1.5 The Friend

7.6K 850 74
                                    

"Waduh..." gumam seorang pria bertopi hitam di balik kemudi. "Kayaknya kekencengan nih nabraknya."

Ia cepat-cepat turun dari mobil bak terbukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia cepat-cepat turun dari mobil bak terbukanya. Melirik kanan kiri memastikan situasi, kaki jenjangnya yang terbalut jeans hitam dan sepatu boots melangkah gesit menuju ambulan yang berasap.

Ia melongok ke bagian kemudi dan seketika meringis melihat luka di dahi sang supir yang tak sadarkan diri.

BRAK

Pemuda itu segera menuju ke
bagian belakang pintu yang dibuka paksa oleh seseorang. Ia termundur kaget melihat sebuah tangan yang berdarah-darah tiba-tiba mencengkeram lipatan pintu.

"YA!" Bentakan familiar yang dikenal sang penabrak itu membuatnya lega sekaligus mempersiapkan diri diomeli habis-habisan.

Tak lagi meragu, pemuda itu menundukkan topi hitamnya menutupi wajah lalu beranjak menarik tangan Renjun keluar. Ia bantu laki-laki yang lebih kecil keluar dengan susah payah.

"Kau baik-baik saja?"

"Baik kepalamu!" Rutuk Renjun. Ia menetralkan napas dan debar jantungnya yang gila-gilaan menggedor sang rusuk.

"Itu, tolong keluarkan bayiku."

Pemuda itu memegangi dadanya
dramatis. "KAU PUNYA BAYI? ASTAGA KALAU BEGITU KUTOLAK MENTAH-MENTAH PERMINTAAN GILAMU!"

PLAK

Pemuda itu terdorong maju, menyusruk masuk ke dalam pintu ambulan yang terbuka dan hampir lepas dari engselnya.

Renjun menggunakan seluruh sisa kekuatannya untuk menggeplak temannya yang kelewat bodoh itu. "Kalau punya mata itu dipakai Haechan! Cepat! Sebelum ada saksi
mata!"

"Ck!"

Haechan mendecih sebelum benar-benar memasukkan setengah tubuhnya ke dalam ambulan. Ia termundur lagi, kaget dengan apa yang dilihatnya.

Siapa yang tidak kaget melihat manusia setengah telanjang berekor dan bertelinga anjing meringkuk ketakutan dan gemetaran di pojok mobil.

"Demi Tuhan! Makhluk apa ini, Jun?!"

Renjun mengerutkan alisnya tak sabar. Percuma meminta tolong pemuda berpakaian serba hitam itu. Padahal ia sudah tak ada tenaga lagi setelah merangkak keluar sehabis terjepit brankar, terpaksa Renjun mendorong Haechan dan merangsek memasuki ambulan.

"1J, ayo keluar... kita harus pergi."

Sang hybrid menggeleng ribut. Matanya melebar takut melihat Haechan dan pemandangan rimbun hutan di belakangnya. Desau angin dan asap yang menyelimuti mereka membuat ia semakin asing.

"Aku berjanji tidak akan menyakitimu," bujuk Renjun sambil mengelus kepala 1J lembut. "Sebaliknya, aku akan memperkenalkan kebebasan padamu."

"R-renjun," rengek 1J pelan. "Takut, aku takut."

LIMBO || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang