EVER LOST - 6

1.8K 246 17
                                        

Kini seorang gadis cantik masih tertidur lelap menggunakan piyama warna kuning yang di padukan dengan gambar bunga, masih setia memejamkan matanya. Tak peduli jika matahari sudah menampakan dirinya sedari tadi.

Tring.. Tring..

Deringan telfon yang terletak di nakas samping ranjangnya, mampu mengusik tidur pulas gadis itu. Dengan mata yang masih terpejam, ia meraih handphone nya.

"Chika bangun! Udah jam berapa ini.." nada tinggi dari telfon itu membuat chika sontak menjauhkan handphone dari telinga nya dan melihat siapa yang menelfon.

"Akh ci shani.. telinga aku sakit.." rengek chika saat mengetahui siapa yang membuat mimpi indahnya terhenti.

Shani terkekeh gemas mendengar rengekan chika, lalu mengubah nada bicaranya. "Bangun dek.. kamu belum sarapan loh" ucap shani sangat lembut.

Seketika chika membuka matanya saat panggilan baru yang di ucapkan shani pada dirinya. Tidak dapat dipungkiri, chika merasa sangat bahagia di panggil dengan embel - embel "dek" oleh shani. Tanpa membalas ucapan shani, chika langsung bangkit dari ranjang menuju kamar mandi.

"Dek? Kamu tidur lagi? Hallo?" Shani kebingungan, kenapa chika tidak menjawab ucapannya.

Sedangkan yang di cari - cari tengah bersemangat membersihkan diri di kamar mandi. "Bangun pagi, gosok gigi, cuci muka, di telpon ci shani" senandungnya mengubah lirik lagu yang di nyanyikan oleh dua botak di kartun upin ipin.

Samar - samar shani mendengar suara chika karna kamar mandinya berada di kamar. Shani terkekeh mendengar nyanyi an chika.

"I miss you, dek. Tapi nanti kamu benci cici gak ya?" Batin shani.

Flashback.

Shani sangat ingat saat ia membaca sebuah buku kecil milik ayahnya. Disana banyak sekali tulisan - tulisan yang menunjukan seberapa cinta nya sang ayah kepada wanita bernama tengah "Noera" itu. Bukan tidak tau, shani sangat tau nama panjang ibu kandung nya. "Melody Noera Ayu".

Suatu saat shani menanyakan buku itu kepada sang ayah. Jawaban yang shani dapatkan adalah wanita yang namanya selalu muncul di buku kecil milik ayahnya itu adalah cinta pertama dan terakhir sang ayah.

Shani sangat bingung saat itu, dimana ibunya sekarang? Apakah ibunya tidak menyayangi nya? Atau ibunya sudah meninggal dunia?" Pertanyaan yang selalu berputar dikepala shani saat ia berusia 9 tahun.

Tetapi seiring berjalan nya waktu, shani tidak menanyakan sosok ibu kepada ayahnya lagi. Karena setiap shani membahas ibunya, ia melihat raut wajah ayahnya berubah. Kesedihan terpampang jelas di sana, seperti ada masa lalu yang menyakitkan bagi ayahnya.

Sampai dimana saat shani mengenal anak baru di sekolahnya.

"Nama gue Yessica Lovania Noera, biasa dipanggil chika"

Shani tersentak mendengar nama lengkap chika. Mulai hari itu, shani menugaskan anggotanya untuk mencari tahu semua tentang chika. Tidak butuh waktu lama bagi shani menemukan biodata chika. Saat itu shani terkejut sekaligus bahagia, akhirnya apa yang ia cari dari dulu kini datang sendiri ke kehidupannya.

"Mulai detik ini, cici gaakan biarin satu orang pun memisahkan kita lagi dek" batin shani sambil memegang map yang berisikan biodata full chika.

Flashback off.

"Halo cici? Cici kok diam?" Suara chika memecah lamunan shani. "A-ah iya dek, cici denger kok" balasnya.

