EVER LOST - 13

1.2K 192 18
                                    

Tepat jam 5.30 pagi, chika sudah berada di halaman rumah shani. Ntah kerasukan apa gadis itu, jika bukan menjemput shani pasti jam segini dia masih molor.

"Wah anjir.. ini rumah apa utang negara? Gede banget"

Itulah ucapan yang keluar pertama kali dari mulut chika saat melihat rumah shani yang begitu luas dan mewah.

"Permisi mbak, mau nyari siapa?" Tanya seorang pria yang sudah sedikit berumur dengan menggunakan seragam satpam.

"Eh iya pak, saya mau nyari ci shani ada?"

"Oh mbak teman sekolah nya non shani ya? ada mbak, langsung masuk aja" satpam itu membukakan gerbang dan mempersilahkan chika masuk ke dalam halaman rumah shani.

Setelah berucap terimakasih, chika langsung mengendarai mobil sport nya untuk masuk ke halaman rumah shani.

Kebetulan di depan rumah shani ada seorang pria dengan menggunakan jas hitam serta tas kulit, terlihat sangat rapi.

Chika berhenti tepat di depan pria itu dan menundukan kepalanya pertanda memberi salam. Setelah nya chika turun dari motor dan menyalimi tangan pria itu.

"Selamat pagi om, saya chika teman sekolahnya ci shani. Ci shani nya ada?" Benar saja, pria itu adalah morgan. Papa nya.

Morgan terpaku menatap wajah chika, sampai ia tak fokus dengan pertanyaan chika. Sampai akhirnya chika kembali bertanya karna melihat tingkah aneh papa shani.

"Ekhm om? Maaf sebelumnya, ci shani nya ada?"

Chika melambaikan tangan di hadapan morgan.

"E-eh? Iya ada, maaf saya lagi kurang fokus. Kamu teman sekolahnya shani kan?" Tanya morgan sedikit gugup.

"Iya om, saya kesini mau jemput ci shani buat berangkat sekolah bareng"

"Oh iya silahkan masuk nak, langsung aja ke kamar shani di lantai dua, di pintunya ada gantungan dengan nama panjang shani" jelas morgan mengarahkan chika.

"Terimakasih om. Ehm.. om mau berangkat kerja ya?" Tanya chika.

"Iya nak. Oh iya nanti nyetirnya jangan ngebut ya.. om berangkat dulu"

Tanpa sadar morgan menjulurkan tangannya, seperti kebiasaannya dengan shani sebelum berangkat kerja.

Chika tersenyum dan langsung menyalimi tangan morgan. Morgan mengusap lembut kepala chika. Sebenarnya chika merasa sangat aneh dengan tingkah laku morgan, tetapi ada rasa nyaman di dekat morgan.

"Oh iya nama kamu chika kan?" Morgan kembali bertanya, seakan enggan cepat berpisah dengan chika.

"Iya om, kok om tau nama saya?" Bingung chika.

"Shani sering ceritain kamu ke saya, katanya kamu adik kelasnya yang paling bandel" morgan terkekeh karena ucapannya sendiri.

Chika pun malu karna ketahuan bandel oleh papa senior nya ini. Apa - apa an shani itu menceritakan sisi buruk chika pada papa nya. Padahal chika ingin membangun citra baik di hadapan papa shani.

"Gausah malu nak, biasa juga anak seumuran kamu bandel. Om dulu seumuran kamu juga lagi bandel - bandel nya"

"Shani nya aja yang kadang emosian" chika dan morgan tertawa bersama saat mendengar ucapan terakhir morgan.

"Hati - hati loh om, ntar di amuk ci shani" ucap chika dengan tawa yang masih belum berhenti.

"Kamu yang hati - hati, kan kamu yang mau berangkat sekolah bareng" jawab morgan yang juga masih tertawa.

Singkat nya, morgan berpamitan sekali lagi kepada chika. Setelahnya chika langsung saja beranjak ke arah kamar shani sesuai petunjuk dari morgan.

Tok..tok..tok..

"Masuk aja pah, pintunya gak shani kunci" jawab shani dari dalam kamar.

Chika tersenyum dan membuka pintu kamar shani, nampaklah shani yang sedang sibuk berdandan di meja rias nya.

"Udah cantik kok ci" ucap chika yang sudah berdiri di samping kursi meja rias shani.

Shani yang tidak asing dengan suara itu seketika menoleh dan mendapati chika yang sudah menampilkan gummy smile nya.

"Loh adek.. kok bisa langsung masuk?" Shani sedikit heran.

"Bisa dong, apa sih yang aku gabisa" jawab chika sedikit menyombong.

"Ih kamu mah, cici serius tau. Kamu tau kamar cici dari siapa?"

"Dari papa cici, tadi aku sempet ngobrol sama papa cici di depan"

"Papa cici? Itu papa kamu juga dek" batin shani.

"Oo kamu ketemu papa" jawab shani singkat.

"Cici kenapa? Gak seneng ya aku ajak ke sekolah bareng?" Senyum chika luntur.

"Hahah kamu gemes banget sih, cici gak seneng tapi seneng banget banget berangkat sekolah bareng adek"

Shani mencubit gemas pipi chika. Gadis yang dimanja itupun seketika mengembangkan senyum nya dan menampilkan gummy smile yang indah.

"Hahaha udah ih, cici buruan siap - siap nya ntar kita telat loh"

"Anak kecil udah bisa ngingetin cici nya, padahal kamu sendiri sering telat dan bolos sekolah" shani mencibir chika.

Chika tertawa canggung dan menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Aku gamau cici di hukum, kalo yang di hukum cuma aku. Ya gapapa, ci" chika terkekeh mendengar ucapannya sendiri.

"Konsepnya gak gitu dek.. ini baju kamu juga kenapa gak rapi?" Ucap shani sambil merapikan seragam sekolah chika.

"Jangan terlalu di rapiin ci, ini tuh fashion. Biar aku makin keren"

"Koran keren koran keren. Gaada ya adek cici tampilan nya begini kesekolah. Awas aja kalo kamu gini lagi, cici jewer trus cici seret ke tengah lapangan biar kamu malu" tegas shani.

Chika meneguk ludahnya kasar saat melihat shani yang begitu tegas dan sorot mata yang tajam.

"H-hm i-iya cici.. jangan galak - galak.."

Shani merentangkan kedua tangannya agar chika masuk kepelukannya. Tetapi gadis itu diam saja, seperti tak berniat memeluk shani.

"Oh gitu? Beneran gamau meluk cici?"

Mendengar itu chikapun tertawa, langsung saja ia masuk kepelukan shani dan memeluknya dengan erat. Rasa nyaman yang telah lama hilang itu kini kembali ia rasakan saat ia bersama shani.

Tbc.

Maapkan author yang menghilang sangat lama yaa para jametkuu..
Sebenarnya author kemaren" itu sedang berdiam diri, karna abis putus cinta🥹😭

EVER LOST - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang