"Raja ...."
Selir tiba-tiba bersuara sangat merdu hingga nyaris seperti siulan Nuri. Dia mendekatkan dirinya sangat dekat dengan sang suami dan memeluknya.
"Ada apa, Selirku sayang?"
Ditanyai begitu, Selir sontak tersenyum lebar. "Kapan Selirmu ini akan naik pangkat jadi Ratu?" tanyanya, lagi-lagi dengan nada mendayu.
Raja yang hatinya lemah namun tak bisa berbohong pun menjawab, "mungkin kau tak akan pernah jadi ratu."
"Lah kok gitu?"
Sang Raja menarik napas. "Anakku sudah menemukan jodohnya. Aku hanya perlu mengikat mereka dalam pernikahan sebelum akhirnya melangkah pergi dari kerajaan ini."
Tentu jawaban itu membuat Selir geram. Pasalnya, dia sudah menunggu cukup lama untuk bisa naik jabatan sebagai ratu negeri itu. Dia sudah diberi kuasa selama beberapa dekade sebagai Selir dan hal itu tak membuatnya puas.
Belum lagi sang Raja selesai bicara, Selir bangkit dari duduknya dan siap memaki.
Sampai ....
"Raja ... " Seseorang datang dan menunduk. Dia tampak cemas karena datang di waktu yang tak tepat. "Kami menemukan pelaku pencurian di gudang. Mereka dua orang manusia kerdil yang tinggal di pusat kota."
Tiba-tiba selir maju. Jika dalam keadaan seperti ini, dia yang mengurus semuanya. Terlebih dia butuh melepaskan stres setelah semua hal berjalan tak sesuai harapan.
"Bawa masuk dua penjahat cebol itu!" perintah Selir dengan nadanya yang angkuh.
Dua penjahat yang dimaksud adalah Oplah dan Omplah. Mereka diam dan membiarkan saja diri mereka diseret paksa dengan tangan terikat dan juga pemberat di kaki mereka.
"Raja ... " Selir memberi kode agar Raja tak turun tangan, sementara dia belum melampiaskan rasa kesalnya. "Biar semua yang ada di sini melihat, bahwa Selirmu ini cukup piawai dalam menangani negara busuk ini." Mata Selir berkilat. Dia kembali duduk di singgasana dan memberi kode agar para bawahannya memberi tahu tindak kejahatan yang Oplah dan Omplah lakukan.
"Mereka kedapatan menjual dua permata pengantin kerajaan. Seseorang melaporkannya sebelum akhirnya kami datang dan menemukan banyak sekali barang-barang istana yang ada di rumah mereka."
"Kami hanya mencari makanan. Tak lebih."
"Omplah! Tutup saja mulutmu." Oplah tampak geram. "Tak ada yang bisa kau lakukan pada pemimpin kerajaan picik ini. Mereka akan membiarkan rakyatnya mati dan perut mereka kenyang walau harus menindas kita."
"LANCANG!" Selir semakin punya alasan untuk menekan dua manusia pendek itu. "Kalian kira kami tak cukup punya kuasa untuk memutus nyawa kalian? Kalian bosan hidup? Apa kalian butuh kematian bagi diri kalian?"
Oplah menyeringai. "Tidak ada yang lebih nikmat ketimbang mati ketika sengsara." Oplah lalu menunduk seakan mempersilakan kepalanya agar dicabut saja. "Kapan pun, di mana pun, keadilan bagi rakyat hanya hal semu untuk diimpikan."
Tiba-tiba pintu dibuka.
Tebak, siapa yang datang?
Trataata tcs!
Ya gua, lah. Si imut, manja, cantik, jelita. Berkulit eksotis, beraroma mentari dan semanis rendang. Anjeli!
Seneng, kan lu, gua ada lagi di cerita? Ayo jawab atau gua kelitikin nih pake peniti.
Ngomong-ngomong, ini di mana, dah! Kok rame bener kaya mau ada sidang cere selebriti?
"Kayaknya, saya salah masuk ruangan. Biasa, orang baru emang suka nyasar."
"Dia!" Tiba-tiba Omplah menjerit. Untung jantung gua gak sompal gara-gara kaget. Kenceng bener jeritannya. "Dia yang memberi kami perhiasan untuk dijual. Dia yang membuat kami punya perhiasan itu."
Gua mendelik. Apaan, nih? Kok gua dibawa-bawa?
Seketika pandangan semua makhluk di tempat itu tertuju ama gua. Buset. Mana tajem banget kaya silet cukur.
"Benar begitu, Wanita alam lain?" Raja tampak mempertebal suaranya. Mungkin kecepekan dia sampe suaranya berat banget kaya gitu. Curiga radang, sih.
Tiba-tiba sebuah vas melayang. Gua pikir UFO, soalnya melesat gitu aja menerjang gua. Sampe vas itu merobek pelipis gua dan menciptakan darah.
"Aw! Sakit! Apa-apaan, sih? Emang gua jambu sampe dilempar-lempar?"
"DIAM!" Selir mendekat. Kayanya dia ini biang kerok dari semua masalah di bumi. Tampangnya aja masalah banget buat gua. "Datang tanpa sopan santun, membantu penjahat dalam mencuri, apa kau yakin kau adalah wanita terpilih dari alam lain?"
Gua neguk ludah. "Ya mana saya tahu. Kan situ sendiri yang mikir saya orang terpilih dan lain-lain."
"BERANI MEMBANTAH UCAPAN SAYA! MAU MATI, HA?" Selir semakin murka. Suaranya menggema ke seantero singgasana dan bikin semua merinding. Bahkan gua bisa melihat Raja mengerut kan kening dan buang muka karena gak tahan sama tekanan di tempat itu.
Selir lalu berjalan mendekat. Dia menatap wajah gua dan bersiap melakukan penghakiman sekali lagi.
"Katakan, wanita dunia lain. Apa yang kau inginkan sampai membantu dua kriminal ini?"
Nah! Kalau begini jawabannya kudu cerdas. Wajah juga harus dibuat berkarisma biar gak di-bully Mulu.
"Saya memang hobi menolong." Keren kan jawaban gua? "Apa anda tak kasihan pada rakyat anda? Sejak saya masuk ke area pemukiman sebelum memasuki istana, saya tak melihat satu pun rumah permanen yang layak huni. Semua rumah hanya tenda dengan kain tambal sulam. Bau area itu sangat busuk karena sanitasi yang jelek. Saya yakin rakyat anda hidup sengsara selama ini. Anda sendiri apa tak tersentuh kalau melihat ada rakyat kecil yang mencuri karena kelaparan?"
Selir menyeringai. Dia tahu dia benci dibantah walau alasannya tepat. "Kriminal tetap kriminal. Seorang yang berbuat jahat tak akan diperlakukan baik di tempat ini."
"Kalau begitu anda juga baiknya dihukum seperti mereka."
"Ap ...."
"Gini, loh Sel. Tugas seorang petinggi negara adalah memastikan rakyat aman dan terjaga. Memastikan mereka mendapat apa yang dibutuhkan selain menjadi isi dari negara. Saya yakin mereka bukan malas. Mereka pasti bekerja sesuai dengan apa yang mereka bisa. Tapi apa kalian peduli dengan seberapa besar perekonomian rakyat anda yang tak sebanding dengan apa yang mereka dapat? Kalau sudah begitu, bukannya kalian jadi satu-satunya yang paling berdosa di sini?"
"Kurang ajar! Kau harus ...."
"Hahahahah." Tiba-tiba suara terdengar dari singgasana Raja. Tampaknya pertempuran kata antara dua wanita di hadapannya cukup membuatnya terhibur.
"Kamu cukup cerdas, Wanita Dunia Lain. Kau memang cocok sebagai pengantin pangeran." Gua gak tersentuh, tuh. Orang suasana lagi tegang, eh si Raja malah ngomong masalah nikah. "Bagaimana kalau kuberi satu sarat. Buat kedua orang kerdil ini lepas dari penjara dengan caramu dalam dua puluh empat jam. Pakai segala cara agar mereka bebas. Kalau berhasil, bukan tak mungkin kita membicarakan hal lain yang lebih penting bagi negara ini."
Gua sih gak tertarik, tapi melihat mata berkaca-kaca dua orang kerdil di hadapan gua, kok rasanya gua gak bisa diem begitu aja.
"Oke, Ja. Aku jalan dulu ke kamar. Nanti aku balik lagi buat bebasin mereka." Terus mata gua teralih pada dua orang kerdil. "Lu berdua jaga diri, deh. Jangan usil mulutnya, entar kena tebas Si Selir sarap itu, lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Elah! Nyasar!!!
FantasyDuh, bingung banget, gua. Niat cari kopi tengah malem, eh malah nyasar. Gua ada di mana, sih?