"Chika udah gosok gigi sama cuci muka, ci" ucap chika seperti anak kecil. "Hahaha.. pintarnya adek.."

Lagi - lagi kalimat yang sangat lembut dari shani, mampu membuat hati chika menghangat. Entah mengapa, sejak saat ini chika mulai takut kehilangan shani.

"Cici udah mesenin makanan di tempat langganan cici. Bentar lagi sampai di apart kamu" ucap shani. "Loh? Kenapa cici yang mesenin? Kan chika bisa pesen sendiri"

"Gapapa dek, lagian cici gapercaya kalo kamu yang mesen. Pasti nanti kamu makan yang aneh - aneh" ucap shani dengan nada yang sedikit di buat - buat kesal. "Iya deh ci, terimakasih banyak cici sempurna SMA Galaksi" ucap chika yang di akhiri kekehan bersama shani.

"Bisa aja kamu tuh. Nanti kalo makanan nya udah dateng, langsung dimakan ya dek. Cici tutup dulu telfon nya" ucap shani. "Ay ay kapten" ucap chika sembari memperagakan sikap hormat, padahal shani tidak melihat nya. Telpon pun terputus.

-

  Kini dikediaman keluarga morgan, shani perlahan menuruni anak tangga.

"Papa.." teriak shani di ujung anak tangga lalu memeluk pria yang sudah berumur sekitar 50 tahun.

"Aduh.. aduh.. anak papa ini ngagetin aja" balas pria itu dengan mengusap lembut puncak kepala shani. "Kenapa sayang? Kamu mau cerita, sebelum papa berangkat ke kantor?" Lanjut pria itu.

"Mm.. kapan kita bawa adek kesini pa?" Tanya shani mendongak melihat wajah pria yg lebih tinggi dari dirinya itu. Ya, shani sudah diberitahu oleh papa morgan kalau semua fasilitas yang dimiliki chika saat ini adalah dari sang papa.

"Papa belum bisa memastikan itu sayang. Kamu kan tau alasan kenapa papa belum bisa membawa adikmu kesini"

"Tapi pa.." lirih shani. "Pasti kamu gamau adek kenapa - kenapa kan?" Ucap pria itu yang di balas gelengan kepala oleh shani. "Nah makanya, kita harus menunggu waktu yang tepat sayang" lanjutnya. Shani hanya mengangguk pasrah.

"Tuan morgan, apakah kita sudah bisa berangkat sekarang?" Ucap pria berbadan kekar dan tegap yang berdiri di ambang pintu.

Morgan adalah papa shani, maka dari itu nama lengkap shani menggunakan embel - embel "Morgan".

"Dheo, selalu ingetin papa buat minum obat ya" teriak shani saat papa dan orang kepercayaan papanya itu perlahan meninggalkan rumah.

-

Saat di perjalanan, morgan menanyakan bagaimana keadaan putri bungsu nya itu.

"Bagaimana putri saya dheo? Apakah dia masih mengikuti tournament ilegal itu?" Tanya morgan yang berada di belakang kursi pengemudi.

"Belakangan ini nona chika sudah tidak datang ke tempat itu lagi tuan" jawab dheo. "Tapi nona chika selalu mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan tuan morgan dan ingin mencari tau dimana kakaknya" sambung dheo.

"Saya juga sangat rindu pada putri kecil saya itu dheo. Tapi saya tidak ingin terjadi apa - apa dengan nya, karna papa saya tidak menginginkan anak itu" morgan menghela nafas kasar kala teringat masa lalu yang sangat menyakitkan baginya, sehingga ia harus kehilangan istri yang sangat ia sayangi dan putri kecilnya itu.

Tbc.

Next?
Vote lah ceritaku ini para jameterss.
Ibaratnya gini, lo punya tangan jadi lo bisa nge vote wir😌

SEDANG MENGGUNAKAN KUITA MAGRIB🗿

EVER LOST - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang