"Kau yakin ini sudah semua?" Seseorang bertubuh gempal pendek berdiri angkuh sambil memperhatikan Haechan memindahkan kardus terakhir sebesar dua kali lebar tubuhnya itu.
"Ya, Bos," jawab Haechan yakin. Ia menurunkan topinya menutupi wajah, lantas minggir membiarkan sang pengawas memeriksa.
SRET
Dengan mudah, pria parlente berjas hitam kumal itu merobek perekat kardus terdekat dengan pisau lipatnya.
Ia buka perlahan keempat sisi penutup kardus, memindai tumpukan boneka di dalamnya. Mengobok sampai ke bawah dan mengambil secara random satu mainan berbulu lembut itu, dibelahnya perut gemuk yang ternyata tak hanya berisi kapas.
Sebuah bungkus kecil berisi bubuk berwarna putih, tersembunyi di balik serabut serupa awan.
"Kerja bagus seperti biasa," ucap pria itu puas. Ia melemparkan sang boneka kembali ke tempat semula lalu mengeluarkan sebuah amplop berisi uang yang sangat tebal dari balik jasnya.
Tanpa melihat, ia melontarkan benda cokelat itu kepada Haechan. Dan sama acuhnya, Haechan menangkap upah pekerjaannya dengan santai.
Baru saja ingin berpamitan untuk kembali memantau persimpangan tempat bertemu dengan Renjun, ujaran sang pengawas menarik perhatiannya.
"Ada tawaran untuk mengirimkan benda lain, kau mau?"
Haechan hanya menolehkan sebagian wajahnya, matanya berkilat tertarik melihat wajah sang pengawas agak ragu dan kebingungan.
"Apa?" Tanya Haechan
Sang pengawas mendengus jijik. "Hewan hidup dari pasar gelap."
Haechan membeku, ia membalik tubuh sepenuhnya. Dipindainya wajah pria paruh baya itu yang terlihat terganggu.
"Kau yang terbaik dan tak pernah tertangkap sejak bergabung," gumamnya namun masih bisa terdengar. "Bayarannya sangat tinggi. Ke gunung di Barat."
Sedikit harapan tumbuh dalam hati Haechan. Mungkinkah gunung yang dimaksud adalah gunung yang ditujunya nyaris setiap hari?
"Aku mau," sanggupnya tanpa pikir panjang.
Sang pengawas menghela napas panjang. Bersiap kehilangan satu lagi pegawai lihainya. Bayaran yang terlampau tinggi berarti resikonya bukan hanya nyawa, namun hal-hal yang lebih buruk lagi.
Kantong matanya yang tebal seakan menyimpan sesuatu yang sebaiknya tidak diungkapkan. Well, usaha distribusi terlarangnya memang tidak boleh diketahui media dan badan khusus negara.
"Berhati-hatilah, yang terakhir tidak pernah kembali."
.
Membawa kardus berisi sampel telinga dan ekor rubah yang telah dikeringkan membuat seorang pemuda berkulit seputih susu mengernyitkan hidungnya jijik. Ia mengekori Doyoung yang berjalan cepat di depan, menjadi bayangannya yang setia.
Sesekali pemuda itu melirik naksir sosok yang lebih pendek dan ramping. Baru dua bulan bergabung, ia sudah terlampau terpesona pada kecerdasan dan penampilan Doyoung yang selalu rapi dan terencana.
"Disini," ujaran singkat sang senior membuat pemuda berlesung pipi itu tersenyum manis dan mengangguk.
Hari ini adalah perdana dirinya akan melihat secara langsung subjek eksperimen dan ikut andil dalam proses pengecekan harian sejak setiap harinya hanya ikut memantau eksperimen dan menulis laporan.
Doyoung membuka pintu ruangan Renjun dengan sidik jarinya. Ia melangkah pasti menghampiri laki-laki yang semakin hari semakin linglung dan kusut itu.
Sensoriknya pasti mulai terganggu melihat putih yang berlebihan dan tidak adanya penanda waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMBO || JAEMJEN ✔️
FanfictionMembawa lari sesosok Hybrid dari laboratorium dan menitipkannya pada seorang pembunuh bayaran, mau tak mau Renjun lakukan. Apa yang mendorongnya melakukan aksi nekat itu? Lalu bagaimana kelanjutannya, apakah akan ada akhir bahagia bagi mereka yang t...