Pemberontak

10 2 4
                                    

Gara-gara kelakuan Abang yang ngerjain gua, dari situ gue mulai ngomelin dia panjang lebar. Ya kali dia bikin gua jalan-jalan keliling istana, tanpa bisa mendapatkan pintu keluar dari tempat ini.

"Bang! Lu harusnya nggak gitu, Bang. Lu harusnya lebih mentingin gimana caranya kita keluar dari sini," ucap gua. Saat itu gua udah mondar-mandir kayak setrika listrik. Berharapnya sih Abang mau dengerin gua. Eh si Abang malah nguap terus melungkar lagi di atas tempat tidur.

"Bang! Lu dengerin gua, nggak sih? Gua bener-bener pusing, nih. Gimana caranya kita bisa pergi dari sini?"

"Eh! Jeli, Jeli. Sini, deh." Abang tiba-tiba ngomong. Dia berjalan ke dekat wajah si pangeran dan kayak nyiumin dia. "Dih si Abang. Lu ngapain nyiumin cowok?"

"Ganteng banget dia, Jel. Buset! Ini mah kalau jadi suami lu, anak lu bakalannya mirip-mirip kayak pangeran sama putri kerajaan." Si Abang bisaan kalau bikin gua senang. Ya kali, anak Pangeran mukanya kayak oseng-oseng mercon. "Sini dulu, lu Jel. Liatin dulu mukanya," paksa si Abang.

Ya gua sih nurut aja. Gua jalan tuh ke ranjang di mana pangeran terbaring. Gua tatap wajah dia dengan baik. Dan subhanallah, emang cakep banget. Gua sampai nggak habis firgoun, gimana sih caranya dia bisa punya muka aduhai kaya gitu? Curiga, nih ya, waktu zaman pembagian muka, dia datangnya paling awal, jadi bisa milih muka yang paling caem.

Tanpa sadar gua menjulurkan tangan ke wajah pangeran. Gua belai-belai tuh mukanya si Pangeran dengan kasih dan sayang. Kalau bener nih ya gua bakal nikah sama si Pangeran, waduh, nggak bakal deh gua selingkuh kayak perlakuan gua ke pacar gua yang dulu.

Eh, lagi sibuk-sibuk membelai penuh kasih Pangeran, tiba-tiba Si Pangeran membuka mata. Dia tersenyum manis banget. Terus dia meraih tangan gua dan nyium tangan itu. Masya Allah. Disangka gua Ibu haji, kali ya, dia salimin kayak gitu.

Terus dia gak lupa bilang, "hai cintaku, apa kabar?" Ya dipanggil kayak gitu, gua langsung geliyat-geliyut lah kayak ulat keket. Seneng banget kali dibilang cintanya.

Tiba-tiba, baru aja kita mau memulai pembicaraan, gua ngedenger sebuah ledakan di area sekitar istana.

"Buset! Apa, tuh?" kata gua, sembari melongok ke arah jendela. Ada gumpalan yang lumayan gede yang mungkin bersumber dari ledakan itu. Orang-orang mulai berlarian dan menjerit panik yang menambah sibuk suasana.

"Ada tabrakan, kali ya?" tanya gua. Terus, tanpa sadar gue berlari keluar pintu dan mencari pintu keluar untuk melihat kericuhan itu. Ya biasalah, orang-orang kayak gua kalau udah ada ricuh-ricuh yang gede dikit, bawaannya pengen nonton aja. Berasa kayak ngelihat karnaval gitu.

Baru aja gue sampai di gerbang, gua ngelihat sekumpulan makhluk-makhluk yang kayak makhluk mitologi, masuk ke area istana. Mereka bawa beberapa senjata dan mulai berantem sama pengawal dan prajurit istana. Andai kata gua bawa ponsel, pasti udah gua rekam nih adegan, terus gue siarin ke seluruh dunia dengan caption, kalau lagi ada peperangan di dalam negara kecil yang gua singgahi. Berasa kayak vlogger dadakan gitu.

"Kalian sudah hidup dengan begitu nyaman, dengan menginjak-injak kami yang merupakan rakyat kalian. Kalian menarik pajak yang sangat besar, hingga kami bahkan tidak bisa makan."

Satu dari makhluk mitologi muncul dan terlihat mengamuk. Mukanya mirip banteng separuh manusia. Enggak. Gua nggak ngejek, tapi mukanya emang muka banteng banget.

"Sekarang, daripada kalian duduk dengan nyaman di istana megah ini, lebih baik kalian menyerahkan kekuasaan istana pada kami."

Lalu orang-orang itu menjerit. Eh, bukan orang, deh ya. orang yang mukanya nggak kayak orang. Eh? Gimana, sih? Banyak banget orangnya?

Enggak lama, salah satu makhluk mitologi yang punya muka singa, terbang ke langit. Dia kayak berusaha masuk ke area dalam istana dan jaraknya itu dekat banget sama gua. Karena gua nggak sempat menghindar, si makhluk bersayap itu hampir aja nyeruduk muka gua.

Sampai tiba-tiba ....

Seseorang muncul dan menebas makhluk mitologi itu dengan pedang yang dia pegang. Gua pun merasa merinding di seluruh tubuh gua. Baru kali ini gua ngeliat ada peperangan yang bahkan melibatkan gua di dalamnya.

"Kamu nggak apa-apa?" Pas gua sadar, gua lihat Pangeran udah memegang pedang dan menatap gua dengan tatapan penuh khawatiran.

"Dasar Pangeran busuk! Berani-beraninya kamu membunuh sahabat kami!" Makhluk mitologi yang lain kemudian berusaha menyerang Pangeran dan di situlah peperangan yang sebenarnya terjadi.

Pangeran dengan sigap menepis sayatan pedang yang akan membunuhnya. Dengan gesit dia membantai para pemberontak itu dan mulai melumpuhkan mereka satu persatu.

Kalau dilihat dari gayanya sih, Pangeran seperti paham banget dengan cara bertarung. Dia bahkan enggak kelihatan kayak pangeran yang lemah yang baru saja pingsan di dalam kamarnya. Bahkan, ketika ada enam makhluk mitologi yang menyerangnya, Pangeran hanya perlu menepis sayatan-sayatan pedang mereka dengan kecepatan yang bahkan sulit untuk diikuti dengan mata biasa. Lama-kelamaan para makhluk mitologi itu keder juga menghadapi Pangeran.

"Mundur! Semuanya, mundur! Kita tidak bisa menang melawan Pangeran ini!" jerit salah satu makhluk mitologi yang berwajah seperti keledai. "Awas saja, kau! Suatu saat, kami akan meruntuhkan istana ini dengan kekuatan yang lebih besar," ujar makhluk-makhluk itu.

Mereka kemudian berlari dan menjauh dari istana. Pangeran berdiri dengan melawan cahaya mentari yang berada di hadapannya. Siluetnya begitu gagah, sampai gua ngerasa ada debaran di dalam dada gue yang jadi begitu kencang.

Bahkan ketika Pangeran menengok dan menatap mata gua, gua bisa merasakan kalau wajah gua seperti ditutupi oleh rasa panas yang luar biasa.

"Gila, gimana gua bisa terus seterpesona ini sama makhluk yang bahkan baru aja gua temuin?"

Si Pangeran lalu menjulurkan tangannya, membuat gua menjulurkan tangan gua juga dan menggenggam tangan itu.

Eh, tapi baru aja gua berdiri, si pangeran tiba-tiba ngeletoy dan jatuh ke atas tanah. "Pa-pangeran?" Gua yang panik, lalu memanggil para penjaga yang kemudian mengerumuni pangeran.

"Lah sih. Baru aja keren, kok sekarang udah letoy lagi? Gimana kalau kita nanti jadi nikah? Jangan sampai letoy pas malam pertama," kata gua dengan bahasa yang bikin para penjaga senyum-senyum nggak jelas.

Gua pun mengikuti mereka ke dalam kamar Pangeran. Setelah gua amati dengan baik, di lubang hidung Pangeran mengucur darah segar yang entah kenapa mengalir begitu banyak. Pantas aja Pangeran bisa lemes kayak gitu, udah pasti karena kehilangan beberapa cc darah, sih.

Tabib istana juga datang untuk menemui pangeran. Dia melakukan pemeriksaan dan memastikan Pangeran baik-baik saja. Gua sendiri mulai gemetar setelah adanya pertarungan yang maha besar tadi, juga gak sadarnya pangeran.

"Eh, ini bukan gara-gara gua, kan?" tanya gua dengan tubuh yang berdiri kaku tanpa berani bergerak. Ya takut banget kali kalau misalnya gua disalahin atas pingsannya pangeran, walaupun gua nggak tahu masalahnya di mana.

Enggak beberapa lama, tabib menyalakan tiga buah hio yang dia tancapkan di meja pangeran. Hio itu mengeluarkan bau yang sangat khas yang membuat Pangeran bisa bernapas dengan lebih nyaman. Dia bahkan mulai ngorok dan gue yakin di dalam mimpinya, dia lagi mimpiin gua.

 Dia bahkan mulai ngorok dan gue yakin di dalam mimpinya, dia lagi mimpiin gua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pangeran.
Sejauh ini gak sejauh itu.

Ya Elah! Nyasar!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang