Pangeran gak habis pikir dengan ucapan gua. Mungkin dia juga gak tahu kalau jika dalam kalimat ada satu kata aja yang ambigu, maka seluruh kalimat akan berubah makna dengan mudah. Jeez. Emang jadi penulis itu kudu pinter masalah kata.
Gua kira tadinya gua bakal dipecut, eh tapi pangeran tertawa dan membuat gua jadi salting sendiri. Emang bisa secakep itu ketawanya?
Tiba-tiba pangeran berjalan mendekat. Dia meraih tangan gua dan dia cium kaya nyium tangan kiyai abis ngaji. Dia kayanya bucin banget ama gua. Emang sih aura Cleopatra gak bisa lepas dari diri gua yang memesona ini.
"Mari kita lihat, apa lagi yang bisa kukabulkan untukmu?"
Tiba-tiba suara berisik terdengar. Rombongan prajurit istana tampak kalang kabut sebelum akhirnya gua denger suara letusan kaya gas elpiji tiga kilo di lempar dari atas Petronas.
"Tunggu!" Pangeran mencegah salah satu prajurit sebelum dia bergerak pergi. "Apa ada pemberontakan lagi?"
Prajurit itu tampak gelisah. "Pangeran. Sepertinya pemberontakan kali ini lebih besar. Orang-orang dari luar istana bahkan masuk ke area yang tak dijaga. Lebih baik pangeran berlindung di kamar Pangeran."
"Eh! Orang kerdil! Mau ke mana?" Tiba-tiba gua berlari mencari dua sosok kerdil yang gak sampai lima menit lalu gua selamatkan. Refleks aja, soalnya takut kalau mereka nanti terluka atau kenapa-napa. Mana di luar lagi ada perkelahian, kan?"
Pangeran Cameleon sendiri menatap langkah gua dan tersenyum. Dia berlari mengejar gua tanpa mendengarkan ucapan para prajurit yang khawatir dengannya.
Dan sampai lah gua di tempat itu. Sebuah tempat yang semula indah tapi kini porak-poranda karena perkelahian.
Para makhluk setengah manusia dan setengah hewan menjadi penyulut peperangan. Di tangan mereka terdapat banyak senjata, termasuk senapan dengan hulu ledak cukup panjang.
Tsing!
Tiba-tiba sebuah pedang menepis lesatan peluru yang hampir mengenai gua. Pelaku pelindung gua itu adalah Pangeran Cameleon yang sudah siap dengan sebilah pedang buat melawan puluhan peluru yang menyerang kami.
"Jangan berlari sembarangan. Pasukan pemberontak selalu tahu bagaimana cara untuk membunuh anggota keluarga kerajaan."
Belum lagi gua sempat menjawab, Pangeran Cameleon melesat dan membantai beberapa pasukan pemberontak. Dia gak kenal takut dan bergerak begitu lincah seakan dia buka cowok penyakitan yang muntah darah setiap kali kami bertemu.
Dari sekian banyak pertarungan yang ada di dunia, mungkin pertarungan antara Pangeran Cameleon dan juga para pemberontak adalah pertarungan paling indah. Pangeran melompat ke atas ubun-ubun para pemberontak dan tertimpa cahaya matahari dan menciptakan siluet yang bagi gua artistik.
Bahkan tarian pedang Pangeran punya nilai seni tersendiri. Dia kaya gak sedang berantem, tapi menari dengan berbagai penari latar di sekitarnya.
Gua terpesona.
Tiba-tiba prajurit kerajaan yang lebih banyak mendekat. Mereka ikut melumpuhkan setiap pergerakan pemberontak dan menggiring mereka ke penjara. Membuat tak ada lagi yang bisa bergerak tanpa belas kasih orang kerajaan.
Lagi enak-enaknya nontonin orang gelut, eh Pangeran colaps lagi dan jatuh di tanah. Gua sampe histeris dan tanpa sadar gua bopong dia dengan kedua tangan gua.
Gua bukan cewek sakti. Nge-gym aja gak pernah. Cuma emang masa kecil gua dulu selalu diliput dengan adegan nimba air di sumur. Jadi lah, gua gak terbebani walau lari sambil bawa badan pangeran ke kamar.
"Panggil Tabib Istana. Pangeran sepertinya kumat setelah pertarungan tadi," pesan gua ama salah satu pelayan. Dia gak banyak tanya dan segera berlari mencari manusia yang gua minta datang.
Sedang para pelayan lain membantu gua dengan membawa baki air dan lap bersih. Pada saat itu, fokus gua hanya pada kesehatan pangeran, jadi, gua gak terlalu peduli dengan dada kotak-kotak dia yang aduhai pas gua lucuti bajunya.
Nafas Pangeran kaya satu-satu. Dia bahkan masih memuntahkan cukup banyak darah, sampai Tabib datang dan memeriksanya.
"Pangeran. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau terus saja terjun dalam pertarungan? Padahal kau selemah ini."
Pangeran tak menjawab. Dari rautnya, gua tahu kalau pangeran kesakitan setengah mati. Gua sendiri hanya terdiam cukup lama di sampingnya. Gak tahu lagi apa yang gua kudu lakukan untuk pria tampan ini.
**__**
Tahu-tahu gua ketiduran. Emang ya, hidup gua gak jauh-jauh dari tidur kalau gak ngopi. Pas bangun, ada suara berisik di sekitar gua.
"Apa dia mati? Kenapa mulutnya mengalirkan air?" Salah satu manusia pendek dengan topi kerucut melirik. "Dia itu mungkin keturunan manusia air. Dia bahkan tak bangun saat kita di sini. Mungkin dia dehidrasi hingga jadi seperti itu."
"Jam berapa, nih?" Gua bangun dan memeriksa pergelangan tangan gua. Gak ada jam di sana. Di meja juga gak ada.
Lalu gua menarik napas berat. Biasanya di hari sepatu ini gua lagi nyusun skrip yang harus gua kirim ke klien gua. Sekarang, setelah gua gak punya alasan buat ngelakuin semua itu, gua merasa diri gua hampa.
Biasa kerja tapi nganggur ternyata gak enak. Dan juga, gua gak lihat hilal kapan gua bakal pulang. Apa lagi dengan otak licik pangeran dalam memutar balik semua pinta gua.
"Eh, namalu sapa?" tanya gua sama dua manusia kerdil yang plonga-plongo.
"Lu?"
"Lu? Namalu, Lu?"
"Lu itu siapa?"
"Eh? Gimana?"
Lalu kami terdiam. Gua mencoba mencerna obrolan yang ruwet ini dan menarik satu kesimpulan. "Lu itu maksudnya kamu. Itu bahasa dari negara dunia lain." Dua kerdil itu mengangguk-angguk mengerti. "Jadi namalu siapa?"
"Aku Oplah," ucap seorang pria pendek dengan kumis keriting. "Dan dia adikku Omplah. Fisiknya mungkin seperti pria, tapi dia wanita sejati."
Omplah lalu mendekat. Dia berlutut di sisi ranjang gua dan membuat gua menarik napas jengah.
"Terima kasih," ujar kerdil wanita itu. "Kau adalah sosok terbaik yang pernah kami temui di istana. Padahal dulu kami sampai harus kehilangan jari telunjuk kami ketika tertangkap. Tapi kau membebaskan kami begitu saja dan memberi kami pekerjaan."
Gua tersenyum. "Syukurlah kalau itu membantu kalian."
"Sebagai gantinya," Kini Oplah yang maju dan membuka sebuah denah kerajaan. Bahkan ada simbol penting kaya tempat beracun atau gua sarang naga di peta itu. "Ini semua yang kau inginkan, kan? Aku memiliki setiap detail denah lokasi di kerajaan ini, juga tempat di Hutan Terlarang di mana sesuatu dari dunia lain terhubung dengan dunia kami."
Tiba-tiba Pangeran muncul. Dia berjalan hanya dengan mengenakan kimono mandinya dan menebarkan wangi musk dan juga sitrun.
Gua terpesona banget. Pagi-pagi sarapan roti sobek wangi. Kan pengen rasanya buat ....
Breaaat!
"LOH! KOK DISOBEK?"
Gua menjerit panik. Gimana enggak. Pangeran dengan tak punya hatinya merobek peta gua yang berharga. Apa gunanya gua membebaskan dua kerdil yang kini berada di sisi gua ini kalau tanpa peta itu?
"Kamu masih jadi milikku. Jangan pernah letakkan niatanmu untuk pergi tanpa ijin dariku!"
Tiba-tiba Pangeran bergerak agresif. Dia menarik tangan gua dan memeluk pinggang gua, sementara tangannya yang lain meraih kepala gua yang mulai lunglai karena bibir gua yang diserang hingga lumat jadi bubur di mulutnya.St ...
Kita belum selesai, sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Elah! Nyasar!!!
FantasyDuh, bingung banget, gua. Niat cari kopi tengah malem, eh malah nyasar. Gua ada di mana, sih?