7. Reversed

6.1K 760 41
                                    

Mendengarkan lolongan anjing di kejauhan menjadi aktivitas yang 1J lakukan sejak beberapa jam lalu.

Ia tidak tahu sudah berapa lama waktu berjalan. Sensoriknya memang sudah tumpul, baru-baru ini saja mulai menajam karena berhasil keluar dari "ruang putih" dan banyak berinteraksi dengan manusia.

Belum lagi kediaman Jaemin sama sekali tak membantu. Tidak ada jendela yang memberi tahu, semua penerangan berasal dari lampu. Seperti dirinya, kediaman Jaemin terasing dari dunia luar dengan tujuan keamanan.

Sang hybrid mendorong-dorong jeruji besinya bosan. Ia benar-benar menuruti perintah Jaemin untuk tak menyentuh apapun. Takut yang lebih besar marah lagi. Jeno tidak mau menerima hukuman yang lebih buruk dari terjebak di kandang kecil ini.

Mengusap-ngusap perutnya yang bergemuruh tampaknya tidak memberi hasil. Ia lapar dan haus luar biasa.

Keasyikan melamun, tiba-tiba pintu berderit terbuka, membawa tubuh lelah Jaemin masuk. 1J refleks berdiri, senang melihat sosok tinggi dan tampan itu.

Jaemin melepaskan sepatunya begitu saja, tidak meminggirkannya seperti biasa. Semakin Jaemin mendekat semakin 1J mengerutkan dahi.

Bau familiar yang tak 1J sukai menguar dari tubuh laki-laki itu. Ia mengendus udara tak yakin, ada bau lain yang sedap, mencoba menutupi jejak perbuatan Jaemin.

Memasuki daerah yang terang barulah 1J menangkap lebam-lebam di wajah tampan Jaemin, sudut bibir tipisnya robek.

"Makan," suruh Jaemin singkat. Ia menaruh bungkusan yang dibawanya ke atas meja. Plastik yang menguarkan aroma sedap itu tidak bisa mengalihkan fokus sang hybrid pada pengasuhnya yang berjalan terseok ke kamar mandi.

1J menatap pintu yang terkunci itu khawatir. Ia melangkahi kandang tanpa suara lalu menghampiri, menunggu dengan sabar Jaemin yang begitu lama berada di kamar mandi.

Ditemani kucuran air yang tak juga berhenti, 1J mulai menggigiti kukunya cemas. Ia tahu warna itu, rasanya sakit dan ngilu. Sejahat-jahatnya Jaemin padanya, 1J tidak mau laki-laki itu merasakan luka yang pernah dialaminya.

Di saat 1J sudah tak tahan untuk mengetuk, tiba-tiba Jaemin keluar dengan seluruh tubuh basah dan bau sabun yang menusuk hidung. Ia nyaris telanjang, hanya ditutupi handuk kecil di pinggang.

Keduanya bersitatap canggung. Jaemin mengedikkan dagunya pada sang hybrid, memintanya minggir karena menghalangi jalan.

"Emin kenapa?" Tanya 1J khawatir. "Emin sakit?"

"Makan saja. Jangan banyak tanya."

Jaemin berjalan melewati 1J masuk ke kamar dengan tatapan datar. Lagi-lagi mengunci pintu dan mengabaikan yang lebih kecil.

1J mengulum bibirnya sedih. Ia melangkah lambat, menjatuhkan tubuhnya lesu ke sela diantara sofa dan meja, tempat biasa dirinya duduk. Dengan hati-hati ia membuka plastik putih yang ternyata berisi sekotak ayam goreng itu.

"Emin makan yuk~" ajak 1J sedikit keras agar Jaemin mendengar.

Namun tak ada balasan dari Jaemin. Pintu kamarnya masih terkunci rapat-rapat.

"Emin?"

Entahlah, ia senang saja memanggil Jaemin dengan "Emin". Terasa spesial.

1J melebarkan tutup kotak ayam gorengnya. Masih hangat dan renyah saat ia sedikit mengocoknya untuk mencari tahu.

Tak kenal menyerah, 1J memanggil lagi. "Emin~?"

"Emin ayo makan-"

BRAK

Pintu yang terbanting ke dinding membuat Jeno meringis ngeri. Mampuslah, sepertinya ia berada dalam masalah.

1J beringsut menjauh melihat Jaemin berjalan ke arahnya. Raut dingin laki-laki itu melewatinya, menuju sebuah kulkas mini di pojok dapur yang hanya berisi alkohol. Ia membuka sekaleng beer lalu menenggaknya rakus.

LIMBO || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang