Serupa, terlatih untuk mencari momentum yang sempurna.

Jaemin mengumpat dalam hati. Di luar angin melolong, membawa masuk salju berjatuhan. Mulai hujan lagi.

Melemparkan mantelnya ke depan pintu sebagai umpan, Jaemin bergerak gesit setelah mendengar suara tembakan.

Dalam sepersekian detik memanfaatkan
kebingungan orang asing itu yang baru menyadari bahwa sebuah kain tak bernyawa yang ia serang, Jaemin mengarahkan pistolnya ke bagian lengan yang memegang senapan. Ia menembak beberapa kali, menghabiskan peluru di pistolnya sampai laki-laki itu termundur panik lalu jatuh di depan kamar mandi, terpeleset boneka 1J.

Memiliki keunggulan pistol yang lebih ringan dan efisien dibanding senapan laras panjang, Jaemin berlari menyeberangi ruang tamunya tangkas, menghindari tembakan acak sang penyusup. Ia meloncat tinggi, menginjak kuat dada laki-laki yang berusaha bangun dengan canggung itu.

Jaemin memutar kaki kanannya terampil, menghindari lengan yang menggapai ingin melumpuhkannya. Disepaknya kepala orang itu kencang.

Jaemin merebut senapan dari tangan yang dipenuhi lubang dan mengotori lantainya dengan cairan merah kecokelatan, memukulkan gagang senapan tanpa ampun ke area wajah sang penyusup.

Belasan kali, sampai tak sadarkan diri.

Melihat laki-laki itu pingsan, Jaemin mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari presensi sang hybrid.

"1J?! KAU DIMANA 1J?!"

Kemudian isakan kecil terdengar di balik pintu, memanggil namanya sesegukan. "Emin?"

Jaemin memegang gagang pintu, lalu memutar-mutarnya brutal berusaha membuka.

"IYA, INI AKU! KAU BAIK-BAIK SAJA?!"

LIMBO || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang