4. The Abandoned

6.9K 802 76
                                    

Cericip ramai para burung gereja di luar menjadi pertanda bahwa Renjun dan Haechan harus segera pergi meninggalkan kediaman Jaemin.

Matahari telah terbit, hari mulai terang, suhu pun mulai naik pada akhir musim gugur.

Kedua laki-laki itu berjam-jam merencanakan sandiwara mereka setelah kejadian ini, menutupi kebohongan dengan kebohongan lainnya sambil memperhatikan 1J yang masih pulas tertidur.

Kini mereka bersiap-siap dalam diam. Menunggu sang tuan rumah keluar dari kamarnya untuk berpamitan.

Rencananya akan Renjun kembali ke laboratoriumnya untuk melaporkan "kecelakaannya" dan Haechan kembali menekuni profesinya sebagai supir angkut barang.

Setelah ini mereka akan menjadi tiga orang asing dan baru akan dipertemukan kembali pada awal musim dingin.

"1J," bisik Renjun. Ia tersenyum kecil melihat 1J tidur dengan nyenyak, pasti nyaman akhirnya bisa terbebas dari belenggu rantai yang membuat pergelangan kaki kanannya lebam.

"Kami sudah mau pergi. Jangan nakal dan baik-baik ya disini."

Telinga 1J berkedut tanpa sadar. Ia menggumam kecil merasakan elusan lembut Haechan.

CKLEK

Jaemin keluar dari kamarnya dalam keadaan setengah telanjang. Kaus yang dipakainya beberapa jam lalu menghilang entah kemana. Rambut mahoninya kusut berantakan dalam gelap. Sekusut ekspresinya.

"Kami mau pamitan," ucap Renjun. Ia memakai kembali jas laboratoriumnya yang kotor, sengaja tak membersihkan tubuhnya juga.

Sebab ia akan bertindak seolah-olah baru saja diculik dan berhasil kabur dengan selamat.

Wajah Renjun yang sebelumnya cukup segar kini kotor dan kuyu. Rumah gelap penuh debu Jaemin sangatlah membantu.

"Hm," respon Jaemin singkat.

Ia melirik 1J yang mulai bergerak tak nyaman. Kesadarannya mengawang-awang dielus-elus Haechan.

"Awas ya kalau bayiku kenapa-napa!" Ancam Haechan tanpa melirik Jaemin. "Kubunuh kau dengan tanganku sendiri!"

Jaemin mendengus geli. "Kayak bisa saja."

"Hush! Sejak kapan 1J jadi bayimu?" Lerai Renjun. Ia mengusap perutnya menenangkan, sedikit mual efek alkohol yang ditenggak semalam. "Ingat, jangan sampai ada yang tahu keberadaan 1J disini. Uang kebutuhan 1J sudah kutransfer ke rekeningmu."

"Setengah uang jasamu juga sudah kukirim, setengahnya lagi kuberikan saat aku datang."

Jaemin menggangguk acuh. Ia menyugar rambutnya bosan. Agak malas juga mengurus manusia jadi-jadian begini. Tapi apa daya, profesinya bukanlah jenis pekerjaan yang pasti.

Terkadang baru dua bulan ia mendapatkan target baru. Terkadang bisa satu minggu kemudian. Tak menentu.

Melihat Haechan dan Renjun beranjak pergi meninggalkan 1J dengan berat hati, Jaemin berinisiatif menarik ekor sang hybrid kuat. Ia tidak mau disalahkan bila manusia setengah anjing itu tiba-tiba tantrum karena ditinggalkan sendirian tanpa aba-aba.

"AAAKH!!" 1J mengibaskan ekornya kuat, menyabet tangan Jaemin yang malah mendengus geli. Bulunya terlalu lembut, sama sekali tak menyakitkan.

"Bangun. Orang tuamu mau pergi."

Mendengar perkataan dengan nada monoton itu, 1J seketika meloncat bangun. Ia mengucek matanya terburu-buru, pikiran belum sepenuhnya tersadar, namun langsung berlari menuju siluet kedua orang di depan pintu yang menengok berbarengan padanya.

Orang tua adalah kata yang sangat ingin ia ketahui apa bentuknya.

"Aigo, kenapa kau bangunkan?" Protes Renjun. Ia menangkup wajah sang hybrid yang masih mengantuk. Mengusap-usap pipi penuh air liurnya membuat Renjun jadi semakin tidak tega meninggalkannya sendirian.

LIMBO || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang