Jika bisa mengobrak-abrik dunia, pastilah Jaemin akan obrak-abrik sepenuh hati.
Kabar baik: panas 1J menurun setelah hampir lima hari, tapi tingkahnya sekarang bak anjing yang tengah birahi. Ia mengangkang dan terus mengeluh gatal pada selangkangan, minta dimasukkan sesuatu.
"Emin! Emin! Em-!" Racau 1J.
"Sstt!" Desis Jaemin terganggu. Ia membekap mulut 1J agar suaranya tak menembus dinding. Hybrid itu benar-benar ribut akhir-akhir ini, tidak ada takut-takutnya padahal sedang dicari.
Jaemin menggendong 1J keluar kamar, menaruhnya perlahan ke sofa. Ia mengusap wajahnya kasar, tidak dibiarkan tidur nyenyak sama sekali oleh sang hybrid.
"Emin-"
Jaemin membentak. "APA SIH?!"
"Huu..." 1J menatap Jaemin sendu sekaligus bernafsu. Surai berantakan yang lebih besar membuat wajah galaknya lebih tampan dan panas. "Bantu, Emin..."
"Aku harus bantu apa?!"
"Ini, ini gatal," lapor 1J lugu menunjuk selangkangannya. "Masukkan punya Emin."
"Apanya punyaku yang harus dimasukkan?" Jaemin melotot, matanya sampai sakit karena terlalu kering dan memerah sebab kurang tidur. Ia segera berbalik ke arah kamar yang gelap, mengedip-ngedip cepat membasahi matanya yang iritasi.
Saat berbalik lagi, celana 1J sudah tanggal. Kemaluannya tidak lagi berdarah namun berkilat dengan cairan bening agak kekuningan, menetesi sofa dan meninggalkan bercak gelap disana.
Pertanda siap dibuahi.
"Punya Emin masuk kesini, lalu didorong-dorong dan ditarik-tarik," jelas 1J polos seolah apa yang ia pinta itu tidak mengguncang mental yang lebih besar.
Di saat seperti ini, Jaemin berharap Renjun dan Haechan datang mendobrak pintu bak pahlawan kesiangan dan menjemput si kecil yang imut namun membuat kewarasannya mati-matian tidak kabur ketakutan.
"Tidak boleh!" Hardik Jaemin. Ia menutup kaki 1J lalu menggeleng serius. "Tidak boleh 1J!"
"Tidak apa-apa, Emin!" Bantah 1J keras kepala, "kalau sudah dibegitukan tidak gatal lagi!"
"Siapa yang bilang?!"
"Dulu pernah!"
Jaemin menganga, cengkramannya melemah. Membuat kedua kaki 1J terbuka kembali bagai bunga yang baru mekar dengan cantiknya.
Mulutnya mengering melihat sang hybrid berusaha memasukkan seluruh jarinya ke dalam lubang yang terlihat kecil dan sempit itu, tidak tahan dengan gatal yang mengganggunya.
"Ouh!" Keluh 1J kesusahan. Dahinya yang berpeluh mengernyit sakit.
"Siapa- siapa yang pernah-" Jaemin tergagap. Ia mencubit pahanya sendiri, memaksakan terus bertanya. "Yang pernah memasukkan milik- milik mereka ke dalam kemaluanmu?!"
1J mendongak menatap yang lebih besar, tidak mengerti mengapa laki-laki itu bergetar marah dan seperti balon yang akan meledak.
"Ada... beberapa peneliti," ujar 1J tak yakin, lupa-lupa ingat siapa saja namanya. "Untuk... uji coba?"
Ia menggeleng tidak peduli, malah menatap Jaemin memelas. "Emin, ayo masukkan. Tidak apa-apa," bujuk 1J. "Tidak akan terjadi apa-apa."
Mata Jaemin menggelap. Membayangkan banyak laki-laki menyentuh tubuh polos 1J, memakainya seenaknya, membohonginya kalau hal itu adalah hal biasa, bahkan obat bagi rasa sakitnya, sungguh-sungguh terdengar memuakkan dan gila.
"Kalau tidak gatalnya tidak hilang Emin, ah-" bisik 1J semakin pelan. Ia refleks mendongak ke atas merasakan satu jarinya berhasil lolos masuk ke lubang yang difungsikan untuk bersenggama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMBO || JAEMJEN ✔️
FanfictionMembawa lari sesosok Hybrid dari laboratorium dan menitipkannya pada seorang pembunuh bayaran, mau tak mau Renjun lakukan. Apa yang mendorongnya melakukan aksi nekat itu? Lalu bagaimana kelanjutannya, apakah akan ada akhir bahagia bagi mereka yang t...