Rahasia Hutan Kematian

2 1 0
                                    

Yang gua gak sadar, Pangeran ternyata seseorang yang mampu belajar dengan cepat. Saat gua memulai pertandingan dan menciptakan tiga point' pertama, hal itu justru mengajarkan Pangeran akan hal penting dalam permainan kami. Dan tebak, dia menciptakan lima belas angka hanya dalam waktu lima belas menit.
"Aku suka permainan ini. Benda bulat ini harus dipukul dan digiring dan aku bisa melompat seperti penari sebagai efek cantik."
Ngoceh apa pula ni pangeran. Ngerti-ngerti. Dia emang cantik banget pas nge-dung, tapi minimal jangan bikin gua malu lah karena bikin gua gagal setiap kali ngehsoot bola.
Dan ya, lagi-lagi dia mencetak dua point'.
"Tiga point' memang lebih cepat untuk menenangkan pertandingan, tapi dua point juga menyenangkan."
Greget banget. Bisa gak sih dia maen aja tanpa banyak ngoceh? Berasa gua yang amatir dalam permainan ini. Lagian dia tuh sapa? Pemain NBA?
Gua merebut bola yang semula akan pangeran tangkap. One on one ini gak bisa diajak becanda. Jadi gua berkelit setiap kali Pangeran mendekat. Bergerak memutari tubuhnya dan meloncat dengan harapan bakal nyetak angka baru di score gua, sampai pangeran menepuk tangan gua, meraihnya dan membawa gua dalam pelukan.
Ya Allah! Gak dicobain gini lagi, dong. Lagian, gua ini mau main, bukannya mau dibukan-bukanin.
Mata pangeran mandang gua lama banget. Dia kaya tahu kalau tatapan matanya bisa bikin gua jatuh cinta lagi dan lagi.
Sampai gua sadar kalau gua udah mulai gila dan gak fokus pada inti permainan.
Oplah yang jadi wasit mulai bersiul. Iya, kita gak punya peluit, jadinya siul-siul aja. Gara-gara itu permainan dianggap selesai. Membuat gua merasa gugup dan hendak mengendap keluar dari lapangan.
Tapi tangan pangeran segera menangkap gua. Dia membawa gua dalam pelukan dan mencium gua. "Ingat hadiah untukku," ucapnya.
Gak, gak, gak. Gak boleh begini, Jel. Pangeran ini cuma manusia modal tampang yang sebar cinta ke mana-mana. Dia aja punya pacar waktu dia bilang mau nikahin gua. Apa yang gua harapin sih setelah dia mencium bibir gua sepanas ini?
"Tu-tunggu." Gua sesak gara-gara lupa napas. Tapi Pangeran terus saja mendesak dan bikin gua gemetar.
Lalu ciuman lagi dan lagi.
Ya Allah, berdosa banget gua.
Yang bisa menghentikan aksi cumbu rayu itu adalah sosok Selir yang datang. Dia tersenyum nyinyir dan dari belakangnya, dia menunjukkan sosok wanita yang dengan marah menatap ke arah kami.
"Kau adalah pengkhianat, Pangeran. Kau berkata bahwa kau akan menikahiku. Dan sekarang, apa yang kulihat?"
Pangeran menurunkan gua dari pelukannya dan menatap si, si, siapa sih nama Putri yang doyan mampir ke istana bawa Naga? Duh. Lupa gua namanya.
Yang jelas, dia datang dengan penuh amarah dan mandang gua dengan tajam.
"Kau mengkhianati perjanjian, Pangeran. Kau berkata akan menikahiku. Tapi lihat, kau justru mencumbu wanita asing ini."
Pengen banget gua godain tuh cewek dan bilang, "iri? Bilang, bos!" Tapi gak ah. Gua takut dia tambah ngamuk.
"Pulangkan wanita itu atau hubungan ini akan berakhir dengan peperangan."
Situasi menegang. Gua bisa melihat kalau masalah bakal datang sebentar lagi. Si Putri kerajaan lain ini mungkin serius dengan ucapannya. Secara, dia itu berasal dari negara super power yang bahkan gak bisa dikalahkan oleh negara kecil ini.
Tapi pangeran malah maju. Dia menatap si wanita galak itu, mencabut cincin dari tangannya dan setelah itu meninggalkan si putri yang mulai histeris dan berusaha menghancurkan semua hal di sekitarnya.
"Bawa putrimu kembali ke kerajaannya. Sampaikah pada raja kalian, bahwa hubungan dua negara ini akan selesai saat ini juga."
Bewh. Kalau kalian tahu, mendadak negara jadi heboh. Gak cuma karena sumpah-serapah penuh kebencian dari sang putri negara tetangga, tapi juga dengan berita yang dibumbui bayang-bayang peperangan.
Kami akhirnya dibawa ke singgasana. Kami dipaksa menatap wajah Raja yang tampak emosi dan bisa saja menendang kami sampe gegulingan di lantai istana.
"Aku tahu kau akan hidup lebih lama dengan menikahi wanita dunia lain, tapi kau juga tak bijak dengan memutuskan hubunganmu yang sudah lama kau bangun," ucap Raja dengan nada penuh emosi.
Pangeran hanya menunduk. Dia bahkan tak berani bersuara sedikit pun.
"Kita adalah negara kecil yang butuh dukungan negara lain. Kita butuh makanan, kita butuh peralatan dan pakaian perang dan kita butuh tetap hidup."
Raja lalu menatap gua tajam. Dia menggeleng sembari menatap gua tanpa bicara sedikit pun dan meminta para datang untuk membawa gua menjauh darinya. Satu yang gua dengar pas pintu belum ditutup adalah perintah Raja untuk menikahkan gua dan pangeran dan mengembalikan gua ke dunia gua, sebelum akhirnya kembali pada si putri slebew itu.
Gua termenung di dalam kamar gua. Berpikir apakah gua di sini hanya dinilai sebagai sebuah benda yang bisa dipakai lalu dibuang setelah tak dibutuhkan?
Gua tahu kalau gua hanya makhluk asing. Gua juga terlalu bersemangat mau membantu isi negara ini tanpa tahu bahwa gua bahkan gak punya hak sedikit pun di sini.
Mendadak, pikiran gua yang tadinya dipenuhi keinginan pulang, jadi mendung yang pekat. Gua baru sadar kalau gua sebenernya merasa bahwa tempat ini masih bagian dari diri gua, walau gua gak lahir di dalamnya.
Tiba-tiba, jendela kamar gua berasa kaya ada yang nimpukin. Gua melongok ke luar dan melihat Oplah dan Omplah melambai ke arah gua. Mereka bersiul dan menciptakan sebuah tangga aneh yang memanjang sampai ke jendela, sebelum gua pijak buat turun ke bagian bawah.
"Tangga ini berguna juga. Aku membuatnya setelah mencuri buku sakti koleksi Ahli Sihir."
Gua mendelik ngedenger Omplah dan Oplah bicara. Lah kok berani banget mereka nyolong barang orang sakti? Gak takut dikutuk jadi jenglot apa gimana?
"Mbak Jeli, aku membaca seluruh isi buku ini dan mau minta pertimbanganmu."
Gua mengernyit. "Pertimbangan apa maksudnya?"
Oplah tersenyum dan memberi kode agar Omplah membuka buku di tangannya dan menjelaskan segala hal yang di luar nurul.
"Mbak Jeli, tahu kah kamu kalau ternyata bagian Hutan Kematian adalah lahan subur penuh sihir."
"Gak tahu, sih. Emang kenapa?" Ya gua emang gak tahu apa-apa. Yang gua tahu cuma serem dan gelapnya hutan itu.
Lalu Omplah kembali pada buku dan membuka salah satu halaman di dalamnya.
"Kalau kita menyebar bibit di tanah Hutan Kematian, menyiramnya dengan air suci dari gereja kerajaan dan meminta dengan kesungguhan hati, kita akan mendapatkan semua yang kita mau dalam waktu satu menit. Tapi kau harus benar-benar punya ketulusan hati dan tak menanamkan niat jahat, atau hasil yang sangat buruk yang akan kau terima."
Gua terdiam. Penjelasan Ompahlah membuat hati gua berdesir tak nyaman. Gua jelas mendapatkan sebuah petunjuk yang selama ini gak gua tahu yang bahkan tak dijelaskan pada orang-orang di dekat gua.
"Oplah dan Omlah," gua gemetar dan menggenggam tangan gua hingga buku-buku tangan jadi putih pucat. "Pangeran doanya di gereja? Lah beda server ama gua, dong."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ya Elah! Nyasar!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang